Ruh dan Pengaruh dari Ibadah


                Ibadah, bisa disebut ibadah kalau dalam pelaksanaannya terdapat ruh dan pengaruh tentunya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Ruh dalam ibadah, kita harus menjiwai, meyakini bahwasannya ibadah yg kita lakukan adalah hanya untuk menggapai keridloan Allah SWT, tidak sedikitpun dibumbui oleh amalan-amalan yg dapat merusak nilai ibadah kita. Dan pengaruh (atsar) dari suatu ibadah tentunya harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari kita.
                Sebulan penuh kita menjalankan ibadah shaum, ibadah yang dalam sebuah keterangan dijelaskan paling berbeda dengan ibadah lainnya. Hanya ibadah shaum, ibadah yang
langsung hubungannya dengan Allah, hanya dirinyalah dan Allah yang tahu apakah dia benar-benar shaum atau tidak. Orang bisa saja ikut sahur, ikut berbuka, tetapi kita tidak mengetahui apakah yang dia lakukan disiang hari. Karena dari itu, keistimewaan dan pahala dari ibadah shaum Ramadhan pun sangat menggiurkan, tentunya kalau dilandasi dengan iman yang sangat kuat Man shoma romadhona imanan wakhtisaban, ghufirolahu ma taqodama min dzanbih”: Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosanya yang telah lalu. Siapa yang tidak ingin semua dosa-dosanya diampuni?
                Tidak sedikit juga, mereka yang shaum tidak mendapatkan pahala dari shaum itu sendiri, ini yang tidak disertai dengan ruh, tidak dijiwai, tidak dilandasi dengan keimanan yang kokoh. “rubba sho'imin laisa hadzzuhu illa al ju` wa al `athos”: banyak orang puasa tapi mereka tidak memperoleh apa-apa selain lapar dan haus.
Mereka sahur, mereka shaum, tapi dalam pelaksanaanya, banyak amalan-amalan yang merusak pahala dari shaum itu sendiri, hakikatnya shaumnya tidak batal, tetapi pahala yang seharusnya ia dapatkan, rusak/batal dikarenakan amalan buruknya; seperti halnya ghibah, fitnah, berdusta dan amalan buruk lainnya. Ini tidak banyak diperhatikan oleh orang-orang, karena yang mereka tahu, hanya makan dan minumlah yang membatalkan shaum, buat apa shaum sebulan penuh kalau tidak berpahala?
Selain dari diampuni dosa-dosanya, orang-orang yang shaum (shoimin) mendapatkan “3 medali” sekaligus:
  1.  Rahmat dari Allah
  2.  Maghfiroh dari Allah
  3.  Dijauhkan dari api neraka (itqumminannar)

Hanya orang-orang yang shaumlah yang mendapatkan keistimewaan-keistimewaan tersebut, tentunya kita sudah mengetahui, 10 hari pertama bulan Ramadhan, Rahmat Allah diberikan kepada mereka yang shaum, 10 hari kedua maghfiroh Allah diturunkan bagi yang shaum dan 10 hari terakhir orang-orang yang shaum akan dijauhkan dirinya dari api neraka. Bagi mereka yang shaum, masuk syurganya pun khusus melalui pintu yang dinamakan “ar Royan”, pintu yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang shaum.
Sebulan penuh kita dilatih untuk bisa menahan hawa nafsu kita, nafsu makan, minum, hubungan suami istri bagi yang sudah menikah, sampai nafsu amarah kita, dari yang tadinya kita sering marah-marah, muncul kesadaran kita sedang shaum, sedang dipantau oleh Allah SWT, dari yang tadinya kita jarang bangun dini hari, mau tidak mau harus bangun untuk sahur, tentunya bukan untuk makan semata, ada berkah yang kita harapkan dari menyantap sahur tersebut.
Kalau sebelumnya kita makan ini itu, bahkan bisa dikatakan rakus, shaum melatih kita untuk tidak makan dan minum yang tujuannya untuk merasakan apa yang dirasakan saudara-saudara kita yang kurang mampu, yang mungkin saja mereka menahan makan dan minum bukan hanya sebulan tetapi bertahun-tahun. Muncullah solidaritas antar sesama, rasa sayang menyayangi yang pada akhir Ramadhan kita sebagai orang yang mampu diwajibkan zakat fitrah, memberikan 2,5kg beras bagi mereka yang membutuhkan, bagi mereka yang sulit mencari makanan.
Akhirnya, di Idul Fitri ini, hari kebahagian bagi mereka yang shaum, karena shoimin itu mempunyai dua kebahagiaan, kebahagiaan yang pertama yakni ketika mereka berbuka, baik berbuka harian, ataupun berbuka tahunan, idul Fitri ini. Dan yang kedua kebahagiaan ketika mereka bertemu dengan Allah SWT, saya sebagai khotib sekedar mengingatkan, bukan berarti di idul fitri ini, yang tadinya amarah kita ditahan, nafsu makan dan minum berlebihan kita ditahan, hari ini dibebaskan kembali semuanya, semua makanan disantap, orang yang menjengkelkan kita sewaktu puasa, didatangi kerumahnya untuk dibalas, bukan seperti itu.
Pengaruh dari shaum Ramadhan kemarin, hendaklah bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dibulan-bulan selain Ramadhan, biasakanlah bangun dini hari meskipun bukan Ramadhan, dirikanlah shalat malam/Tahajud setelah malam-malam kemarin kita giat menjalankan shalat Tarawih. Kontrollah amarah kita, tetaplah untuk menjaga aktivitas membaca al-Qur’an, dari yang kemarin-kemarin kita gemar membaca al-Qur’an karena tahu pahalanya 10 kali lipat, tetap harus dijaga dibulan-bulan selain Ramadhan juga. Dan pada akhirnya, semoga amalan-amalan kita selama Ramadhan kemarin, shaum, shalat tarawih, tadarus, zakat kita mampu memnghantarkan ke target shaum kita, la’allakum tattaqun, la’allakum tasykurun, menjadi orang-orang yang bertaqwa, menjadi orang-orang yang bersyukur. Amin….
Rabbana Taqabbal minna, innaka antas sami’un alim…
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Khutbah Idul Fitri 1431 H

0 comments:

Post a Comment

Back to top