Showing posts with label puisi. Show all posts
Showing posts with label puisi. Show all posts

Syair Qabil

Syair Qabil

"Apa yang ada di benakmu

hingga kau hendak membunuhku?"

Tanya Habil hari itu.

"Apakah kau tidak bisa membaca?"

Syair QABIL

Brisik!

Jangan suruh aku membaca.

Bacaanku khusus. Aku tidak 

membaca dari sembarang sumber.

Pasti mereka tidak berimbang.

Situsku, bukuku, channelku, orangku

Pasti ... Pasti ... Mesti ... Paling benar.


Persetan dengan yang tidak benar!

Periblis dengan kebenaran berpolitik.

Jangan bawa politik ke sini.

Dengannya aku bisa lebih sadis membunuhmu

Kau ajak aku berbincang politik,

Hilang kesabaranku.

Lenyap akal sehatku.

Aku bukan politikus.

Aku wajib menang dan berkuasa.


Aku tidak bisa berada di tengah-tengah.

Bagiku perkara terbaik bukan yang pertengahan.

Golonganku mesti paling benar.

Sukuku paling hebat, dan partaiku paling ...


Aku yang paling benar!

Bagiku, taqwa itu bukan perasaan takut kalau kalau ibadah tidak diterima.

Taqwa itu adalah merasa diri paling diterima oleh Tuhan.

Matilah kau!

Kau tidak pantas benar di hadapan Tuhanmu.


Garut, 8 November 2014

S.K.S.

S.K.S.

Seolah satu gedung tak menggaung -senyap

Hanya aku dan bapak itu

Merasakan gerakan-gerakan cepat

Berkelebat masuk ke dalam ruangan

Beterbangan merapikan barisan


Padepokan enggan bersilat kata 

Hanya aku dan bapak itu

Bertukar kata, rasa, berjabat erat -khidmat

Mereka baris rapi di atas sana

Mematung berbisik panjatkan doa


Aku pesan mereka tadi malam

Tuhanku, tolong kirimkan seribu

Malaikat 'tuk mendoakan kami

Aku dan anak perempuan bapak itu -sah


Bekasi, 20 Februari 2015

Semisalnya Air Dapat Berbicara

Semisalnya Air Dapat Berbicara

Semisalnya air dapat berbicara, penasaran apa yang akan ia katakan.

Banyak orang yang bertengkar hanya gara-gara air.

Di sana, para petani mengumpat dengan khidmat air tak kunjung datang.

Di sini, karena ulah air yang hina, sebagian orang tua gadis bingung bukan kepalang.

Di sana, para binatang berotak memberikan dalil pada amalan mereka, juga dengan air

Air, air, air... lebih dari 90% otakmu itu adalah air!


Semisalnya air dapat berbicara, masih penasaran apa yang akan ia katakan.

Banyak orang yang bertengkar hanya gara-gara air.

Yang di sana, petani sibuk menutup-membuka saluran air untuk sawah mereka, rakus sendiri.

Mereka lupa pernah bersama-sama di surau ini, menyuruh Tuhannya agar menurunkan air untuk kami

Yang di sini, setetes air yang hina mampu membuat orang tua mengutuk, mengumbar

bahkan menjatuhkan sejatuh-jatuhnya nama pemuda ini dan itu di tengah pasar

Mungkin juga mereka lupa menitipkan ancaman sebelum anak gadisnya keluar pintu rumah,

Lupa untuk mengingatkan: jangan meminum air berlabel haram. Jangan pernah.


Masih di sana, demi air, ada binatang yang saling serang, silang suara, silih adu, salahkan yang benar, benarkan yang binatang.

Bukannya mengamalkan dalil buku panduan hidup, mereka malah membuat dalil saingan.

Demi sang air. Cuih!

Semisalnya air dapat berbicara, akan tetap menunggu apa yang akan ia katakan.

Banyak orang yang bertengkar hanya gara-gara air.


Garut, 4 November 2013


Kawin Dengan iPhone 6



Kawin Dengan iPhone 6

Tidak
Rudolfo ingin kawin
Tidak
Rudolfo ingin iPhone 6
Tidak
Rudolfo 22nya ingin
Tidak
Kini ia 26

Tidak
Tidak
Tidak

Tidak kawin tidak iPhone 6,

Tapi
ingin kawin
Tapi
ingin iPhone 6
Tapi
22nya ingin
Tapi
Usianya 26

Tapi
Tapi 
Tapi 

Tapi kawin tapi iPhone 6, 

Jadi
Rudolfo ingin kawin
Jadi
Rudolfo ingin iPhone 6
Jadi
Rudolfo 22nya ingin
Jadi
Usianya 26

Jadi
Jadi
Jadi

Jadi kawin dengan iPhone 6,

Rudolfo...20 Oktober, 2014

Aku Tidak Suka Wanita

Aku Tidak Suka Wanita

Aku tidak suka wanita

Ini sudah sangat lama

Kusembunyikan itu semua

Karena bagiku ini rahasia


Aku tidak suka wanita

Kecuali yang menjaga kehormatannya

Ini sudah sangat lama

Pintaku pada-Nya senantiasa


Kusembunyikan itu semua

dari tiap gendang manusia

Karena bagiku ini rahasia

Tirakatku untuk-Nya, sangat sempurna


Aku tidak suka wanita

Kecuali yang menjaga kehormatanku

Laki-laki yang pada-Nya memesanmu

Malam kemarin, malam selalu


Aku tidak suka wanita

Ini sudah sangat lama

Kecuali ia yang suka aku

Pintaku pada-Nya tetap sama


Garut, 6 Juni 2014

Tidak Ada Kedua

Tidak Ada Kedua

Setelah waktu lalu berhubungan lewat udara,

Sini kita ngobrol santai dulu, sebentar.

Sudah lama ingin kubicarakan ini kepadamu.

Tidak boleh ada yang mengetahuinya.

Lantas bagaimana kalau ada yang membaca ini?

Biarkan saja, kita kan sedang santai.


Pertama, masih ingatkah awal mula kita berkenalan? Pagi itu.

Ketika kamu bertanya aku siapa? Aku menjawab: Aku adalah aku.

Lucunya, aku malah bertanya kamu siapa? Kamu membisu.

Keesokan harinya aku tak mau menunggu. Jangan serius selalu.

Kamu masih nyaman membisu. Tidak sampai siang itu.

"Aku adalah aku". Katamu meniru jawabku.


Aku tidak peduli. Peduliku hanya untuk munajatku.

Sepertinya aku merasakan hal yang sama:

Kamu juga tak peduli, kecuali untuk munajatmu.

Betulkah itu? Kamu yang bilang ciee ciee... diam sebentar,

Kita sedang santai. Sama yang di atas.

Hari esok harus lebih baik dari hari kemarin.


Jangan pernah sore lusa sama dengan sore ini.

Kamu bisu, saya gagu. Keduanya berbaik mengingat

Ikhtiar yang baru setengah, mengingat

Pinta yang belum sempurna, teringat

Kamu yang sedang di sana, padahal jelas

Aku sedang di sini. Di semesta pikir.


Bandung, 15 September 2014.

sebuah inspirasi No Second Troy.

Silih Asih Salah Asuh

Silih Asih Salah Asuh

Masihkah kamu mau berteman dengan saya?

Kalau saya berubah menjadi seseorang yang sangat jujur

Misalkan saya tidak ingin membantumu karena saya memang tidak ingin membantumu


Masihkah kamu mau berteman dengan saya?

Kalau saya sebentar lagi memilih menjadi seseorang yang tegas

Contoh misalkan saya tidak suka kamu dan pekerjaanmu jelek

kamu pantas untuk terpuruk karena memang pekerjaanmu sangat sangat jelek


Masihkah kamu mau berteman dengan saya?

Kalau mulai nanti malam saya tidak akan pernah membalas setiap pesan darimu

Pesan yang hanya meminta bantuan, minta tolong ini dan itu atau sekedar mengoceh kita adalah makhluk sosial

Saya berhak. Dan sudah kewajiban kamu menghormati hak itu

Kewajiban saya sudah saya penuhi jauh sebelum nanti malam


Masihkah kamu mau berteman dengan saya?

Kalau sebetulnya kamu itu bukan sebenar-benarnya teman saya

Kamu adalah Utara, sedang Selatan adalah tujuan saya

Kita berteman karena memang kata kamu kita adalah teman

Sebetulnya, saya bercerita kepada sebenar-benarnya teman tentang kebusukanmu

Mau bagaimana lagi, kamu memang buruk


Masihkah kamu mau berteman dengan saya kalau saya seperti itu?

Kalau kamu masih mau,

Saya tidak.


Garut, 14 Agustus 2014

Ketika Kebal Dicubit

Ketika Kebal Dicubit

Sore-sore seperti ini aku memandangi langit

Benarkah di atas langit masih ada langit?

Kalau benar, mengapa ada orang yang kebal dicubit?

Beberapa menit kemudian utusan langit datang menghampiri:

Wahai kamu yang sedang menatap cakrawala,

Hentikan tatapmu. Pecahkah gelayut pikirmu


Siang-siang kemarin aku memandangi satu gedung

Benarkah pencakar langit sebetulnya pencakar semu?

Buktinya, masih ada orang yang kebal dicubit

Beberapa menit kemudian orang tersebut muncul di mimpi:

Wahai kamu yang sedang mensucikan diri

Hentikan pejammu. Pecahkan gelayut pikirmu


Masih di bawah langit yang sama pagi-pagi kemarin

Benarkah orang tersebut tidak tahu di atas langit ada langit?

Benarkah ia tidak tahu bahwa dicubit harusnya terasa sakit?

Ia tidak tahu bahwa satu-satunya indera peraba adalah kulit?

Sedih bahwa ancaman paling ngeri di luar langit justru tentang kulit

Kulit hangus, ganti baru, hangus, ganti lagi, hangus, semakin pahit [Q.S. 4: 56]


Tuhanmu maha Penyayang, itu baru ancaman

Kulit wakil organ sensitif segala nyeri

Terasa sakit saat dicubit pertanda sehat

Tuhanmu mengancam, belum menyiksa, bisa jadi, bisa berubah

Tergantung kamu bertingkah pada Tuhannya langit

di atas langit masih ada langit, cobalah peka.


Garut, 26 Maret 2015

Residivis

Residivis

Setengah jam lagi sedari kalimat pertama ini ditulis akan berkumandang adzan Shubuh.

Langit Jogja gelap, jalanan pun sepi. Hanya ada seekor anjing yang dari kejauhan terlihat jinak.

Dua meter lagi kaki ini akan mendekatinya, segera ia merangkak berdiri tegak dan menggonggong.

Di Jogja sulit mencari jalan raya. Terperangkap anjing galak di jalanan gang sempit.

Berlari ke sana kemari mencari seseorang tidak ada yang mendengar.

Ada beberapa teman dekat di sini, padahal. Tidak bisa dihubungi.

Di Jogja mungkin sudah sedari tadi adzan Shubuh. Sayangnya tak terdengar.

Anjing tadi menghilang entah kemana. Lenyap.

Hujan kini deras mengguyur hutan. Di sini aneh sekali, kadang hutan, kadang hujan.

Kadang jalanan sepi, kadang ada anjing pura-pura jinak. Langit Jogja masih gelap, dan kadang lenyap.

Cape nalar menangkap semua kejadian tersebut. Ingin sekali keluar dari sana.

Hujan semakin deras dan kilatan petir seketika

mengirimkan sekujur ini ke dimensi ruang nyata. Seperti biasa, di atas tempat tidur.

Garut, 11 Agustus 2014

Klakson

Klakson

Tottoot!!

Memecah masalah dengan masalah

Tottoot!!

Menikahkan lelah dengan amarah

Tottoot!!

Bunyi klakson diumbar-umbar

Bunyinya semakin menampar

Mereka semakin tak bersabar

Produsen kendaraan jelmaan setan


Jakarta, 28 Macet 2015

Back to top