Lakuna
May 24, 2017
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
[Garut, 30 April 2017]
Alhamdulillah hari ini benar-benar bisa istirahat, akan bobogan. Bobo ganteng.
Minggu kemarin mari katakan sebagai minggu berkah, seperti nama warteg. Aktivitas berderet rapi koyo gerbong sepur, panjang lan padat. Tapi sekali lagi, itu berkah. Mumpung masih muda. Sibuk itu memang kotor dan menjijikan kata Larkin dalam puisinya, Toads. Dan libur itu adalah suci mensucikan seperti halnya Holiday dalam Scorpions. Tapi percayalah, bergaul dengan sesuatu yang kotor dan menjijikan itu lebih mudah dibayangkan daripada saat tua nanti merengek karena menyesal masa mudanya dipenuhi dengan kesucian personal, libur tak ada aktivitas. Tapi eh, jangan dibayangkan. Boleh jadi orang seperti itu pun tidak akan membayangkannya. Tua beracun malas atau mati tertimbun sesal.
Pagi ini, hujan mengguyur Garut. Segar. Laptop mulai dinyalakan, dan memilih lagu Utha Likumahuwa humma hum! Hehe bercanda. Anta antumaa antum. Canda lagi! “Esokkan Masih Ada” masih menjadi lagu favorit. Lagu yang sangat menggairahkan:
Hai Nona manis,
biarkanlah bumi berputar, menurut kehendak yang Kuasa. Apakah artinya sebuah derita, bila kau yakin itu pasti akan berlalu...
Hai nona manis,
biarkanlah bumi berputar. Menurut kehendak yang kuasa.
Dari sini, terlihat istri mulai mempersiapkan peralatan untuk menyetrika pakaian di ruang tamu. Alhamdulillah kami akan dikarunia seorang anak. Si Neng jalan 3 bulan insya Allah. Kami sering mengobrol ringan, jenis kelamin apa yang akan hadir di rumah kecil kami? Padahal, biarkanlah menurut kehendak yang kuasa. Tapi ya itulah, kami manusia biasa. Akan penasaran dengan rizki yang belum terlihat. Penasaran itu adalah sisi lain dari harapan yang membawa bumi ini terus berputar.
Bulan depan insya Allah kalau sehat, kami akan pergi untuk mesin USG. Sebagai informasi yang belum diketahui oleh istri adalah nama-nama calon bayi yang sudah dipersiapkan iseng waktu kuliah dulu. Kalau laki-laki, ada “Qiblat Sae Lakuna”, dan kalau perempuan ada “Estetika”. Itu rahasia yang belum diketahui oleh istri. Semasa kuliah, beberapa cerita tercipta dengan nama karakter fiksi yang hanya diketahui oleh memori harddisk laptop. Banyak sekali karakter yang terbayang dan sepertinya tokoh bernama “Sae” menjadi tokoh favorit laki-laki yang tampan dan kritis, di sisi lain dia absurd, soleh juga transendentalis. Tokoh wanita bernama Estetika, ia sangat anggun, solehah, jago menggambar dan visioner.
Satu bulan kemudian,
...seiring berjalannya waktu, alhamdulillah bayi kami sehat wal’aafiat. Mesin ultrasonografi (USG) menampilkan jasad dua dimensi dengan jenis kelamin laki-laki. Diperkenalkanlah sosok Qiblat Sae Lakuna pada istri. Dalam bahasa Sunda lakuna adalah perilakunya. Qiblat Sae Lakuna adalah pusat kebaikan perilakunya. Tapi saat itu, istilah lakuna muncul dari alusi Hakuna Matata Lion King Timon Pumbaa, yang berasal dari bahasa Swahili bermakna “Tidak perlu khawatir”. Istri tidak terlalu merespon dengan nama yang diperkenalkan. Sae adalah bahasa Sunda untuk baik, ada George atau Marvel dalam bahasa Inggris, ada Bagus dalam bahasa Indonesia, ada Arif atau Khoer dalam bahasa Arab dan seterusnya berkaitan dengan keunikan bahasa. Kami berdua yakin tidak ada bahasa yang superior-inferior dalam kacamata budaya. Dalam urusan agama, kami berdua tidak ada yang tahu. Itu rahasia.
Lakuna akhirnya tidak masuk daftar. Qiblat Sae sudah disetujui. Ada beberapa pilihan lagi nama-nama fiksi dalam laptop yang dimunculkan secara otomatis di aplikasi Excel. Walagri akan menjadi the last name of our son. Walagri bermakna sehat wal’aafiat.
“A, aa...! Itu ada tamu. Pagi-pagi sudah tidur lagi.”
Ah, tidak jadi bobo gantengnya. Sibuk memang kotor. Dari kotorlah, bersih itu akan muncul. Exchange your troubles for some love.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Blog
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment