Posts

Showing posts with the label Nindia

Souvenir Untuk Nindia

Image
Nindia sangat cantik. Penampilannya biasa saja, tidak glamor. Tangannya tidak ramai dengan  gadget  terbaru dan apalagi semacam perhiasan lainnya. Alat komunikasi seadanya. Pewanginya pun hanya minyak kayu putih ekaliptus yang bisa didapat di toserba manapun. Semua teman-temannya tahu itu. Budi pekerti yang luhur campuran kepandaian dalam berkomunikasi membuatnya dikenal sebagai sosok yang ramah, santun dan murah senyum. Itulah justru yang membuatnya berbeda dari gadis lainnya. Usianya kini menginjak 18 tahun. Beberapa minggu lagi dia akan masuk perguruan tinggi pilihannya di Bandung. Semasa SMA kemarin, dia tidak aktif di OSIS seperti teman-teman lainnya yang bahkan mereka sampai meminta agar namanya dicantumkan di jajaran OSIS SMA paling favorit di Garut itu. Nindia tidak seperti itu. Empat surat ajakan dari Alex, sang kakak kelas sekaligus pengurus OSIS juga anjuran dari bapak Kepala Sekolah untuk menjadi ketua OSIS pun ia tidak beritahukan kepada teman-temannya. Nindia men...

Asmarandana

Eling-eling mangka eling Rumingkang di bumi alam Darma wawayangan bae Raga taya pangawasa Lamun kasasar lampah Nafsu nu matak kaduhung Badan anu katempuhan Kalimat di atas adalah penggalan pupuh Asmarandana. Pupuh adalah bentuk puisi tradisional Sunda yang memiliki aturan metrum dan makna tertentu. Jenisnya pun beragam, ada sekitar 17 macam pupuh dengan nama dan ciri khas masing-masing. Misalnya, pupuh Kinanti yang berisi impian dan harapan, atau pupuh Gambuh yang menggambarkan kebingungan dan suasana hati yang samar. Sedangkan pupuh Asmarandana, seperti yang saya kutip di atas, mengangkat tema kasih sayang, saling mengasihi, dan saling mengingatkan. Cukup berwawasan, ya, pembukaan catatan ini. Hahay. Pupuh jugalah yang membuka alur cerita saya hari itu—satu hari bersama seseorang yang sangat spesial. Seseorang yang tindak-tanduknya diam-diam menjadi perhatian saya. Memang saya belum bisa memperhatikan semua aktivitasnya di luar sana, tapi bahkan lewat Facebook pun tak ...

Sembilan Sembilan

Satu lagi catatan saya menginjak angka 100. Tanpa disadari, suka duka, keluh kesah, resah, dan gelisah telah tertuang dalam catatan-catatan yang kadang tidak jelas dan tidak bertujuan. Semuanya saya tulis karena memang ingin menulis. Ini adalah catatan ke-99. Mungkin tidak semua catatan saya bernarasi—menceritakan urutan kejadian, waktu, atau tokoh. Dari 99 catatan, saya bisa pastikan kurang dari 10 di antaranya berisi lirik lagu atau kisah penuh hikmah hasil kopi-paste. Angka 99 menurut saya unik. Entah mengapa, bentuknya saja sudah menarik. Mungkin karena angka ini adalah ujung dari rentetan dua digit, atau mungkin karena angka ini populer sebagai jumlah nama-nama baik bagi Sang Maha Baik, yang otomatis membuatnya terasa istimewa di kepala saya. Entahlah... saya memang menyukai angka itu. Bahkan sebelum kejadian yang membuat saya semakin kesengsem dengan angka ini. Saya punya cerita istimewa di hari ke-9, bulan ke-9, tahun lalu. Cerita yang menjadi asal muasal lahirnya ca...

Dilema Kecil

Tanggal 3 Juli 2011 adalah terakhir kali saya menulis. Semuanya sudah jelas. Sejak berada di rumah, saya didera rasa malas. Bagi saya, catatan adalah luapan emosi dari sebuah rasa yang muncul saat tidak ada seorang pun teman di samping. Di kosan, saya begitu semangat menuliskan berbagai fenomena yang saya alami. Mengapa? Tak lebih karena tidak ada teman untuk berbagi cerita. Di rumah, pendengar setia saya tentu adalah keluarga sendiri. Tak ada lagi unek-unek yang perlu saya luapkan lewat ujung jari. Tapi kini... Tepat dua bulan lalu, saya dihadapkan pada sesuatu yang terasa ‘aneh’. Saya ingin bermain di dalamnya, tapi saya tahu ini bukanlah permainan. Jujur, saya belum siap untuk memasukinya. Namun saat saya menyadari belum siap, ternyata saya sudah terlanjur termakan oleh situasi dilematis. Perfect! Mungkin kamu pernah mendengar tentang kondisi seperti ini: Ingin bermain, tapi ragu dengan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Atau sebaliknya, tidak ingin bermain, ta...