Showing posts with label Garut. Show all posts
Showing posts with label Garut. Show all posts

Rahasia Pasar Tradisional

Pagi-pagi sekali, saya sudah berada di pasar tradisional Ciawitali, Garut. Sesuai dengan namanya, Tradisional, semuanya belum tersentuh polesan modernisasi, tentu dalam tatanan pasar dan jual belinya, bukan para pelaku jual belinya. Di sana, pengunjung tidak akan menemukan kerapihan, semuanya serba tumpah ruah ke ruang yang masih bisa diisi asal tidak mengganggu pihak lain. Pun halnya dengan masalah kebersihan. Kualitas kebersihan di pasar tradisional mungkin mendapatkan poin 0 dari 10 poin. Sangat kotor. Sampah berserekan di mana-mana dan posisi parkir sangatlah tidak menentu. Asalkan tidak mengganggu.

Asmarandana

Eling eling mangka eling
rumingkang di bumi alam
darma wawayangan bae
raga taya pangawasa
lamun kasasar lampah
nafsu nu matak kaduhung
badan anu katempuhan


Kalimat di atas adalah penggalan pupuh Asmarandana. Pupuh adalah bentuk puisi tradisional Sunda yang mempunyai hmmm bla-bla-bla...(lupa lagi), penggalan di atas pun saya dapat dari copy paste. Macamnya pun banyak sekali, ada sekitar 17 macam pupuh dengan nama yang berbeda-beda, dan dengan ciri yang berbeda pula. Ada pupuh Kinanti, cirinya berisikan impian, keinginan, harapan. Pupuh Gambuh berisikan kebingungan, samar-samar, dst. dan masih banyak lagi. Yang saya copy di atas, adalah pupuh Asmaranda yang berisikan tema saling mengasihi, saling menyayangi ataupun saling mengingatkan.

Sembilan Sembilan

Satu lagi catatanku menginjak angka 100. Tak sadar suka duka, keluh kesah, resah dan gelisah tertuang dalam catatan-catatan yang sama sekali tidak jelas dan tidak bertujuan. Semuanya aku tulis karena memang aku ingin. Ini catatan yang ke 99. Mungkin tidak semua catatanku bernarasi (menceritakan urutan kejadian, waktu ataupun tokoh). Dari 99, aku bisa pastikan kurang dari 10 catatanku berisi tentang lirik lagu ataupun kisah penuh hikmah modal kopi paste.

Angka 99 menurutku unik. Entah mengapa. Menurutku unik saja kalau dilihat dari bentuknya, hehe. Mungkin angka ini adalah ujung dari rentetan angka digit dua?? Atau mungkin karena angka ini populer dengan jumlah nama-nama baik untuk sang Maha Baik yang otomatis melekat menjadi istimewa di kepalaku?? Entahlah…aku suka dengan angka itu. Bahkan sebelum kejadian yang membuatku tambah kesengsem dengan angka ini. Aku mempunyai cerita istimewa di hari ke-9 bulan ke-9 tahun lalu. Cerita yang sebetulnya menjadi asal muasal lahirnya catatanku yang berjudul 'Proposal' yang aku posting tanggal 12, tepat tiga hari setelah tanggal 9 bulan 9 tahun 2011 yang lalu.

Lebih Baik Telat Daripada Tidak Sama Sekali

Memang, aku selalu terdiam saat teman-teman Muallimien (setingkat SMA) berbicara tentang masa lalu mereka yang asyik berpartisipasi dalam event haflah imtihan (kegiatan setelah berakhirnya ujian akhir). Aku terdiam karena memang aku tidak ikut andil dalam acara itu. Aku tidak punya cerita apapun. Aku terlalu asyik dengan kesendirian kala itu. Bagaikan seekor ulat, aku terlalu asyik meyakini sesuatu yang akan merubahku kelak. Aku akan dikagumi banyak orang dengan keelokkanku. Itulah pikiranku di mana aku masih ABG, dan hal itu wajar aku pikir, di mana seseorang sedang membutuhkan pengakuan...ulat begitu aneh, mungkin karena ia ingin diperhatikan. :D

Salam dari Hujan [2]

segala sesuatu di dunia ini tidak terjadi sia-sia,
semua berjalan pada garisnya sendiri,
aman, tenang, cocok bagi mereka ataupun kita
tak dapat dipungkiri,
dengan catatan...
tetap cermat memperhatikan pelajaran-Nya.

Waktu itu, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Waktu di mana aku tidak mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan teman-teman di Jogja. Sedang si Ibu 'sibuk' menasihatiku, hahaha maklum,

Salam dari Hujan [1]

Mari kita buka catatan ini dengan bacaan basmallah...

ba'da zuhur aku dan adikku, Cipto, bergegas menuju stasiun Garut. Keputusan pergi ke sana tentu bukan tanpa pertimbangan. Mengingat langit kota Garut begitu bingung. Sebelah timur terlihat masih berawan putih, tapi arah yang akan kutuju nampak begitu kelam. Tak kuragukan, kami akan menembus hujan. Sip. Aku sudah siap. Sedari pagi aku dirundung ragu untuk pergi ke Jogja, entah mengapa. Tapi akhirnya kubulatkan tekad, aku akan pergi ke Jogja malam ini.
Back to top