Posts

Showing posts with the label cerpen

Hujan Tua Akhir Tahun

Seorang ibu anak satu dan sedang mengandung anak keduanya kini sedang tersenyum. Rasa sakit yang tiba-tiba datang dari perutnya sudah tidak dirasa. Bulan ini adalah bulan prediksi kelahiran anak keduanya. Tidak ada yang membuatnya bahagia selain menanti kelahiran ini. Dan tentu saja, ditemani anak pertamanya yang kini sedang terpaku melihat keluar jendela, antara bingung atau sedang menikmati rintik hujan di luar sana yang kadang nadanya meninggi terbawa angin. Usia 1 tahun memang terlalu sedikit untuk memahami arti hujan tua di penghujung tahun. Ibunya terus bernyanyi 'tik-tik-tik-bunyi hujan di atas genting', anaknya kadang bertepuk tangan pelan dan tapi ia melanjutkan tatapannya ke luar jendela. Mematung disinari kilat sabung-menyabung. "Itu hujan, Nak" ibunya mengingatkan. Anaknya melirik perlahan, tersenyum. Sore seperti ini, hujan seperti sudah teragenda. Dua bulan terakhir, entahlah, kami sudah berada di musim penghujan. Akhir tahun bukanlah hari spesial. Sambi...

Cinta

Judul yang aneh. Tapi selalu diperbincangkan. Entah untuk orang yang masih hidup, ataupun yang sudah meninggal. Tapi cinta inilah yang sangat pantas dihadirkan dalam setiap kondisi manis ataupun pahit. Sore ini misalkan, seseorang yang menawan telah kehilangan ayahnya. Ia menangis. Tak tahu harus bagaimana. Tidak sadar bahwa semua ini perihal cinta. Cinta Tuhan pada hambaNya yang belum pulang. Kini harus dipulangkan. Atau cinta orang tua pada anaknya sekalipun sudah meninggal. Tapi Sri, belum sepenuhnya mengerti tentang cinta ini. Sudah beberapa hari Sri menangisi kepulangan ayahnya ke haribaan sang Pemilik nyawa. Sri masih memikirkan kondisi terakhir ayahnya. Malam itu... Pak Jarot sedang sehat. Ceria sekali romannya. Makannya pun lahap. Ini pertanda baik. Sebelumnya dan bahkan sampai tadi Magrib pun, pak Jarot tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah 4 bulan dia berbaring tak berdaya diasuh kanker ginjal. Malam ini dia begitu bugar. Beberapa anggota keluarga terutama anaknya, Sri, tidak ter...

Hoer

Menarik memperhatikan orang zaman sekarang. Saat suka dia follow , saat benci dia block . Sederhana, hanya dengan klik jempol. Itulah yang dilakukan Hoer saat ia suka dengan seseorang. Ia gandrung tak sabar dengan berita tentang fulan. Saat fulan mengatakan sesuatu, ia kutip, share berpuluh kali. Namun, saat fulan satu waktu tidak sesuai dengan keinginan Hoer, karena masalah keyakinan, Hoer langsung memblok dan membuat berita-berita dengan nada kebencian. Benci bercampur rasa benar sendiri menimbulkan hoax adiluhung. Tidak terkalahkan, dan bahkan ia share beratus kali. Mengalahkan rasa sukanya dulu. Anggi adalah fulan yang disukai Hoer. Saat Anggi tidak berkomentar apapun tentang perjodohan orang tuanya, Hoer mendukung sikap Anggi. Bahwa katanya, perempuan harus bisa memilih pasangannya sendiri. Ini bukan zaman Siti Nurbaya. Namun saat Anggi menerima pinangan keluarga Jojo, pemuda sesat anak kiyai besar asal kampung sebelah, Hoer langsung benci Anggi dengan sisa darah panas kefan...

Manusia Eksperimen

Tahun 70an, para antroplog dan sosiolog bergabung mengadakan sebuah eksperimen. Mengisolasi manusia untuk tinggal di satu rumah mewah yang dilengkapi dengan barang-barang multifungsi menjadi media hiburan. Tempat tidur ditata rapi sekelas hotel bintang 5. Kulkas dipenuhi makanan dan minuman yang hadir dari lorong rahasia yang terhubung ke dapur. Satu hal yang tidak boleh dilakukan adalah berkomunikasi. Saluran telpon diputus, rumah tetangga dikosongkan. Jalan depan rumah diblok. Keluar rumah diperbolehkan hanya untuk melihat kolam belakang rumah dan menghirup udara segar. Rumah dikelilingi benteng tinggi. Rincian Aktivitas Per-Minggu: Minggu ke-1, manusia ini hidup biasa, mulai menulis rencana-rencana untuk 5 minggu ke depan. Catatan kecil mulai disiapkan, bahkan ditempel di beberapa pintu sebagai memo pengingat khawatir lupa. Termasuk menulis acara TV favorit. Alat-alat olahraga mulai diuji coba penggunaannya. Alat-alat hiburan diperiksa satu persatu. Luar biasa! Mewah. Minggu ke-2...

Lumpuh Jaya

Bandung akan menjadi kota baru dalam sejarah hidup. Aku memilih daerah Jatihandap untuk tempat tinggal sementara. Banyak sebetulnya kos-kosan daerah Bandung Timur. Namun, aku mencari tempat yang menyediakan toilet duduk, bukan jongkok. Itu seperti mencari siaran televisi yang bersih gambarnya di daerah Cicaheum ke atas ini. Lumayan sulit. Akhirnya kos-kosan 3 kali 6 meter pun dapat dari aplikasi HP. Harga langit pun akhirnya harus dibayar per-tiga bulan. Tak masalah. Udara pagi ini sangat sejuk. Selimut yang menjadi musuh tadi malam kini bersahabat, berdamai dengan 16 derajat selsius. Tidak heran hujan turun dari mulai dini hari. Awan hitam melingkar menggelayut betah di atas langit dari kemarin sore. Malam hari begitu panas, dan dibayar lunas hujan jam 1 pagi tadi. Tak terbayang perjalanan pertama di hari Senin bertemankan hujan. Bandung tercatat kota ketiga setelah Jakarta dan Surabaya juara dalam hal macet. Bagi pemerintah daerah ataupun pusat, kemacetan menjadi hal paradoks. Kemac...

Makam Sutet

Suasana senja Sawah Lebak begitu romantis. Tidak seperti sore-sore biasanya yang sering diguyur hujan, kali ini nuansa surga dunia hadir di sini. Burung-burung sudah kembali ke beberapa pohon sekitaran sawah yang sebentar lagi akan dipanen. Pohon kemiri tua sebelah utara paling laris diserbu kawanan burung yang sudah kembali dari mencari rezeki entah kemana. Balik kandang. Sebentar lagi azan Magrib. Angin sore pun begitu pelan mengalun namun tajam menikam sehat. Para petani sudah kembali beberapa jam lalu setelah Asar. Termasuk Mbah Endon, pemilik perkebunan singkong yang kini terlihat rimbun hijau tua tersilap senja menguning. Mbah Endon sesepuh di kampung kami. Tahu betul tentang sudut setiap kampung, termasuk Sawah Lebak. Ada pemandangan yang tidak sama dengan romantisnya senja di pesawahan manapun. Sawah Lebak dikenal oleh orang sekitar bukan sebagai pesawahan, tapi sebagai tempat yang beberapa bulan lalu sempat ramai karena akan dibangun tiang sutet sebagai tiang listrik penyambu...

Anak Siapa?

Hari kemarin, kampung kami tidak seperti biasanya. Jalan kecil masuk dan keluar kampung dipenuhi para warga yang berdesas desus tidak bisa ditebak. Kami yang melintas menggunakan motor, sempat berhenti di satu kerumunan warga, yang salah seorangnya kami kenal dengannya. Teten si penutur adalah teman kami yang jago bercerita. "Ten, ini ada apa?" "Ini, kita lagi menunggu polisi balik...tunggu aja di sini". Teten serius menjawab. Ia mulai menjauh mendekati kerumunan yang lain. Ah, tumben ceritanya tidak menarik. Tidak ingin mengetahui lebih panjang, motor kami kembali melaju. Namun, kami harus terhenti mendadak sesaat di gang depan pun beberapa aparat desa sudah menutup jalan. Motor kami terpaksa dimatikan. "Say, turun dulu!" Istri saya pun turun dari motor. Kami berdua baru pulang dari rumah si ibu. Katanya ibu sakit. Sudah beberapa hari tidak mengajar. "Aya naon ieu téh?" Saya bertanya lagi pada orang yang tidak dikenal. Kampung kami lumayan luas....

Garamnya Hidup

Image
Malam minggu ini sepertinya akan hujan. Gerah terasa menyelimuti daerah Cikadut dan sekitarnya. Jangan seperti minggu lalu, hujan 20 menit menyisakan genangan air depan pom bensin di jalur lurus. Pom bensin Cikadut terkenal ramai. Lalu lalang seliweran kendaraan membuat Cikadut semakin terlihat sibuk. Belum lagi ditambah banjir. Bisa merayap atau bahkan diam sama selali. Tidak ada yang menarik di jalanan ini. Hanya suara klakson saja dari ratusan kendaraan yang jadi hiburan aneh. Beberapa orang mengimbangi klakson dengan umpatan dan kontak mata yang buas. Aku, selalu berada di sini. Di tempat yang sudah disewa empat bulan kemarin. Tidak begitu ramai. Kontras sekali. Kasihan. Ada yang bilang harga nasinya mahal. Ada juga yang berbisik nasi gorengnya kurang garam. Tidak banyak pembeli nasi goreng di sini. Mungkin ada benarnya. Tapi apalah daya. Aku bukan siapa-siapa di sini. Aku tidak bisa berbuat banyak. Aku hanya melihat mang Ibo, sang penjual nasi goreng, duduk termenung, mengotak-at...

Rasminah: Lingkar Amarah

Bandung 2014. Rasminah adalah tulang punggung keluarga. Suaminya, Badri, meninggal 6 tahun yang lalu. Mereka dikaruniai dua anak laki-laki. Iwang si sulung yang kini kelas 2 SMA dan Cahya, si bungsu kelas 3 SMP. Ceu Minah biasa orang-orang memanggilnya awalnya tak sanggup untuk membayangkan kehidupan tanpa Badri. Apalagi Badri pekerja tetap di salah satu pabrik konveksi di jalan A.H. Nasution. Gaji bulanan tidak pernah dirasa kurang oleh Minah dan keluarga. Namun, semenjak kejadian itu... Setelah warga Cicabe dikejutkan oleh penemuan mayat di pohon jambe belakang mesjid As-Salaam. Belakang rumah Badri. Entah apa yang ada dipikiran Badri saat itu, saat hujan deras disertai kilatan petir dengan ritme tak menentu, Badri memanjat pohon jambe. Ia ingin membetulkan kabel listrik yang sedikit menyangkut tak elok ke salah satu ranting jambe. Pastilah supaya tidak terjadi kosleting. Pasti itu yang ada di pikirannya. Tapi siapa yang tahu kalau kabel berumur puluhan tahun itu kini sudah tak lagi ...

Koin

Pagi itu daerah simpang Pasir Impun macet total. Ramai sekali. Banyak orang ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi. Polisi lalu lintas sudah memanggil teman lainnya untuk berjaga. Geger bukan main. Mi'an ditemukan tewas bersimbah darah depan supermarket Pasir Impun Bandung. Warga sekitar mengenalnya. Mi'an adalah 'pak ogah' yang bekerja menyebrangkan mobil-mobil yang keluar masuk Pasir Impun. Tidak sepanjang hari, Mi'an hanya diberi waktu 4 jam dan sisanya bergilir ganti dengan teman-teman nongkrongnya; Roja, Ram, Rutus dan Aang. Sisa waktunya mereka gunakan sebagai tukang ojeg pangkalan atau menjadi tukang parkir di lahan tak bertuan dan paling penting banyak motor berdiam. Tidak ada yang tahu dengan siapa Mi'an berurusan. Sebelum datang orang-orang yang membawa Mi'an ke rumahnya, Rutus sempat mengambil satu koin dari puluhan koin 500an yang berserakan di tempat kejadian. Koin berdarah. Tragis, perut Mi'an dipenuhi koin 500an. Tidak ada seorang pun...

Gimana Kalo...

Sekarang pukul 16.00. Hujan belum reda juga. Malah semakin besar. Aku masih di rumah teman di daerah Garut yang lumayan dingin. Maklum Garut selatan. Tapi aku harus pulang. Jarak tempuh ke rumahku akan menghabiskan sekitar satu jam setengah karena mau tidak mau aku harus memperlambat laju kendaraanku. Dengan kata lain aku akan sampai rumah malam. Apalagi hujan besar seperti ini. Bermodalkan jas kelelawar hitam yang sedikit bolong di sana sini, aku pun pamit dari rumah teman. Beberapa kali temanku menyarankan untuk menginap barang semalam saja. Tapi entahlah, walaupun rasa malas yang bergiga, aku ingin sekali pulang. Terlebih aku tidak ingin merepotkan yang lain. Tumben, sore ini aku merindukan orang yang ada di rumah. Bisa saja sebetulnya aku meminta izin kepada orang tuaku untuk menginap di rumah teman ini dan pulang di kala shubuh. Niat itu kuurungkan sesaat melihat hujan yang sangat besar. Aku ingin pulang. Aku semakin merindukan mereka. Aku dan temanku menghampiri motorku. Masih ku...

Souvenir Untuk Nindia

Image
Nindia sangat cantik. Penampilannya biasa saja, tidak glamor. Tangannya tidak ramai dengan  gadget  terbaru dan apalagi semacam perhiasan lainnya. Alat komunikasi seadanya. Pewanginya pun hanya minyak kayu putih ekaliptus yang bisa didapat di toserba manapun. Semua teman-temannya tahu itu. Budi pekerti yang luhur campuran kepandaian dalam berkomunikasi membuatnya dikenal sebagai sosok yang ramah, santun dan murah senyum. Itulah justru yang membuatnya berbeda dari gadis lainnya. Usianya kini menginjak 18 tahun. Beberapa minggu lagi dia akan masuk perguruan tinggi pilihannya di Bandung. Semasa SMA kemarin, dia tidak aktif di OSIS seperti teman-teman lainnya yang bahkan mereka sampai meminta agar namanya dicantumkan di jajaran OSIS SMA paling favorit di Garut itu. Nindia tidak seperti itu. Empat surat ajakan dari Alex, sang kakak kelas sekaligus pengurus OSIS juga anjuran dari bapak Kepala Sekolah untuk menjadi ketua OSIS pun ia tidak beritahukan kepada teman-temannya. Nindia men...

Jenggot dan Gamis

Image
Dibukanya laptop yang masih dalam kondisi redup. Ketikan materi dakwah dalam  Word  pun sudah rapi disimpan. Bahkan semua halaman sudah dicetak. Kini ia membuat halaman baru untuk menuangkan apa yang menjadi cita-citanya di tahun 2013; harus punya buku harian walau tidak ada peristiwa menarik. Kursor penanda ketikan masih berdetak dan  ... ... satu waktu saya bahagia sekali ketika mendapatkan semua album Rhoma Irama. Biasa, hasil mengunduh. Sekitar 500 lagu didapatkan. Baik yang duet atau pun hanya Soneta. Baik live atau pun album studio, semuanya komplit. Ada yang menarik pendengaran saat memainkan semua lagu secara acak. Mencermati dengan seksama lirik lagu itu. Ternyata lagu tersebut berjudul "Dasi dan Gincu". Lirik dalam lagu ini sungguh berkesan. Di mana pada waktu dan untuk orang-orang tertentu, dasi dan gincu menjadi tolok ukur dalam mencari pasangan hidup. Keluar dari dasi dan gincu, ada cerita tentang perihal lain penarik pasangan hidup: jenggot dan gamis. Ya, ja...