Karena Masalah, Kita Hidup.
September 07, 2011
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
Oke. Kembali bercerita.
Pagi tadi aku mengantarkan ibu dan adik-adikku ke terminal Garut. Rencananya mereka mau bertandang ke rumah adik pertamaku yang berlebaran di kota hujan. Suasana terminal masih ramai. Maklum masih arus balik. Ada arus mudik, ada arus balik, namun menurut beberapa sumber, arus balik memang dinilai lebih ramai dibanding arus mudik. Kalau hal ini diumpamakan dalam ibadah, tentu harus khawatir. Orang yang mudik atau 'pulang kampung, ataupun pulang demi kembali fitri' kalah banyak dengan orang yang arus balik, yakni balik lagi ke 'aktivitas sehari-hari'.... oh sangatlah ngeri. Tapi semoga itu perumpamaan yang keliru.
Lupakan hal di atas...
Bukan itu yang ingin aku ceritakan. Aku tertarik dengan hari ini. Dengan beberapa orang yang aku temui. Semuanya punya urusannya sendiri-sendiri. Subhanallah, jarang sekali aku menyadarinya. Dimulai dengan usahaku berjejalan penuh sesak untuk membooking posisi pada jok pertama di bus Primajasa, karena ibuku tidak mau duduk di belakang. Sampai pada urusan terakhir, kawanku tersadar akan STNKnya yang sudah hilang lama sekali. Aku tersenyum dengan peristiwa-peritiwa hari ini. Ternyata bukan aku saja yang terlilit satu masalah.
Untuk urusan berjejalan menempati jok paling depan, aku gagal, karena memang kondisinya sangat penuh. Aku berhasil menempati jok ke dua, tak apalah...berkali-kali aku merayu si bapak-bapak yang menempati jok pertama, namun usahaku gagal. Rayuanku kandas di tengah jalan. Weleh-weleh, merayu bapak-bapak sih, malezin... ada apa sebenarnya di jok pertama?? hmmm...mungkin si bapak-bapak tadi punya urusan sendiri dengan keluarganya.
Satu cerita yang paling menarik adalah, ketika aku, dan teman-temanku sebut saja Agus, Aries dan Anas (bukan nama sebenarnya), berkumpul dari jam 9 pagi di bengkel daerah Ciawitali, bengkel Agus. Semuanya asik bercerita ngalor ngidul tidak keruan. Mulai dari temanku yang kemarin bertunangan, urusannya jelas jauh lebih berat daripada urusan yang sedang melilitku. Dia berkunjung dengan keluarganya ke rumah pacarnya dengan maksud silaturahmi idul fitri. Namun tak dinyana, sebut saja si Anas (bukan nama sebenarnya) langsung 'dijatuhkan' kepada proses lamaran, "senang ada, bingung pun jelas", begitu katanya sambil tertawa. Urusan yang sangat serius, terlalu serius menurutku.
Lain Anas, lain temanku yang satunya lagi. Sebut saja Aries (bukan nama sebenarnya), layaknya lagu Dewa, dia adalah seorang Arjuna yang sedang mencari cinta. Layaknya kantong Doraemon, kantongnya terisi penuh dengan bekal (baca: mapan), dan layaknya copet mesjid di Pom Bensin, dia sangat pendiam. Berharap didekati banyak akhwat, ternyata eh ternyata didekati banyak lalat, kita-kita ini. Yup, dari pukul 9 pagi sampai pukul 1 siang kira-kira, topik pembicaraan berkisar tentang Arjuna (Aries juragan nangka) sedang berusaha mencari pasangan hidupnya...lantas bak Syaiful Jamil membantingkan setirnya ke arah berlawanan, topik pembicaraan pun langsung dialihkan menjadi tegang. Pasalnya dengan tidak sengaja, kita berbicara tentang motor-motor yang bertengger di depan kita, dan entah mengapa, si Aries ingin menunjukkan STNKnya. Tangannya dengan teliti membuka satu persatu kantong yang ada di dompetnya. Dibukanya kembali dengan usaha yang sama, sampai akhirnya matanya kosong mengingat setiap kejadian.
Tak lama setelah dompetnya ditutup, kita yang berada di sana menjadi diam. Mulut kita tertutup: STNK si Aries hilang, dan besok ia harus kembali ke Indramayu dengan membawa motor yang tidak berSTNK, allamaaakkk. Menurutnya, dari Indramayu ia begitu yakin membawa STNK dan SIM, lantas hilang di manakah? kita saling bertatapan, bingung. Teman kerja yang di Indramayu ditelpon. Anggota keluarganya yang di rumah dihubungi satu persatu. Perintahnya sama: "Tolong cek STNK di tempat ini, di saku itu, di bawah ini, di samping itu..." resah. Urusan menjadi sangat serius saat temanku, Agus, menelpon salah satu temannya yang di kantor polisi. Selang beberapa menit, polisi pun datang ke bengkel tempat kita nongkrong. Pikirku, ini urusan akan jauh lebih serius dari urusan yang sedang melilitku, kini sang Arjuna tidak hanya resah mencari cinta, tapi juga gelisah mencari STNKnya.
Polisi mencatat jumlah angka-angka yang tak jauh dari HARGA yang harus dibayar jika si Aries ingin membuat duplikat STNK. Polisi itu memberitahu segala sesuatu layaknya sang Maha, si Arjuna pun bingung karena tidak bisa membawa motornya ke Indramayu. Minggu depan adalah waktu yang pasti STNK itu selesai dibuat. Begitu janji sang polisi. Aku, Anas, dan Agus diam, tak berani mengeluarkan candaan tentang STNK yang hilang. Kita semuanya mungkin bisa merasakan bagaimana perasaan si Aries. Aku minta izin, keluar dari kerumunan. Di samping aku punya urusan sendiri, urusan dengan adikku yang uang jajannya aku pegang titipan sang ibu, belum aku kasih. Oooh, aku harus bergegas pulang.
Aku mandi, aku salat, aku buka facebook, urusanku bertambah bingung dengan urusan kampusku yang sangat dahsyat. Pengisian KRS tidak bisa dititipkan. Dengan kata lain, aku harus ke Jogja cepat-cepat. Urusan yang pertama belum selesai, kini ditambah dengan urusan yang sangat 'unik'. Aku tersenyum karena Allah maha Adil, ternyata bukan aku seorang yang dititipkan satu urusan. Teman-temanku di atas buktinya...ada yang tersesat di jalan yang benar (alias melamar pacarnya dengan tidak sengaja). Ada yang 'tersungkruk' karena STNKnya hilang dan ada yang urusannya jauh lebih memalukan, yakni si Agus yang sudah mengundang bapak polisi untuk mengurusi STNK si Aries yang hilang, yang ternyata pada hari itu juga pak polisi harus dikembalikan ke kantornya karena SMS pemberitahuan dari si Aries: "Sorri, STNK sayah ternyata kemarin diambil sama bapak sayah, ga bilang-bilang..." Hahaha kita semua punya masalah masing-masing. Harus bersukur dengan masalah yang ada, termasuk masalahku yang terus melilitku: "Aku tak punya Pulsa..."
Blog Coretan Absurd Hikmah
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment