Ngomongin Orang Nyalahin Hujan
Catatan Sore di Kantin Fisipol – 30 Mei 2011
Kali ini, sore ini, saya membawa laptop dan modem ke kantin.
Di sebelah kiri saya ada Yudi.
Tepat di depan, Mas Awang duduk bersebelahan dengan Aji.
Kami berempat berkumpul di kantin Fisipol UGM.
Hujan belum reda juga.
Mari kita ngobrolin orang, yuk—di catatan ini.
Hmmm... kantin sore ini tidak begitu penuh.
Padahal hujan.
Mungkin karena sudah menjelang sore.
Di meja depan saya, di belakang Mas Awang, ada dua pasangan yang sedang makan mie ayam.
Cewenya saja yang makan.
Si cowok hanya minta-minta.
Si cewek pun sukarela membagi mie ayamnya.
Yang paling mencolok: ceweknya cantik.
Tapi... cowoknya, di pipinya ada tahi lalat.
Bajunya mirip kostum Elvy Sukaesih di film Dono Kasino Indro—penuh bunga-bunga.
Hohoho... dan tepat saat paragraf ini berakhir, mereka pun pulang.
Mie ayamnya sudah habis.
Beralih ke meja sebelah.
Lagi-lagi pasangan.
Perasaan, banyak sekali yang pacaran.
Mungkin karena hujan.
Barusan saya melihat si cewek membelakangi saya, tapi masih terlihat jelas.
Ia menggaruk punggungnya (entah kenapa).
Cowoknya tampak gugup, mungkin ini kencan pertama.
Cowoknya juga terlihat agak kemayu.
Ceweknya tampak cantik, meski saya belum melihat wajahnya secara langsung.
Ia mengenakan kemeja oranye bergaris putih—manis.
Sayang, sedang ngedate, tapi saya yakin ceweknya tidak terlalu suka cowoknya.
Pas banget, di akhir paragraf ini, mereka pun pergi.
Ternyata mereka tidak makan.
Hanya ngobrol-ngobrol.
Sampai mereka pergi, saya tidak sempat melihat wajah si perempuan dengan jelas.
Sekarang kita beralih ke belakang saya.
Barusan saya membalikkan badan sejenak, mengintip.
Ada enam orang di satu meja: empat perempuan dan dua laki-laki.
Saya tidak bisa menjelaskan lebih jauh apa yang mereka lakukan.
Rasanya tidak sopan membalikkan badan terlalu lama.
Tapi saya coba sekali lagi.
Hmm... tiga orang cantik, satu lagi tampil natural.
Mungkin itulah alasan saya, Aji, dan Yudi sering-sering ke Fisipol—ceweknya cantik-cantik.
Oke, cukup menceritakan mereka.
Sepertinya mereka sedang mengerjakan tugas kelompok.
Tiga orang menyalakan laptop.
Meja di depan saya kini kosong semua.
Sudah mulai sepi.
Mungkin karena sudah sore.
Kami masih berempat.
Yudi memainkan korek, dan alhasil rokok Aji terbakar.
Laptop saya menunjukkan pukul 15.07.
Sudah sore, hujan pun reda.
Kami berempat membicarakan tentang gay.
Menurut Mas Awang, mereka yang bisa diidentifikasi gay—kalau dilihat dari foto profil Facebook—biasanya memasang foto tubuh laki-laki berotot (six-pack).
Kalau tidak, fotonya sembari rebahan.
Tentu tidak semuanya, kata Mas Awang.
Entahlah... yang tahu hanya gay dan Mas Awang.
Hahaha.
Dan...
“Yu ah, pulang,” kata Aji.
Markipul—mari kita pulang.
Inti dari catatan ini adalah:
Selain membicarakan orang-orang yang tidak kami kenal,
catatan ini juga berbicara tentang kebiasaan orang saat terjebak hujan sore-sore.
Hujan membawa segalanya.
Membuat seseorang menjadi tidak jelas.
Published on Facebook: Monday, May 30, 2011 at 3:09 PM
Comments
Post a Comment