Tidak Ada Kedua
Tidak Ada Kedua
Setelah waktu lalu berhubungan lewat udara,
Sini kita ngobrol santai dulu, sebentar.
Sudah lama ingin kubicarakan ini kepadamu.
Tidak boleh ada yang mengetahuinya.
Lantas bagaimana kalau ada yang membaca ini?
Biarkan saja, kita kan sedang santai.
Pertama, masih ingatkah awal mula kita berkenalan? Pagi itu.
Ketika kamu bertanya aku siapa? Aku menjawab: Aku adalah aku.
Lucunya, aku malah bertanya kamu siapa? Kamu membisu.
Keesokan harinya aku tak mau menunggu. Jangan serius selalu.
Kamu masih nyaman membisu. Tidak sampai siang itu.
"Aku adalah aku". Katamu meniru jawabku.
Aku tidak peduli. Peduliku hanya untuk munajatku.
Sepertinya aku merasakan hal yang sama:
Kamu juga tak peduli, kecuali untuk munajatmu.
Betulkah itu? Kamu yang bilang ciee ciee... diam sebentar,
Kita sedang santai. Sama yang di atas.
Hari esok harus lebih baik dari hari kemarin.
Jangan pernah sore lusa sama dengan sore ini.
Kamu bisu, saya gagu. Keduanya berbaik mengingat
Ikhtiar yang baru setengah, mengingat
Pinta yang belum sempurna, teringat
Kamu yang sedang di sana, padahal jelas
Aku sedang di sini. Di semesta pikir.
Bandung, 15 September 2014.
sebuah inspirasi No Second Troy.
puisi
0 comments:
Post a Comment