Showing posts with label Adaptasi Puisi. Show all posts
Showing posts with label Adaptasi Puisi. Show all posts
Syair Qabil (Adaptasi Puisi)
July 25, 2020
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
EXT. SEBUAH BUKIT
Hujan turun deras dan petir bersautan sangat keras. Dua
orang pemuda sedang berada di puncak bukit berselisih
tentang sesuatu. Satu pemuda mencekik pemuda lainnya.
HABIL
"Lepaskan tanganmu, Qabil!! Apa
yang ada di benakmu hingga kau
hendak membunuhku?"
Suara petir semakin mengeras. Hujan masih deras.
HABIL
(Mencoba melepaskan
tangan Qabil)
"Aku saudaramu!! Kita anak Adam!!
Apa kau tidak bisa membaca??"
QABIL
"Brisikk!!"
OFF. CAMERA
VOICE IN. CAMERA OFF. VISUALISASI MEDIA
QABIL
"Jangan suruh aku membaca! Bacaanku
khusus!! Aku tidak membaca dari
sembarang sumber...!! Piih...Mereka
pasti tidak berimbang!!
Aku tidak bisa berada di tengah...
Bagiku perkara terbaik bukan yang
pertengahan.
Golonganku paling benar!! Hahaha
Kelompokku paling hebat dan
partaiku paling...paling"
VISUALISASI HABIL TERCEKIK.
QABIL
"AKU YANG PALING BENAR!!"
HABIL
(Mencoba melepaskan
kembali tangan Qabil)
"Aku saudaramu!! Kita anak Adam!!
Apa kau tidak membaca??"
QABIL
"Aku tidak membaca dari sembarang
sumber...!! Mereka pasti tidak
berimbang!!
VOICE IN. CAMERA OFF. VISUALISASI MEDIA
QABIL
"Situsku, bacaanku, channel TV-ku,
golonganku,
pasti...pasti...mesti...paling
benar.
Persetan dengan yang tidak benar!
Periblis dengan kebenaran
berpolitik.
Jangan bawa politik ke sini.
VISUALISASI HABIL TERCEKIK.
QABIL
"Dengannya aku bisa lebih sadis
membunuhmu!"
Kau ajak aku berbincang politik,
hilang kesabaranku.
Lenyap akal sehatku.
Aku bukan politikus.
Aku wajib menang dan berkuasa...
HABIL
"Ahh..ahh...lepaskan! Aku
saudaramu, kita anak Adam! Aku
takut tindakanmu tidak terima ...
Tuhan!
QABIL
"Hahaha!! Aku yang paling benar!
AKU!!
Bagiku, taqwa bukan perasaan takut
kalau kalau ibadah tidak
diterima...
Taqwa adalah merasa diri paling
diterima oleh Tuhan.
TAQWA adalah merasa paling benar!!
Hahaha
HABIL
"Aaa...aaa...lepaskan saudaraku."
QABIL
"Matilah kau!! Kamu tidak pantas
benar di hadapan Tuhan manapun. Aku
memang saudaramu, tapi aku paling
benar...Matilah kau!!"
HABIL
"Aaaa...Aaa..."
SILUET SEORANG PEMUDA BERDIRI DI BAWAH DERASNYA HUJAN.
SESEKALI TERLIHAT RUPA KETIKA PETIR MENYAMBAR. BERGANTI RUPA
KETIKA PETIR MENYAMBAR LAGI.
TERTAWA MASIH TERDENGAR.
LAYAR GELAP
BENANG EMAS ANITA DAN JOHARI
July 25, 2020
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
SAWAH
Langit kampung penuh layangan. Tiba-tiba ada layangan yang
sedang beradu bertuliskan Alloh dan layangan lainnya
bertuliskan Anita. Beradu cukup sengit di atas angin. Satu
layangan bertuliskan Anita putus.
Seorang lelaki tua menarik benang gelasan emas dengan
penarik benang. Ia kesal layangan jagoannya putus. Setelah
beberapa menit menarik penuh amarah, ia bersiap-siap untuk
pulang ke rumah karena waktu sudah masuk petang. Tiba-tiba
ada seorang laki-laki yang seumuran dengan penarik benang
tadi datang berlari tergopoh-gopoh.
RUSTANDI
(Berteriak)
Sobandi!! Sobandi!! Anita...Anita..
KAMERA MEMPERLIHATKAN RUSTANDI DAN SOBANDI SEDANG
BERBINCANG. SOBANDI KAGET. TAK SADAR PERALATAN LAYANGANNYA
IA JATUHKAN. SOBANDI BERGEGAS PULANG.
DALAM LARINYA, SOBANDI MEMIKIRKAN TENTANG TADI PAGI.
KAMERA BERGANTI
RUMAH SOBANDI TADI PAGI
Sambil membuat benang gelasan agar tidak terkalahkan, ia
lapisi dengan cairan berwarna keemasan.
SOBANDI
Kali ini tidak akan ada yang
mengalahkan benangku...
AMINAH
Pakai cairan apa itu, pak?
SOBANDI
Cairan emas, bu. Biar kuat tidak
terkalahkan. Tidak akan ada yang
tahu ini bu.
AMINAH
Yakin, pak, ingin layangan lagi?
SOBANDI
Daripada siang-siang tidur tidak
ada kerjaan, daripada besok-besok
pensiun tidak sehat, ya
ngabuburitlah, Bu.
AMINAH
(Hanya tersenyum)
KAMERA MEMPERLIHATKAN TANGAN SOBANDI YANG BERLUMURAN WARNA
EMAS.
KAMERA BERGANTI
SAWAH
SOBANDI MASIH BERLARI, DALAM LARINYA KALI INI IA TERBAYANG
SOBANDI
Anita...jangan sering keluar
rumahlah, tak baik. Sebentar lagi
kamu menikah, Nak.
ANITA
(Hanya tersenyum)
SOBANDI MASIH BERLARI...
KAMERA BERGANTI
RUMAH SOBANDI SORE INI
Banyak sekali tamu di rumah Sobandi. Terdengar isak tangis
dari para tamu. Dalam kerumunan itu, banyak anak-anak kecil
membawa layangan berdiri paling depan Anita.
RIAN
(Berteriak)
Johari!! Ini gara-gara Johari!
Dia, Bu. Dia, Pak, pelakunya. Bukan
kami.
IBU JOHARI
Tidak! Bukan! Anak kami bukan
pelakunya. Sumpah kami tidak pernah
mengajarkan anak kami berbohong.
JOHARI MASIH TERDIAM. Ia masih menggenggam layangan
bertuliskan Alloh)
RIAN
Johari, Pa. Johari, Bu, pelakunya.
Bukan kami. Iya, kan teman-teman?
Teman-teman kelas 4 SD mengangguk.
Johari hanya tertunduk melihat Rian, teman sebangkunya.
KAMERA BERGANTI
JOHARI MEMBAYANGKAN BAGAIMANA DI SEKOLAH IA BERTEMAN BAIK
DENGAN RIAN DAN SETIAP HARI IA DUDUK SEBANGKU.
KAMERA BERGANTI
RUMAH SOBANDI SORE INI
Terdengar suara yang bertanya ini mengapa bisa terjadi.
RIAN
Johari, Pa. Johari, Bu, pelakunya.
Bukan kami. Ini ulah Johari kami
melihat sendiri.
IBU JOHARI
(Menangis...)
Tiba-tiba datang Sobandi yang sudah berlari dari sawah.
SOBANDI
(Marah)
Siapa?! Siapa yang melakukan ini?!!
Nyawa dibayar nyawa!! Siapa yang
melakukan ini?!!
RIAN
Johari, Pa. Johari, Bu, pelakunya.
Bukan kami. Johari yang mengundang
Izroil.
IBU JOHARI
(Menangis semakin
kencang)
Bukan! Bukan Johari. Bilang, nak!
Katakan yang sebenarnya!
Sobandi mendekati Johari. Ia melihat layangan yang dibawa
Johari. Ia membayangkan bagaimana layangannya kalah
gara-gara layangan Johari. Sekarang, Anita harus meregang
nyawa oleh anak si pemilik layangan itu.
Sobandi semakin kesal. Tangannya mulai mengeras. Bercak emas
makin terlihat jelas.
JOHARI
(Gemetar Takut)
Emm..emm...
IBU JOHARI
Apa, nak. Katakan, nak...
JOHARI
(Sambil melepaskan
layangannya)
Euu...demi Alloh yang tidak pernah
kalah, benang gelasan saya tidak
menjuntai ke jalanan dan nyangkut
di leher kak Anita.
RIAN
Johari, Pa. Johari, Bu, pelakunya.
Bukan kami. Kami melihatnya.
JOHARI
Demi Alloh, benang gelasan saya
tidak berwarna keemasan seperti
yang ada pada leher kak Anita...
Sobandi terdiam. Tangisnya semakin menjadi. Aminah dari tadi
hanya menangis tidak berbicara.
MANTRA TEBAR BENIH (ADAPTASI PUISI)
July 25, 2020
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
EXT. BERANDA DEPAN RUMAH PANGGUNG
Beberapa orang berkumpul membicarakan tetumbuhan yang
diserang hama.
ORANG 1
Padahal sudah dipupuk rutin. Air
juga sudah cukup...tapi, duh
Gustiiii...
ORANG 2
Apalagi saya, pak. Pupuk sudah
paling baik. Sudah dihitung
semuanya. Bertanggal.
Seorang kakek menggunakan ikat kepala Sunda melamun
dipojokan merenung nasib benih warga yang tak kunjung
timbul.
CLOSE UP.
Matanya menatap langit. Tangannya mewirid. Mulutnya
komat-kamit.
