Edgar Allan Poe: Seorang Tamu...
May 23, 2011
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
Sekarang jam 1 malam, diluar hujan deras sekali…sama sekali aku tidak berpikir kalau malam ini malam jum’at…
ruangan kamarku gelap, aku terdiam didepan sorotan lampu baca, banyak tugas yang harus dibaca dan harus segera dibikin dalam bentuk slide presentation. Namun, dari tadi halaman buku yang aku baca tidak berpindah, aahhh….ku baca kilasan al-Aaraaf saja, puisi yang sangat tidak mudah untuk dipahami…sangat sulit, begitu ganjil. Hujan semakin deras….malas menyeruak, ku jatuhkan kepalaku diatas buku yang sedari tadi kulihat huruf-hurufnya menari, meninabobokan mataku…arrrgghh rayuan buku…
***
Tiba-tiba kudengar ada yang mengetuk pintu kamarku…kulihat dari sisi jendela, seseorang berpakaian serba gelap, basah kuyup…wajahnya putih pucat, hmm...tidak terlalu pucat …dia tidak melihat kearah jendela, namun ia tetap mengetuk pintu kamarku…aku bergegas membuka pintu kamarku. Takut? Iyaa…gemetaran?? Tentu…kini aku bisa melihat wajahnya yang sangat familiar, kumisnya tebal bagaikan pemimpin nazi, kantung matanya hitam, mungkin jarang tidur ataukah banyak ‘minum’. Kututup buku yang sedari terbuka, kuperhatikan dengan seksama wajah yang ada dikover bukuku…sungguh, yang berada dihadapanku ini adalah penulis puisi panjang Al Aaraaf…puisi dengan 422 baris!!
Waktu berhenti….tetapi merangkak pelan
Malam sunyi….cahaya tetap berjalan
Deras hujan bersuara ….dingin merasuk sukma
Dua orang terkurung tanpa rasa….kehangatan kata menjelma
Malam sunyi….cahaya tetap berjalan
Deras hujan bersuara ….dingin merasuk sukma
Dua orang terkurung tanpa rasa….kehangatan kata menjelma
Setelah terdiam untuk beberapa saat, akhirnya ada kata yang akan terucap, kuberanikan diri untuk bertanya:
“Hmm…aku tidak akan bertanya siapa anda, karena setidaknya aku tahu siapakah anda, penulis yang dikagumi temanku; penulis yang paling banyak hutangnya, penulis yang sering tertidur ditempat judi dan minum-minum, bahkan penulis yang matinya disuatu jalan di Baltimore…..hmmm, baiklah itu masa lalu, abad 19-an, tidak usah dipikirkan, lebih baik ‘kita’ songsong masa depan…ada gerangan apa anda datang kesini??”
Kulihat mulutnya begitu kaku bagai di lem, tak mau terbuka. Jawaban kalah cepat dengan tetesan air yang sedari tadi turun dari rambut basahnya, basah terkena hujan. Sorot matanya tajam melihat kearahku, cahaya lampu bacaku tidak begitu terang, namun dapat kulihat dia meneteskan air mata, kurasakan ada rasa sesak didalam dirinya: apa ini karena dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata?? Sudah hampir 15 menit diam membisu, suasana kembali dingin, kini kasur yang berasa dikosanku basah, dia duduk tepat diatas kasurku…..memalukan. Aku tau sifat orang macam dia, terlebih kalau melihat dari style kumisnya, orang yang hobinya menyusahkan orang lain...
Tuhan, maafkan hamba, baru kali ini aku tidak menghormati tamu (tamu yang tidak mau menyapa tuan rumahnya, tamu yang menyusahkan atas kehadiranya), badanku sudah terasa pegal, kucoba kubaringkan tubuhku diatas tikar swallow bongkar pasangku, suara petir menggelegar…tak kuhiraukan…
“Heii…?!” belum sempat ku berbaring, suaranya terdengar, pelan namun jelas. Mataku sontak terbuka, kaget bercampur senyum dalam hati, akhirnya dia mengeluarkan kata-kata. Aku kembali duduk menghadap tatapannya yang kian kemari kian lelah untuk berkedip. “Ada apa? Apa anda mengantuk?” tanyaku sedikit khawatir.
“KAMU TAHU APA YANG AKU TUANGKAN DALAM PUISIKU ITU?” setengah teriak ia bertanya sembari menunjuk buku yang tadi sempat kubaca, ia tidak menghiraukan pertanyaanku, kerasnya teriakan tertahan oleh derasnya suara hujan….semuanya terdengar normal. Akupun menggelengkan kepalaku, tanda aku tidak tahu apa yang sebenarnya ia tulis dalam puisinya itu. “Tapi tunggu sebentar…apakah semuanya ada hubungannya dengan ini??” tanyaku menggenggam al-Qur’an yang tergeletak disamping notebookku. Dia mengangguk… “Sedikit yang aku tangkap dari situ, aku tidak begitu mengulas banyak itu (menunjuk ke Qur’an) dalam puisiku ini…buku itu juga (masih menunjuk Qur’an) yang menginspirasi banyak dalam karyaku The Thousand-and-Second Tale of Scheherazade” ucapnya panjang lebar. ...hehe, aku tidak tahu, senyumku dalam hati
“Baiklah, dalam Al Aaraaf itu, aku mengulas suatu bintang, yang orang-orang menyebutnya supernova yang ditemukan si Tycho Brahe, aku tidak tahu pasti bintang apa itu, posisinya dimana, namun aku ‘berasumsi’ letaknya berada diantara surga dan neraka, bintang itu berbisik padaku, um…kamu percaya itu?? Dia berbisik bahwa bintang itu menamakan dirinya al Aaraaf (tempat antara surga dan neraka), kamu percaya padaku, umm?? Dia kembali meyakinkanku, namun aku terdiam. Hatiku berbisik, seandainya dia tahu apa yang disebutkan Tuhanku, Allah SWT, dalam ayat 46 dalam surat al A’raaf itu sendiri…coba anda buka! Anda akan tahu apa al-A’raaf itu! Hatiku memintanya untuk membuka, tapi aku terdiam.
“Mengapa?? Kamu tidak percaya??!! Kamu tidak percaya bahwa bintang itu adalah pertanda bencana, suatu hari manusia akan diadzab (baca: disiksa) oleh karena mereka telah merusak hukum Tuhan?? Aku tahu itu, bintang itu mengatakannya padaku” dia menangis. Tapi…..aku tercengang, sungguh aku tercengang dengan penjelasan terakhirnya, ada setitik ucap bertolak pada kewarasan: wajarlah bencana akan datang ketika manusia merusak aturan Tuhan, itu hal wajar. Tetapi bukan itu yang membuatku tercengang, ragu-ragu ingin kuucapkan sesuatu pada dirinya, aku menarik napasku, bicaraku pelan: “Tahukah anda?...bahwa….surat al a’raaf ini juga berbicara tentang mereka yang disiksa karena mereka tidak menuruti perintah tuhannya? Bohong kalau anda menuliskannya atas dasar bisikan sesuatu….!!” Ucapku tegas, badanku gemetar.
Kini….dia terdiam, tangannya yang sedari tadi ia sembunyikan dibalik jubah hitamnya ia keluarkan, diusapnya air matanya…terdengar ia cekikikan, ia tertawa….semakin lama tertawanya semakin keras, aku bisa rasakan ada kepuasan dalam dirinya, namun aku bingung….hujan semakin deras, petir sesekali masih terdengar, kini ruanganku terasa dingin, tawanya menyeruak dalam ruanganku, ruang pikirku…sungguh kini ruanganku terasa dingin…..tanganku meraba lantai yang semakin basah, diam-diam tetes air hujan masuk menyelinap lewat atapku yang bocor....aku terbangun…..
published on facebook: Sunday, May 22, 2011 at 10:35pm
yoga sudarisman
Sastra Penggemar
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
heran juga si Poe mau ke jogja cuma ngebahas Al Aaraaf sama lo.
ReplyDeletedhila13
http://goinover.blogpspot.com
http://dhila13.wordpress.com
ga usah heran dila...masih banyak beud sastrawan amerika/i yg mo numpang curhat ma gw...kekeke
ReplyDelete