Sebuah Pengakuan...

Manusia diciptakan begitu sangat unik, sangat super istimewa...tentunya, dibandingkan dengan makhluk yang lainya. Apabila kita menelisik kepada syair pujangga ternama, Abu Nawas, al-I'tiraf (Pengakuan):
         Tuhanku... aku tidak layak memasuki syurga Firdaus
         Dan aku pun tak mampu menahan siksa api Neraka
seorang manusia bukanlah Malaikat yang tak henti-hentinya berbuat kebaikan hingga dimasukan kedalam syurga, dan  bukanlah syetan yang terus menerus berpaling dari jalan Tuhan hasil dari tingkahnya yang pede (baca: sombong), mampu membawa umat manusia ke jalan yang melenceng dari syurga.
Manusia tidak seperti kedua makhluk monoton itu, tidak terus berbuat baik dan kadang berbuat salah.

bukan rahasia lagi, kisah complaintnya Malaikat kepada Tuhan sang Maha Pencipta terhadap makhluk baru (manusia) yang akan diciptakannya, kisah ini diabadikan dalam Q.S al-Baqarah: 30
          "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."


dari ayat interupsi diatas, Malaikat seolah tahu sosok manusia yang akan diciptakan, namun, Allah sang Maha Pencipta membungkam pertanyaan mereka dengan maha luasnya pengetahuan Allah, Dia Maha Mengetahui apa yang tidak diketahui oleh makhluk-Nya.

Sampai perjalanan kisah selanjutnya, Allah mewajibkan seluruh makhluk bersujud kepada manusia (Adam), baik dari golongan Malaikat ataupun dari golongan syetan, disini terlihat posisi manusia yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan Malaikat sekalipun, ada keunikan yang sangat luar biasa, ada prestasi ghaib yang hanya Allahlah yang mengetahui mengapa manusia begitu sempurna dibandingkan makhluk yang lainnya. Walau selang beberapa rentetan kisah saja, manusia terjatuh kedalam bujukan syetan, pengkhianatan pertama kepada Tuhan. Dan dari sanalah, kisah manusia dibumi berlanjut.

Fyuuh....intro yang cukup panjang yak, jelaslah sudah posisi manusia yang kadang diagungkan jauh melebihi malaikat dan tak jarang pula seiring berjalannya waktu, manusia menjelma seperti syetan.
Pengakuan yang sangat luar biasa dari seorang Abu Nawas....(give him applause....) yang mungkin…kita lupa atau sengaja lupa akan posisi kita sebenarnya. Kita tidak berhak sombong karena kesempurnaan kita, dan tak pantas bangga dengan kesalahan kita.

Sekali lagi, thanks to Abu Nawas…pengakuan yang sangat super, yang tentunya harus diakui oleh seluruh umat manusia juga.

Ketika menelaah kisah-kisah diatas, yang saya tangkap mengenai salah satu keistimewaan manusia adalah dikucurkannya nikmat 'rasa' oleh Allah. Yaa, RASA. Dimana malaikat hanya mempunya 1 rasa, rasa takut terhadap Allah…dan syetan pun mempunyai 1 rasa, rasa tinggi, dengan penolakanya untuk bersujud kepada apa yang diperintahkan Allah, mereka sudah merasa jauh lebih tinggi dari segalanya, padahal dengan tegas Allah maha mengetahui apa yang tidak diketahui oleh Malaikat dan Syetan…tetap saja syetan merasa tinggi, hingga menolak dengan alasan: kami tidak pantas untuk sujud kepada manusia.

Tapi hey coba lihat manusia…dimulai dengan rasa ketakutan, rasa kesepian, rasa ingin tahu, rasa lupa, rasa marah, rasa cinta….berjuta rasa yang dianugerahi Allah kepada manusia. Rasa takut akan larangan Allah berhasil menahan godaan syetan walau untuk beberapa saat, tapi rasa penasaran yang besar sampai akhirnya tergelincir, rasa kesepian ketika sendirian hingga akhirnya diciptakan Hawa dan tumbuhlah rasa cinta, rasa perhatian, rasa ingin menjaga. Mungkin itulah manusia.

Tentunya masih ada yang jauh lebih istimewa daripada kucuran sebuah ‘rasa’ kepada diri manusia dan keistimewaan2 mengapa Tuhan menciptakan makhluk yang jelas-jelas tidak selamanya patuh dan putih, bahkan menurut malaikat, manusia adalah makhluk yang gemar menumpahkan darah (selalu berselisih). Tidak ada yang tahu, hanya Allah yang maha Mengetahui.

Tetapi jauh daripada itu, saya hanya mengajak golongan saya untuk bisa menghormati manusia lainnya, kelompok satu terhadap kelompok lainnya, satu golongan terhadap golongan lainnya, memang sudah fitrahnya manusia selalu dinamis dalam menjalani kehidupan (baca: plin-plan), yaa saya mengambil kata plin-plan, mungkin itulah yang selalu dirasakan manusia, mereka tahu itu salah, itu melanggar…tetapi, apa salahnya kalau kita mencoba, kalau kita bla-bla-bla, yang lain juga bla-bla-bla. Sekali lagi, kita tidak berhak untuk sombong apalagi merasa PALING BENAR / PALING TINGGI atas kelompok manusia yang lainnya dan jangan sampai merasa bangga dengan kesalahan yang telah kita perbuat, musuh kita hanya satu, musuh yang jelas-jelas mendeklarasikan akan mengganggu kita sampai akhir zaman, syetan la'natullah.

'Saya sayang bangsa Indonesia yang selalu carut marut kaya parut….mmuaacch.'
catatan ketika melihat anarki antar umat beragama, dan mengaku beragama.
published on Facebook: Thursday, February 17, 2011

0 comments:

Post a Comment

Back to top