CLOSE UP. FOKUS WAJAH KAKEK MENGABURKAN ORANG 3 DI
BELAKANGNYA
ORANG 3
Sudah, lah, Pak. Paceklik sedang
bertandang. Si walangsangit asyik
bermain. Si rumput lalang
melanglang sejauh pandang
ORANG 1
Ular kadut dan si kumbang tanduk,
duh gustiiii...
WAJAH KAKEK MASIH MENATAP ALAM. KOSONG.
CROSS-CUT.
LONG SHOT. ROMANTISME ALAM: PEGUNUNGAN, DEDAUNAN BERGOYANG
SFX. SEMILIR ANGIN
Seorang anak lelaki berbaju merah berlari di tengah hijaunya
rumput lalang. Hilang timbul. Merah-hijau. Mendekat
kumpulan.
ANAK LELAKI
(Mengatur napas,
tergopoh-gopoh)
Ada, pak...Ada
ORANG 1
Kunaon, jang?
ORANG 2
(Menghisap rokok)
Bu, air bu?! Kasihan ni si Ujang.
UJANG
(Masih capek. Menelan
ludah. Sesekali batuk)
Ada, pak...
Si Kakek yang sedang termenung perlahan beralih
memperhatikan si Ujang. Matanya mulai serius menatap kaki
anak kecil yang penuh lumpur.
SFX. Semilir angin masih terdengar. Suara cikadas nyaring
saling berbalas.
CLOSE UP.
Air teh mengucur dari teko. Si Ibu masuk lagi ke dalam
rumah. Ujang meminumnya.
ORANG 2
Nuhun, bu. Sok, Jang. Kenapa?
UJANG
Kebun mang Juher tumbuh subur.
ORANG 2
(Rokoknya dibuang)
Hah??
ORANG 1
Si Juher?
ORANG 3
Salamet?
ORANG 2
Di mana kebonna teh?
UJANG
Deket kebon pak Kades.
ORANG 1
Pak Kades?
MEDIUM SHOT.
Semuanya bersicengang.
KAKEK
(Berwibawa, mulai
penasaran)
Saha nu melakna cenah, Jang?
UJANG
(Terdiam)
Si ibu dari dalam rumah mendekat ambang pintu.
IBU
(Serius sambil mengingat)
Temennya Juher.
JUMP CUT TO:
EXTREME CLOSE UP. KAKI YANG KOKOH
JUMP CUT TO:
IBU
(lanjut.)
Istrinya bilang, dia punya mantra.
JUMP CUT TO:
EXTREME CLOSE UP. TANGAN MENGGENGGAM KOKOH
JUMP CUT TO:
IBU
(lanjut.)
Menanam benih mengharap kasih.
JUMP CUT TO:
EXTREME CLOSE UP. MATA YANG MEMEJAM KHIDMAT
JUMP CUT TO:
ORANG 2
Siapa, bu?
IBU
(lanjut.)
Orang paham tebar benih.
DISSOLVE TO:
EXT. PERKEBUNAN
MEDIUM SHOT. JUMP CUT TO: ILUSTRASI SESUAI PUISI.
PEMBACA MANTRA
(Khidmat)
Asihan aing Sanghyang Sri||Yang menumbuhkan segala
tetumbuhan||Yang mengawinkan angin dengan benang sari||Yang
mengawinkan air dengan tanah||Yang mengawinkan tanah dengan
akar||||Lalu laa illa ha adalah Allah||Dalam hakikatnya
menumbuhkan benih perlahan-lahan||Lalu laa illa ha adalah
Allah||Dengan syariatnya tanah menjadi gembur dan
likat||||Inni||Dalam kasihnya benih-benih
timbul||Inni||Dalam sayangnya tetumbuhan tumbuh||||Wahai si
walangsangit||Melanglanglah ke pucuk gunung ||Wahai si
rumput lalang||Diamlah dalam dekap tanah abadi||||Wahai si
kumbang tanduk ||Hinggaplah di punggung punduk ||Wahai si
ular kadut||Melingkarlah di rawa-rawa||||Wahai Raja
Kaliandra||Penunggu si alam raya||Titip titip ini
benih||Biar menghampar sepanjang mata||
LONG SHOT. HIJAU PEGUNUNGAN/PERKEBUNAN
FADE TO BLACK
Para warga satu persatu serius meniru membacakan mantra.
EXTREME CLOSE UP. KAKI YANG KOKOH
EXTREME CLOSE UP. TANGAN MENGGENGGAM KOKOH
EXTREME CLOSE UP. MATA YANG TERPEJAM.
LONG SHOT. PERKEBUNAN-PEGUNUNGAN
Sfx. VOICE OVER MENGGEMA
Wahai Raja Kaliandra||Penunggu si alam raya||Titip titip ini
benih||Biar menghampar sepanjang mata||
Subscribe to:
Posts
(Atom)