Rahasia Pasar Tradisional
Pagi-pagi sekali, saya sudah berada di Pasar Tradisional Ciawitali, Garut. Sesuai dengan namanya—tradisional—semuanya belum tersentuh polesan modernisasi, tentu dalam hal tatanan ruang dan sistem jual belinya, bukan para pelaku transaksinya. Di sana, pengunjung tidak akan menemukan kerapian. Segalanya serba tumpah ruah ke ruang yang masih bisa diisi, asal tidak mengganggu pihak lain. Begitu pula soal kebersihan. Kualitas kebersihan di pasar tradisional mungkin hanya mendapat nilai 0 dari 10. Sampah berserakan di mana-mana, dan posisi parkir sangat tidak menentu. Asalkan tidak menghalangi jalan, semua dianggap sah. Saya berdiri cukup lama di depan tukang tempe, sementara di sebelah kiri saya ada tukang daging ayam yang setiap 15 menit sekali terdengar suara pisau jagalnya beradu dengan alas kayu—sangat berirama. Layaknya seorang intel dengan kabel headset menggantung di satu telinga, saya mengamati suasana pasar Ciawitali dengan saksama. Oh ya, sedang apa saya di sini? Saya ‘tersesat’...