Sakit apa, Dok?
November 10, 2011
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
Aku tak tahu harus mulai dari mana...
di dunia yang keruh ini, ada beberapa hal yang membuatku takut, sebenarnya takut di sini sama sekali bukan bermakna sama dengan takutku pada-Nya. Perasaan tidak sanggup bertemu atau khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bila bertemu, ini bisa disebabkan oleh trauma, imaginasi sendiri atau mungkin from hearsay (gosip), takut yang bermakna biasa, seperti takut kesetrum atau takut ular. Hal simpel yang membuatku takut adalah hewan amfibi super duper sangat amat kurang bagus perawakanya, buruk rupa lah menurutku, Kodok, dalam bahasa sunda, Bangkong Korodok. Aku tidak akan berbicara banyak tentang binatang yang Allah pernah menjadikanya bencana/hama pada masa Fira'un (QS. 7: 133), hampir seisi kerajaan dipenuhi dengan binatang melompat...uuurrghhh. Aku tak tahu pastinya mengapa aku takut akan hewan yang satu ini.
Hal lainnya yang membuatku takut adalah mereka yang tidak jelas alat kelaminnya, apakah mereka laki-laki ataukah mereka perempuan (a.k.a Ben*ong/Ban*i), untuk yang satu ini, trauma adalah hal yang membuatku takut, dicolek-colek ketika mereka mengamen adalah hal yang paling menjijikan, sama halnya dengan jijiknya aku melihat kodok, kodok buruk rupa, ban*i buruk akhlak. Pernah aku berontak tapi apa daya, 'power' mereka bisa dikatakan lebih keren dibanding kita, ketika aku berkelahi, jelas aku akan kalah, kehidupan mereka jauh lebih keras dibanding hidupku, ketika aku berlari, tetap aku akan kalah, kecepatan mereka berlari ketika dikejar kamtib sepertinya mengalahkan juara maraton dunia. Jujur, sampai sekarang, mataku menatap waspada akan kehadirannya, moodku berubah menjadi takut, yaa walaupun aku tidak tunjukkan secara terang-terangan...
Oke, untuk hal pertama memang tidak masuk diakal mengapa aku takut kodok, tetapi untuk hal yang kedua, sah sah saja dong ketika kau takut akan temanmu/seseorang yang tidak jelas 'pendiriannya' mengajakmu untuk bergabung dengan mereka, mungkin mereka para pengamen ban*i tidak ingin mengajak kita untuk menjadi bagian dari mereka, tapi siapa tahu diantara teman kita ada yang memiliki 'penyakit' seperti mereka dan diiringi dengan ajakan untuk bergabung dengannya, dengan banyak cara tentunya: mungkin menjadi pasangan mereka, atau mengamini ideologi mereka, atau mungkin membela apa yang bukan menjadi haknya. Wajar kita takut, dan tentunya kita harus takut/waspada.
Haruskah aku memukul, melempar atau bahkan membunuh kodok, ketika dia ada di kosanku/di tempatku?? Atau haruskah aku lari kabur, padahal itu tempatku?? Tentu banyak cara positif yang tidak saling menyakiti, kadang aku mengambil tongkat panjang untuk mengusir anak kodok yang nyasar masuk kosanku, kuusir dari jarak 2 meter sambil berzikir: Hush, keluar dong!! 100X. Atau mungkin menyuruh orang lain untuk mengusirnya, hehe ini tidak aku lakukan, harga diri mau ditaruh dimana, brai?!. Paling aku menyuruh adikku ketika sang kodok ada dirumah. Hmm...pokonya banyak hal/cara yang tepat untuk mengusirnya, mungkin kau pernah dengar pertanyaanr: "bagaimanakah caranya supaya kita mengusir syetan, mereka bisa melihat kita, sedang kita tidak bisa melihat mereka?? Banyak orang berpikiran pergi ke dukun, atau memberikan sajen untuk mengusirnya, hal tersebut justru tidak masuk akal, bahkan bisa dikatakan sangat amat negatif nan primitif dan tidak cocok untuk hidup di zaman sekarang. Pepatah mengatakan, Cara Berlindung terbaik dari Anjing Galak, adalah kepada pemiliknya. Begitupun dengan syetan, tak ada yang lebih keren, lebih jago, lebih perkasa dari sang Maha segalanya, yang telah menciptakan makhluk-makhluk ghaib dengan tujuan yang unik, Allah SWT. Kita patut berlindung pada-Nya. begitupun juga dengan kodok (sesuatu yang tidak diharapkan kedatangannya), serahkan semuanya pada-Nya.
Dan haruskah aku meludahi muka sang ban*i? Menghinanya terang-terangan dengan berbagai cara (semoga tidak dengan note ini, hehe), menyiksa secara keroyokan?? Pertama, ini orang bukan kodok, kedua ini penyakit bukan fitrah, aku teringat tagline iklan HIV AIDS: "Jauhi Penyakitnya, bukan orangnya." Iklan ini mengajarkan kepada kita bahwasanya masih banyak hal positif yang bisa diperoleh dari mereka, ada ragam cara untuk membuat si penderita lebih nyaman dengan ujiannya, karena bagaimanapun orang sakit adalah terkena musibah/ujian, tetap harus bersabar dengan ujian-Nya dan menepiskan penyakitnya untuk sesuatu hal-hal positif (mungkin kesembuhan). Begitupun juga dengan mereka yang mengalami disorientasi seksual (kelainan), ini adalah penyakit, apapun alasanya, darimanapun datanya, sejelas apapun sumbernya, aku tetap mengatakan, ini penyakit. Tetap bersabar, dan tetap berusaha mengedepankan cara-cara berfikir positif untuk membuat si penderita sabar akan ujian, sadar akan fitrah, tegar untuk kesembuhan.
- Ketika kodok itu ada di tempat yang sewajarnya, tidak mengganggu, sama sekali tidak mengganggu...biarkan mereka.
- Ketika orang yang 'berpenyakit' berada di tempat yang semestinya, tidak mengganggu, sama sekali tidak ikut campur urusan kita...biarkan mereka.
biarkan saja...
biarkan..
-biarlah-
judul asli catatan ini: Let it be
Blog Hikmah
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment