Salam dari Hujan [2]

segala sesuatu di dunia ini tidak terjadi sia-sia,
semua berjalan pada garisnya sendiri,
aman, tenang, cocok bagi mereka ataupun kita
tak dapat dipungkiri,
dengan catatan...
tetap cermat memperhatikan pelajaran-Nya.

Waktu itu, saya tak bisa berbuat apa-apa lagi. Saat di mana saya tidak mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan teman-teman di Jogja.
Sementara itu, Ibu sedang "sibuk" menasihati saya—hahaha, maklumlah. Ini bukan pertama kalinya.
Beliau sudah sangat hafal dengan kebiasaan saya: selalu lalai dalam banyak hal. S.E.L.A.L.U.
Gagal mendapatkan tiket kereta karena terlambat mungkin sudah yang kelima kalinya.
Selalu ada saja yang tertinggal, entah saat berangkat dari Jogja ke Garut, atau sebaliknya.
Padahal, Ibu selalu berusaha membantu menyiapkan barang-barang saya dengan teliti. Tapi tetap saja, ada yang luput.
Bagi saya, itu hal sepele. Tapi bagi beliau... hal sepele bisa mengubah dunia, mungkin.

Oke, lupakan soal saya yang kembali diceramahi oleh sang Pemilik Kunci Surga. Saya tersenyum.
Lagi pula, saya senang. Nasihat-nasihatnya akan saya rindukan suatu saat nanti—pasti.
Di balik nada suaranya yang kadang meninggi, ada kasih yang tak pernah surut.
Di balik gerutunya, ada kepedulian yang tak pernah benar-benar bisa saya balas.

***

Dan...
Langit menepati janjinya, hujan bersalam begitu indah.
di mana mereka sedang asik dengan acaranya
acaraku tak kalah seru, lebih cerah...
aku berkesempatan mencicipi cuaca Garut, sejuk cuacanya.
Bagaimana tidak,

Karena...
seseorang bersamaku, bukan orang asing
tanpa rintik tidak juga terik.  
What a wonderful world; I didn't mean to sing...
but it's true, it's like a season-break
Bagaimana tidak,


Kalau...
sekarang awan sering menghitam; musim hujan,
kesah mereka karena basah.
Saat itu awan memutih, hujan tak kutemukan,
tak basah dan tak resah
bagaimana ceritanya,

pertama,
ajakan via pesan singkat kulayangkan...
tak lama SMSku berbalas
Namun, belum ada tujuan
semuanya belum jelas
kemana??
Ga tau.
Mau kemana??
...belum tau.

-lewat-

kedua,
si roda dua ku ajak bertamu,
menyusuri jalan ke rumahnya yang merah
aku masuk, si roda dua di luar, katanya malu
kuucap salam, seseorang semringah...
kemana??
Ga tau.
Mau kemana??
...belum tau.

-lewat-

ketiga,
pintu ditutup, pagar ditutup
masing-masing kepala tertutup
roda dua berputar tak tentu arah, awalnya
meter demi meter terlampaui
bingung pun dapat dilalui,
roda belakang manut roda depan, akhirnya

-lewat: Jl. Ter. Pembangunan, Jl. Samarang, Jl. Patriot, lagi Jl. Ter. Pembangunan, Jl. Raya Tarogong, Jl. Raya Banyuresmi-
 
ini adalah salam dari hujan: hujan reda, cerah tiba...

Comments