BENANG EMAS ANITA DAN JOHARI
July 25, 2020
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
SAWAH
Langit kampung penuh layangan. Tiba-tiba ada layangan yang
sedang beradu bertuliskan Alloh dan layangan lainnya
bertuliskan Anita. Beradu cukup sengit di atas angin. Satu
layangan bertuliskan Anita putus.
Seorang lelaki tua menarik benang gelasan emas dengan
penarik benang. Ia kesal layangan jagoannya putus. Setelah
beberapa menit menarik penuh amarah, ia bersiap-siap untuk
pulang ke rumah karena waktu sudah masuk petang. Tiba-tiba
ada seorang laki-laki yang seumuran dengan penarik benang
tadi datang berlari tergopoh-gopoh.
RUSTANDI
(Berteriak)
Sobandi!! Sobandi!! Anita...Anita..
KAMERA MEMPERLIHATKAN RUSTANDI DAN SOBANDI SEDANG
BERBINCANG. SOBANDI KAGET. TAK SADAR PERALATAN LAYANGANNYA
IA JATUHKAN. SOBANDI BERGEGAS PULANG.
DALAM LARINYA, SOBANDI MEMIKIRKAN TENTANG TADI PAGI.
KAMERA BERGANTI
RUMAH SOBANDI TADI PAGI
Sambil membuat benang gelasan agar tidak terkalahkan, ia
lapisi dengan cairan berwarna keemasan.
SOBANDI
Kali ini tidak akan ada yang
mengalahkan benangku...
AMINAH
Pakai cairan apa itu, pak?
SOBANDI
Cairan emas, bu. Biar kuat tidak
terkalahkan. Tidak akan ada yang
tahu ini bu.
AMINAH
Yakin, pak, ingin layangan lagi?
SOBANDI
Daripada siang-siang tidur tidak
ada kerjaan, daripada besok-besok
pensiun tidak sehat, ya
ngabuburitlah, Bu.
AMINAH
(Hanya tersenyum)
KAMERA MEMPERLIHATKAN TANGAN SOBANDI YANG BERLUMURAN WARNA
EMAS.
KAMERA BERGANTI
SAWAH
SOBANDI MASIH BERLARI, DALAM LARINYA KALI INI IA TERBAYANG
SOBANDI
Anita...jangan sering keluar
rumahlah, tak baik. Sebentar lagi
kamu menikah, Nak.
ANITA
(Hanya tersenyum)
SOBANDI MASIH BERLARI...
KAMERA BERGANTI
RUMAH SOBANDI SORE INI
Banyak sekali tamu di rumah Sobandi. Terdengar isak tangis
dari para tamu. Dalam kerumunan itu, banyak anak-anak kecil
membawa layangan berdiri paling depan Anita.
RIAN
(Berteriak)
Johari!! Ini gara-gara Johari!
Dia, Bu. Dia, Pak, pelakunya. Bukan
kami.
IBU JOHARI
Tidak! Bukan! Anak kami bukan
pelakunya. Sumpah kami tidak pernah
mengajarkan anak kami berbohong.
JOHARI MASIH TERDIAM. Ia masih menggenggam layangan
bertuliskan Alloh)
RIAN
Johari, Pa. Johari, Bu, pelakunya.
Bukan kami. Iya, kan teman-teman?
Teman-teman kelas 4 SD mengangguk.
Johari hanya tertunduk melihat Rian, teman sebangkunya.
KAMERA BERGANTI
JOHARI MEMBAYANGKAN BAGAIMANA DI SEKOLAH IA BERTEMAN BAIK
DENGAN RIAN DAN SETIAP HARI IA DUDUK SEBANGKU.
KAMERA BERGANTI
RUMAH SOBANDI SORE INI
Terdengar suara yang bertanya ini mengapa bisa terjadi.
RIAN
Johari, Pa. Johari, Bu, pelakunya.
Bukan kami. Ini ulah Johari kami
melihat sendiri.
IBU JOHARI
(Menangis...)
Tiba-tiba datang Sobandi yang sudah berlari dari sawah.
SOBANDI
(Marah)
Siapa?! Siapa yang melakukan ini?!!
Nyawa dibayar nyawa!! Siapa yang
melakukan ini?!!
RIAN
Johari, Pa. Johari, Bu, pelakunya.
Bukan kami. Johari yang mengundang
Izroil.
IBU JOHARI
(Menangis semakin
kencang)
Bukan! Bukan Johari. Bilang, nak!
Katakan yang sebenarnya!
Sobandi mendekati Johari. Ia melihat layangan yang dibawa
Johari. Ia membayangkan bagaimana layangannya kalah
gara-gara layangan Johari. Sekarang, Anita harus meregang
nyawa oleh anak si pemilik layangan itu.
Sobandi semakin kesal. Tangannya mulai mengeras. Bercak emas
makin terlihat jelas.
JOHARI
(Gemetar Takut)
Emm..emm...
IBU JOHARI
Apa, nak. Katakan, nak...
JOHARI
(Sambil melepaskan
layangannya)
Euu...demi Alloh yang tidak pernah
kalah, benang gelasan saya tidak
menjuntai ke jalanan dan nyangkut
di leher kak Anita.
RIAN
Johari, Pa. Johari, Bu, pelakunya.
Bukan kami. Kami melihatnya.
JOHARI
Demi Alloh, benang gelasan saya
tidak berwarna keemasan seperti
yang ada pada leher kak Anita...
Sobandi terdiam. Tangisnya semakin menjadi. Aminah dari tadi
hanya menangis tidak berbicara.
Adaptasi Puisi Naskah Film
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment