Proposal
Sesuatu yang baru, boleh jadi bisa menyenangkan hati...lupa makan, minum, ibadah, ataupun aktivitas yang lainnya. Namun, apakah sesuatu yang baru selamanya baru??...Aku jadi ingat masa kecilku ketika aku dihadiahi sepeda oleh orang tuaku tepat setelah gigiku dicabut, boleh gigiku dicabut, asal dibelikan sepeda. haha masa kecil. tapi sebenarnya bukan itu yang ingin aku suguhkan dalam note ini, note hari pertamaku dikota Yogya, setelah 2 bulan pulang kampung. Tangisku terhenti ketika si Bapak membawaku ke toko sepeda, dengan tak henti-henti meludah karena gigi titipan Tuhanku telah di cabut oleh sang dokter klinik, aku tersenyum dalam hati dan langsung berlagak layaknya seorang raja, aku ditawari ini itu, diberikan pilihan untuk menyenangkan hati: Ingin sepeda yang mana??
Singkat
cerita, aku kembali ke rumah dengan senyum sok ramah, ingin aku berteriak ke
orang-orang rumah, HEY AKU PUNYA SEPEDA!! Kini aku memiliki sesuatu yang baru,
sesuai dengan fitrah manusia, mereka akan senantiasa dihiasi dengan sesuatu
yang mencolok mata dan hati. Hari itu, sepedaku mengalihkan duniaku, bangun
tidur langsung teringat sepeda, pulang sekolah hanya ingat sepeda, mau tidur
melihat sepeda, sepedaku bahagiaku. Tak ku pikir panjang mengapa aku sangat
bahagia pada saat itu, alasanya mudah karena apa yang aku inginkan, aku
dapatkan, hmmm...senang. Dari mulai aku ingin, memiliki, belajar dan sampai
bisa, aku bersama bahagiaku. Namun, kehidupan terus berputar, tadinya putih
berubah hitam, bermula pagi berakhir malam, begitu juga dengan sepedaku,
awalnya baru, ujungnya usang. Bahagiaku berganti bosan, dulu aku ingin sekarang
sudah punya, dulu aku penasaran sekarang membosankan, dulu aku banggakan
sekarang kutinggalkan.
Itu
19 tahun silam, disaat aku mendapatkan sepeda baru. Kini, aku mengalami hal
yang serupa, ada yang baru dihidupku, tapi nampaknya seiring pertumbuhan usia,
berkembangnya akal, kucari apa yang sebenarnya membuatku bahagia, kualihkan
sedikit rasaku dari jalurnya, bahagiaku bukan karena terpenuhinya keinginan.
Kuyakinkan itu sekali lagi dalam hatiku: BAHAGIAKU BUKAN KARENA TERPENUHINYA
KEINGINANKU. Kini bahagiaku tak ingin berujung seperti bahagia ala sepeda baru,
kuperhatikan dengan seksama, bagaimana caranya aku mengakali sesuatu yang baru
ini agar tak berujung jemu. Bahagia ini adalah anugerah Tuhan, dan anugerah itu
harus tetap pada porosnya jangan sampai keluar jalur apalagi membuat jalur yang
baru, mengalihkan jalur yang semestinya.
Teringat
kisah tentang orang tua yang memberikan hadiah kepada anak-anaknya dengan isi
yang beda-beda, lantas anak-anaknya berpikir, itu tidak adil, dengan jalan
apapun dan bagaimanapun caranya, apabila melihat dari satu paradigma, sudut pandang
anak-anak, jelas itu bukanlalh keadilan. Mungkin itu keadilan, seorang bapak
tidak akan memberikan anak kelas 2 SD motor atau HP, dan pasti akan membedakan
pemberiannya terhadap anaknya yang baru lulus SMA, sudah sepatutnya orang tua
memberikan apa yang dibutuhkan anak-anaknya, bukan apa yang diinginkan
anak-anaknya. Ingin tapi tidak butuh pasti sia-sia. Sesuatu yang dibutuhkan
pasti sudah melewati pertimbangan-pertimbangan matang, kita akan bisa
membeberkan alasan-alasan yang jelas dan masuk akal ketika kita ditanya:
mengapa kita membutuhkannya?? Berbeda ketika ditanya, mengapa kamu
menginginkannya?? Alasan yang kurang jelas pun bisa jadi sebagai faktor mengapa
kita menginginkannya.
Berikan
alasan ketika orang tuamu bertanya: Mengapa kamu butuh HandPhone?? Mengapa kamu
ingin Blackberry??
Pasti
Tuhan akan bertindak adil dengan seseorang yang meminta karena tingkat
kebutuhan dengan tingkat keinginan. Ketika Tuhan tidak memberikan apa yang kita
inginkan, mungkin Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan.
Semoga
bahagiaku hasil dari alasan mengapa aku membutuhkannya, bukan karena
terpenuhinya keinginanku.
Aku
tidak ingin proposalku di ACC, tapi butuh untuk di ACC. ^^!
September
12, 2011 at 7:06pm
Blog
0 comments:
Post a Comment