Residivis
Residivis
Setengah jam lagi sedari kalimat pertama ini ditulis akan berkumandang adzan Shubuh.
Langit Jogja gelap, jalanan pun sepi. Hanya ada seekor anjing yang dari kejauhan terlihat jinak.
Dua meter lagi kaki ini akan mendekatinya, segera ia merangkak berdiri tegak dan menggonggong.
Di Jogja sulit mencari jalan raya. Terperangkap anjing galak di jalanan gang sempit.
Berlari ke sana kemari mencari seseorang tidak ada yang mendengar.
Ada beberapa teman dekat di sini, padahal. Tidak bisa dihubungi.
Di Jogja mungkin sudah sedari tadi adzan Shubuh. Sayangnya tak terdengar.
Anjing tadi menghilang entah kemana. Lenyap.
Hujan kini deras mengguyur hutan. Di sini aneh sekali, kadang hutan, kadang hujan.
Kadang jalanan sepi, kadang ada anjing pura-pura jinak. Langit Jogja masih gelap, dan kadang lenyap.
Cape nalar menangkap semua kejadian tersebut. Ingin sekali keluar dari sana.
Hujan semakin deras dan kilatan petir seketika
Garut, 11 Agustus 2014
puisi
0 comments:
Post a Comment