Benjamin Franklin: Otobiografi
Dalam esainya, Benjamin Franklin mencoba memahami kebajikan secara komprehensif. Ia tidak hanya memberi nama-nama kebajikan dengan menyusun senarai kebajikan-kebajikan moral, namun ia juga menyederhanakan cara memperoleh kebajikan. Meskipun dia hampir menyerah dalam upaya mempraktikkan skema kebajikannya, tetapi sebagai seorang ilmuwan, Franklin terus berjuang, dia percaya bahwa metode dan sarana yang dia gunakan menemukan kesulitan dalam membiasakan kebaikan dan menghentikan kebiasaan buruk mirip seperti orang yang menekan permukaan kapak yang lebar, keras dan berat di atas batu, sangat melelahkan. Nama-nama kebajikan itu adalah: Kejernihan, Keheningan, Ketertiban, Resolusi, Ekonomis, Industri, Ketulusan, Keadilan, Moderasi, Kebersihan, Ketenangan, Kesucian, dan Kerendahan Hati.
Franklin menganggap Kebajikan sebagai ekspresi kehidupan, dan bagaimana ia menjelaskan tentang pentingnya Kebajikan harus ada dalam kebiasaan warga negara Amerika. Misalnya, di sini Franklin memberikan beberapa rincian tentang kebajikan lainnya, Temperance; dia cenderung untuk mendapatkan ketenangan dan kejernihan pikiran, yang sangat diperlukan di mana kewaspadaan terus-menerus harus dipelihara dan dijaga, Ekonomis dan Berindustri; Franklin berharap akan terbebas dari sisa utang dan menghasilkan kesejahteraan serta kemandirian yang akan memudahkan pengamalan Ketulusan dan Keadilan dan sebagainya.
Namun, yang terpenting adalah Franklin bermaksud untuk mengamalkan semua kebajikan ini, karena dengan semua pengetahuan tentang kebajikan itulah yang memungkinkan seseorang menjadi warga negara yang berguna, dan memberinya reputasi tersendiri di kalangan terpelajar.
Yoga Sudarisman
10/305767/PMU/6562
John Adams: Disertasi Kanon dan Hukum Feodal
Dalam tulisannya, John Adams memberikan semangat kepada masyarakat Amerika bahwa Amerika harus terbebas dari sistem tirani Kerajaan Inggris. Ada dua sistem tirani terbesar yang muncul dari sistem awal ini, yaitu kanon pajak tanah sewa dan hukum feodal. Sebenarnya kita dapat memperhitungkan begitu banyak kebaikan dari kedua hal tersebut. Dan begitu banyak juga kejahatan yang akan muncul seperti keinginan untuk menguasai. Jika dikendalikan dengan benar, suatu gerakan yang sangat berguna dan mulia dalam pikiran manusia akan muncul. Namun saat tidak terkendali, maka kekuasaan tersebut akan berubah menjadi kekuasaan yang mengakar, serakah, gelisah, dan tidak dapat diatur. Tidak akan terhitung banyaknya sistem kejahatan yang dibuat oleh pihak-pihak besar.
Menurutnya, masyarakat Amerika takut untuk berpikir; kita meragukan penilaian kita sendiri dan berasumsi bahwa Kekaisaran benar meskipun bagi kita tampaknya hal itu mengguncang fondasi pemerintahan. Bahwa “Inggris” sangat kaya, besar, dan berkuasa, mempunyai armada dan angkatan bersenjata yang dapat dikendalikan, yang merupakan ketakutan dan teror bagi alam semesta, dan Inggris juga akan memaksakan penilaian otoriternya; mana yang benar atau mana yang salah.
John Adams menekankan pentingnya semangat kebebasan melalui kesadaran pengetahuan, masyarakat Amerika harus berani untuk membaca, berpikir, berbicara dan menulis. Rakyat Amerika mempunyai hak yang kuat untuk menuntut mereka melawan semua kekuasaan dan otoritas di dunia. Hak ini tidak dapat dicabut atau dibatasi oleh hukum manusia, Hak ini berasal dari pembuat undang-undang besar di alam semesta.
Yoga Sudarisman
10/305767/PMU/6562
John G. Cawelti: Tipologi Formula Sastra
Menurut Cawelti, ketika kita mempelajari formula sastra, dia memperhatikan bahwa formula tertentu membungkus gambaran budaya, mitos, dan tema dalam bentuk cerita dasar. Jadi, inilah alasan mengapa penemuan formula-formula tersebut menjadi salah satu hal yang penting. Kita akan lebih mampu membedakan apa yang menjadi ciri khas suatu budaya atau periode tertentu dari aspek-aspek formula yang mencerminkan sisi psikologis dan artistik yang universal.
Formula itu lebih konvensional dan lebih berorientasi pada bentuk pelarian (escapism). Itulah sebabnya mengapa formula tersebut mewujudkan 'fantasi moral' tentang sebuah dunia yang lebih menarik, lebih memuaskan, atau lebih penuh kebajikan daripada dunia yang kita tinggali (Cawelti : 38). Bagi Cawelti, adalah mungkin untuk menganalisis fantasi moral yang mendasari lahirnya tipologi struktur formula. Dia menjelaskan lima fantasi moral utama: Petualangan, Romansa, Misteri, Melodrama, Makhluk Asing atau makhluk Sains.
Misalnya, dalam cerita petualangan, menurut Cawelti, fantasi moral dasar yang tersirat dalam jenis cerita ini adalah kemenangan atas kematian: pahlawan mengatasi rintangan dan bahaya serta menyelesaikan misi penting dan bermoral. Dalam tipe Romantis, terdapat fantasi moral tentang cinta yang berjaya dan kekal, mengatasi segala rintangan dan kesulitan. Dalam tipe Misteri, fantasi moralnya bahwa semua permasalahan mempunyai penyelesaian yang jelas dan rasional: ada proses berpikir. Dalam Melodrama, fantasi moral untuk menunjukkan esensi “kebenaran” dari tatanan dunia. Impian audiens bahwa hal-hal yang tidak dapat diketahui akhirnya dapat diketahui dan dikaitkan dengan cara yang bermakna adalah fantasi moral yang mendasari tipe makhluk asing Alien atau hasil ciptaan sains.
Dari penjelasan di atas, meskipun tidak disebutkan fantasi moral mana yang tepat untuk budaya yang berbeda-beda, kita dapat melihat bahwa tipologi formula sastra mempunyai bentuk dasar pelarian, setiap formula dari masing-masing jenis mempunyai fantasi moral, dan ada beberapa moral fantasi yang tidak berfungsi sebagai pelarian, itulah sebabnya Cawelti memperhatikan bahwa formula sangat erat kaitannya dengan budaya dan khalayak tertentu.
Henry Adams: The Dynamo and the Virgin
Kamis Gokil, Gagak Keparat (KGGK)
Jane Addams: Kebutuhan Subyektif Permukiman Sosial 1892
EKRANISASI: Adaptasi Novel ke Film
- Medium Bahasa
- Pembaca Terbatas
- Diproduksi oleh Pengarang (campur tangan terbatas Editor)
- Relatif bebas sensor
- Bentuk Diskursif
- Medium Visual (mata telinga, situasi)
- Pembaca/konsumen : massal
- Diproduksi oleh Industri
- Mengikuti kode-kode terkait
- Bentuk Presentasi
- Plot => event
- Character, Characterization
- Setting
- Point of View, Vocalization
- Theme
- Teks Novel yang dibaca, Tayangan Film yang ditonton
- Penonton dengan latar sosial budaya, latar pengetahuan tentang novel dan film
- Tindak Pembacaan
- Hasil Pembacaan
- Positif
- Negatif
Surat dari Hawaii
Apa kabar temanku,
Ingin rasanya aku berbagi cerita dalam surat ini. Liburanku kali ini aku isi bersama teman-temanku, temanmu juga. Pergi ke suatu tempat, pasti kamu tidak akan tahu…hanya kamu yang tidak hadir, sih. Oya, aku turut prihatin membaca surat terakhirmu yang berisi: “Maaf, aku tidak bisa pergi…karena ibu tiriku menyiksaku…” tapi semoga dengan surat ini, dengan ceritaku, kepedihanmu terhapuskan. Langsung aja yak, ini ceritanya...
Post-Durianisme
![]() |
nyari duren yg ga berduri |
![]() |
makan duren, (gila, gini aja ditulis) |
![]() |
akhirnya dipoto juga deh kampusnya |
![]() |
makan jamur di kedai Jamur |
American Studies
![]() |
Vernon Louis Parrington |
![]() |
Gene Wise (Univ. of Maryland) |
Yoga sudarisman