Icon 't', terima kasih
June 15, 2011
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
1) "Lapaaarr..."
2) "Tolong hapuskan dia dari ingatanku ya Allah..."
3) "Semoga perjalananku selamat sampe tujuan...amin ^^"
4) "MALES KERJA, MALES KERJA,....ARRGGHHHH"
Hahay...saya tersenyum dalam hati. Ceria. Di sela-sela pagi yang pusing, sedari tadi saya mengkaji tentang icon. The Power of Icon. Saya tersenyum melihat berbagai status di Facebook (icon huruf 'f' tidak kapital). Ada yang menarik dari 4 status di atas. Saya ingin berbagi cerita mengenai status ke-2, karena ketiga status lainnya biasa saya jumpai. Biasa saya baca. Kadang saya kasih jempol di bawahnya. Status ke-2 ini baru. Jarang saya temui. Ada yang baru putus dengan pacarnya. Sebagaimana saya tidak pernah beranjak dari laptop, saya pun tau kronologis perpisahan orang yang menulis status kedua ini. Orang yang sangat tidak saya kenal, mungkin 2 kali saya bertemu dengannya. Kejadiannya sekitar 2 hari yang lalu, dia mulai menulis status-status yang berisi pertengkaran. Kadang mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya dituliskan. Kadang menyelipkan nama Tuhan di balik amarahnya. Kadang dia mengobati dirinya sendiri dengan status-status 'penguatan (baca: motivasi)'. Itu dua hari yang lalu. Beda dengan kemarin, jarang sekali saya melihat statusnya muncul di News Feed. Hanya satu, itupun bukan status. Terlihat icon 'love' berwarna merah muda: menandakan perubahan status dari engaged menjadi single. Menjelang sore, ada status yang menandakan dia pulang dari tempat kerja. Dia pulang kampung. Dan hari ini, pagi ini, saya membaca statusnya berisi seperti di atas...entahlah, hanya dia yang tahu.
Hmm...sebenarnya, inilah salah satu alasan mengapa saya selalu setia dengan situs jejaring sosial dengan icon huruf 'f' tidak kapital ini. Pernah sebagian teman mengajak untuk pindah ke icon huruf 't' (sama tidak kapital juga), bahkan sebagian lagi sudah tidak aktif di huruf 'f' dan berpaling ke 't' untuk selamanya. Inilah alasannya: banyak orang yang blak-blakan curhat di situs ini. Kadang berdo'a, kadang jahil dengan mentag nama orang, kadang menuliskan status yang fenomenal, satu kata tapi yang nge-like sampai 40 orang (karena photo profilnya cewe cantik). Saya melihatnya sebagai hiburan di antara puluhan pikiran yang memadati kepala ini. Saya selalu tersenyum. Kadang menjadi ide untuk menulis ini itu. Pernah ada teman yang menulis status: "Kalaulah Facebook diyakini sebagai tempat diijabahnya do'a, mungkin ratusan orang tiap hari menulis status. Ya Rabb, Ya Allah, Ya Tuhanku bla-bla-bla-bla..." Tak segan saya menitipkan icon jempol di bawah statusnya. Sayang, facebook bukan tempat mengaduh. Bagi saya, facebook hanyalah buku harian. Tak sanggup saya menuliskan hal-hal yang berat. Tidak tentang masalah pribadi, tidak tentang masalah keluarga, juga tidak tentang keyakinan diri. Seperti halnya julukan yang disandarkan untuk situs ‘f’ ini sebagai jejaring sosial (social network), yang saya tulis pun…yaa yang berhubungan dengan hal-hal sosial. Yang menarik untuk diperhatikan. Menghibur.
Mungkin, kalian yang membaca note ini pernah dengar, kalau situs jejaring ‘f’ yang memakainya kebanyakan orang-orang awam. Orang yang baru masuk ke dalam dunia internet. Beda dengan pengguna situs ‘t’, ada istilah follow-follower. Tidak cocok untuk orang seperti kami. Yang tidak suka mengekor ataupun dibuntuti, dan yang pasti, semua pengguna icon 't' pernah mempunyai akun facebook sebelumnya. Harusnya mereka yang sudah menetap di 't', mengucapkan terima kasih kepada 'f'. Bukan meninggalkannya, merendahkannya, mengejeknya.
Kembali kepada mereka yang baru masuk ke ‘f’. Statusnya sangat ‘pas’ untuk dinikmati sebagai hiburan. Untuk saya pribadi, status-status itu khas, yang mungkin tidak akan dijumpai di 't' karena seperti status: “kepribadian orang bisa dilihat dari tulisannya…." Dari sanalah, dari tulisan status-status itulah, aku bisa membaca mereka sedang mengalami mood apa. Meskipun hanya pura-pura.
Tambahan, bukan berarti facebook sebagai rumah pribadi, lantas menulis status seenaknya. Mungkin saya tidak berani untuk menulis status: “Leganya sudah sholat… hey kalian yang masih onlen yang belum sholat, ingatlah mati…INGAT MATI!!!" Tak jarang saya membaca status-status pengingat semacam itu. Di sisi lain itu bagus. Tapi media sosial punya banyak sisi, banyak interpretasi. Saya pernah membaca status: “Lebih baik pandai merasa daripada merasa pandai”. Saya juga pernah melike status seorang teman: “Beda ikhlas dan riya itu sangatlah tipis…”… Status-status yang menawan. Jadi, walaupun facebook sebagai rumah kita, alangkah baiknya kita memperhatikan siapa tamu kita. Sudahkah prilaku kita lebih baik daripada tamu kita? Sudahkah kita menjamu mereka dengan prilaku-prilaku sopan kita? Dan sebagai informasi, sampai note ini diturunkan, saya belum ada niatan untuk pindah ke icon ‘t’, terima kasih.
2) "Tolong hapuskan dia dari ingatanku ya Allah..."
3) "Semoga perjalananku selamat sampe tujuan...amin ^^"
4) "MALES KERJA, MALES KERJA,....ARRGGHHHH"
Hahay...saya tersenyum dalam hati. Ceria. Di sela-sela pagi yang pusing, sedari tadi saya mengkaji tentang icon. The Power of Icon. Saya tersenyum melihat berbagai status di Facebook (icon huruf 'f' tidak kapital). Ada yang menarik dari 4 status di atas. Saya ingin berbagi cerita mengenai status ke-2, karena ketiga status lainnya biasa saya jumpai. Biasa saya baca. Kadang saya kasih jempol di bawahnya. Status ke-2 ini baru. Jarang saya temui. Ada yang baru putus dengan pacarnya. Sebagaimana saya tidak pernah beranjak dari laptop, saya pun tau kronologis perpisahan orang yang menulis status kedua ini. Orang yang sangat tidak saya kenal, mungkin 2 kali saya bertemu dengannya. Kejadiannya sekitar 2 hari yang lalu, dia mulai menulis status-status yang berisi pertengkaran. Kadang mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya dituliskan. Kadang menyelipkan nama Tuhan di balik amarahnya. Kadang dia mengobati dirinya sendiri dengan status-status 'penguatan (baca: motivasi)'. Itu dua hari yang lalu. Beda dengan kemarin, jarang sekali saya melihat statusnya muncul di News Feed. Hanya satu, itupun bukan status. Terlihat icon 'love' berwarna merah muda: menandakan perubahan status dari engaged menjadi single. Menjelang sore, ada status yang menandakan dia pulang dari tempat kerja. Dia pulang kampung. Dan hari ini, pagi ini, saya membaca statusnya berisi seperti di atas...entahlah, hanya dia yang tahu.
Hmm...sebenarnya, inilah salah satu alasan mengapa saya selalu setia dengan situs jejaring sosial dengan icon huruf 'f' tidak kapital ini. Pernah sebagian teman mengajak untuk pindah ke icon huruf 't' (sama tidak kapital juga), bahkan sebagian lagi sudah tidak aktif di huruf 'f' dan berpaling ke 't' untuk selamanya. Inilah alasannya: banyak orang yang blak-blakan curhat di situs ini. Kadang berdo'a, kadang jahil dengan mentag nama orang, kadang menuliskan status yang fenomenal, satu kata tapi yang nge-like sampai 40 orang (karena photo profilnya cewe cantik). Saya melihatnya sebagai hiburan di antara puluhan pikiran yang memadati kepala ini. Saya selalu tersenyum. Kadang menjadi ide untuk menulis ini itu. Pernah ada teman yang menulis status: "Kalaulah Facebook diyakini sebagai tempat diijabahnya do'a, mungkin ratusan orang tiap hari menulis status. Ya Rabb, Ya Allah, Ya Tuhanku bla-bla-bla-bla..." Tak segan saya menitipkan icon jempol di bawah statusnya. Sayang, facebook bukan tempat mengaduh. Bagi saya, facebook hanyalah buku harian. Tak sanggup saya menuliskan hal-hal yang berat. Tidak tentang masalah pribadi, tidak tentang masalah keluarga, juga tidak tentang keyakinan diri. Seperti halnya julukan yang disandarkan untuk situs ‘f’ ini sebagai jejaring sosial (social network), yang saya tulis pun…yaa yang berhubungan dengan hal-hal sosial. Yang menarik untuk diperhatikan. Menghibur.
Mungkin, kalian yang membaca note ini pernah dengar, kalau situs jejaring ‘f’ yang memakainya kebanyakan orang-orang awam. Orang yang baru masuk ke dalam dunia internet. Beda dengan pengguna situs ‘t’, ada istilah follow-follower. Tidak cocok untuk orang seperti kami. Yang tidak suka mengekor ataupun dibuntuti, dan yang pasti, semua pengguna icon 't' pernah mempunyai akun facebook sebelumnya. Harusnya mereka yang sudah menetap di 't', mengucapkan terima kasih kepada 'f'. Bukan meninggalkannya, merendahkannya, mengejeknya.
Kembali kepada mereka yang baru masuk ke ‘f’. Statusnya sangat ‘pas’ untuk dinikmati sebagai hiburan. Untuk saya pribadi, status-status itu khas, yang mungkin tidak akan dijumpai di 't' karena seperti status: “kepribadian orang bisa dilihat dari tulisannya…." Dari sanalah, dari tulisan status-status itulah, aku bisa membaca mereka sedang mengalami mood apa. Meskipun hanya pura-pura.
Tambahan, bukan berarti facebook sebagai rumah pribadi, lantas menulis status seenaknya. Mungkin saya tidak berani untuk menulis status: “Leganya sudah sholat… hey kalian yang masih onlen yang belum sholat, ingatlah mati…INGAT MATI!!!" Tak jarang saya membaca status-status pengingat semacam itu. Di sisi lain itu bagus. Tapi media sosial punya banyak sisi, banyak interpretasi. Saya pernah membaca status: “Lebih baik pandai merasa daripada merasa pandai”. Saya juga pernah melike status seorang teman: “Beda ikhlas dan riya itu sangatlah tipis…”… Status-status yang menawan. Jadi, walaupun facebook sebagai rumah kita, alangkah baiknya kita memperhatikan siapa tamu kita. Sudahkah prilaku kita lebih baik daripada tamu kita? Sudahkah kita menjamu mereka dengan prilaku-prilaku sopan kita? Dan sebagai informasi, sampai note ini diturunkan, saya belum ada niatan untuk pindah ke icon ‘t’, terima kasih.
2011.
Blog Coretan Absurd
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment