Tertimpa Durian: Sakit.
February 26, 2012
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
Wah sudah lama aku tidak menulis lagi. Sebenarnya tidak sibuk-sibuk amat. Terbukti aku tidak pernah absen menuliskan status di Facebook. Hanya saja aku menunggu waktu seperti ini. Waktu di mana di luar sedang hujan dan di dalam kosan sedang ada yang sakit; aku sakit. Benar adanya ketika orang mengatakan jangankan untuk berpikir, untuk makan saja orang sakit begitu malas. Lantas apa yang aku kerjakan sekarang ini? kalau bukan berpikir.
Bagiku, menulis membuat suasana relax. Pikiran tidak tegang, dan segala bentuk penyumbatan unek-unek tersalurkan, lega.
Hujan di luar masih deras. Kucoba mengimbangi derasnya suara hujan dengan suara murotal Al-Ghomidi di Mp3 Player-ku, begitu nikmat lantunanya. Tanganku tak henti-hentinya menyapu cairan yang tak kunjung berhenti dari lubang hidungku. Aahh bagaimana manusia sepertiku ingin berlaku sombong terhadap manusia lainya, berlaku paling sok bisa, sok tahu, sok jago??!!...ingusku sendiri saja tak bisa kukendalikan. Aku kewalahan. Bak seorang pawang, lantunan murotal masih saja terus menjinakkan derasnya hujan di luar. Mengapa aku berpikiran untuk menyalakan murotal di saat hujan deras? Entahlah...mungkin karena aku sedang terkulai lemas.
Alm. Zainudin MZ pernah mengatakan, orang yang putus cinta, mendengar lantunan kalam illahi tidak akan bertambah sakit hatinya, orang yang sedang sakit gigi, mendengar suara bacaan Qur'an tidak akan lantas marah-marah karena merasa terganggu. Aku suka Zainudin MZ, aku suka bagian itu. Sekarang aku sedang sakit, dan terbukti. Aku begitu nyaman mendengar ayat per ayatnya. Seolah mengajak untuk melupakan sejenak urusan dunia, seperti kata stiker yang terpampang di cermin kosan teman: "Daripada banyak pikir, mending banyak zikir".
Hmmm...curhat yak kakak:
Sakit ini bermula saat aku disibukkan dengan hal-hal yang sebenarnya tidak membutuhkan banyak pikir. Aku yakin, semua orang-orang di sekitarku pun sama mendapatkan kesulitan yang setimpal dengan kemampuanya. Tapi mengapa aku payah? kalah dengan sesuatu yang sebenarnya belum menimpaku. Aku sibuk memikirkan UAS dengan tidak mengerjakannya. Aku cemas dengan penampilanku malam Jum'at NANTI. Aku kikuk dengan tesisku yang sudah jelas-jelas semua dosenku mendukungku, dan bahkan yang paling menyita kapasitas pikiranku adalah akhir bulan Februari ini, tak disangka aku mendapatkan durian runtuh yang RUARRR BIASA, aku menjadi salah satu kelompok keynote speaker (pembicara) di acara seminar nasional yang insya Allah akan diadakan oleh jurusanku. Aku pun bingung, di sisi lain aku suka dengan durian, di sisi lain aku pun duka ketika durian itu jatuh menimpaku.
Apalagi sebenarnya yang aku pikirkan? toh semuanya sudah mendapatkan porsi yang pas untuk kita masing-masing. Ini adalah ni'mat dari yang maha memberi ni'mat.
Apalagi sebenarnya yang aku takutkan? toh kini aku dikelilingi orang-orang yang sangat mencintaiku, menyayangiku:
Orang tua yang tak henti-hentinya mendoakan yang terbaik untukku, perisai bagi semua hal buruk yang akan menimpaku.
Sahabat yang selalu membuatku terhibur. Dahulu, sebelum aku membulatkan niat untuk kuliah jenjang master (s2), ketakutan menyeruak. Mampukah aku untuk kuliah s2? Bagaimana aku si pemalas menghadapi seriusnya kuliah s2? ternyata ketakutan itu berhenti sampai semester awal, sahabat-sahabatku yang menghilangkannya. Mereka begitu sangat membantu. Mereka selalu dan selalu mencairkan ketegangan.
Seseorang yang selalu mendukungku. Kapanpun dan di manapun, hampir semua bibit-bibit barbarku, dia pahat menjadi sesuatu yang elok untuk dilihat, enak untuk didengar. Dia dengan senang hati mendengarkan celotehanku, dengan penuh canda dia menjadi wadah ketidakjelasanku. Singkat kata, dia mampu mengimbangi derasnya ketidakwarasanku dengan tenangnya pengertiannya.
Ooohh sungguh tidak ada cara menghitung ni'mat yang berlimpah kecuali hanya dengan mensukurinya. Aku bersukur memiliki itu semua. Semoga sakit ini menjadi teguranNya karena mungkin aku lalai dari bersukur. Tepat aku menulis baris ini, hujan di luar sudah reda. Murotal Al-Ghomidi pun masih terdengar. Suasana semakin sejuk.
Bagiku, menulis membuat suasana relax. Pikiran tidak tegang, dan segala bentuk penyumbatan unek-unek tersalurkan, lega.
Hujan di luar masih deras. Kucoba mengimbangi derasnya suara hujan dengan suara murotal Al-Ghomidi di Mp3 Player-ku, begitu nikmat lantunanya. Tanganku tak henti-hentinya menyapu cairan yang tak kunjung berhenti dari lubang hidungku. Aahh bagaimana manusia sepertiku ingin berlaku sombong terhadap manusia lainya, berlaku paling sok bisa, sok tahu, sok jago??!!...ingusku sendiri saja tak bisa kukendalikan. Aku kewalahan. Bak seorang pawang, lantunan murotal masih saja terus menjinakkan derasnya hujan di luar. Mengapa aku berpikiran untuk menyalakan murotal di saat hujan deras? Entahlah...mungkin karena aku sedang terkulai lemas.
Alm. Zainudin MZ pernah mengatakan, orang yang putus cinta, mendengar lantunan kalam illahi tidak akan bertambah sakit hatinya, orang yang sedang sakit gigi, mendengar suara bacaan Qur'an tidak akan lantas marah-marah karena merasa terganggu. Aku suka Zainudin MZ, aku suka bagian itu. Sekarang aku sedang sakit, dan terbukti. Aku begitu nyaman mendengar ayat per ayatnya. Seolah mengajak untuk melupakan sejenak urusan dunia, seperti kata stiker yang terpampang di cermin kosan teman: "Daripada banyak pikir, mending banyak zikir".
Hmmm...curhat yak kakak:
Sakit ini bermula saat aku disibukkan dengan hal-hal yang sebenarnya tidak membutuhkan banyak pikir. Aku yakin, semua orang-orang di sekitarku pun sama mendapatkan kesulitan yang setimpal dengan kemampuanya. Tapi mengapa aku payah? kalah dengan sesuatu yang sebenarnya belum menimpaku. Aku sibuk memikirkan UAS dengan tidak mengerjakannya. Aku cemas dengan penampilanku malam Jum'at NANTI. Aku kikuk dengan tesisku yang sudah jelas-jelas semua dosenku mendukungku, dan bahkan yang paling menyita kapasitas pikiranku adalah akhir bulan Februari ini, tak disangka aku mendapatkan durian runtuh yang RUARRR BIASA, aku menjadi salah satu kelompok keynote speaker (pembicara) di acara seminar nasional yang insya Allah akan diadakan oleh jurusanku. Aku pun bingung, di sisi lain aku suka dengan durian, di sisi lain aku pun duka ketika durian itu jatuh menimpaku.
Apalagi sebenarnya yang aku pikirkan? toh semuanya sudah mendapatkan porsi yang pas untuk kita masing-masing. Ini adalah ni'mat dari yang maha memberi ni'mat.
Apalagi sebenarnya yang aku takutkan? toh kini aku dikelilingi orang-orang yang sangat mencintaiku, menyayangiku:
Orang tua yang tak henti-hentinya mendoakan yang terbaik untukku, perisai bagi semua hal buruk yang akan menimpaku.
Sahabat yang selalu membuatku terhibur. Dahulu, sebelum aku membulatkan niat untuk kuliah jenjang master (s2), ketakutan menyeruak. Mampukah aku untuk kuliah s2? Bagaimana aku si pemalas menghadapi seriusnya kuliah s2? ternyata ketakutan itu berhenti sampai semester awal, sahabat-sahabatku yang menghilangkannya. Mereka begitu sangat membantu. Mereka selalu dan selalu mencairkan ketegangan.
Seseorang yang selalu mendukungku. Kapanpun dan di manapun, hampir semua bibit-bibit barbarku, dia pahat menjadi sesuatu yang elok untuk dilihat, enak untuk didengar. Dia dengan senang hati mendengarkan celotehanku, dengan penuh canda dia menjadi wadah ketidakjelasanku. Singkat kata, dia mampu mengimbangi derasnya ketidakwarasanku dengan tenangnya pengertiannya.
Ooohh sungguh tidak ada cara menghitung ni'mat yang berlimpah kecuali hanya dengan mensukurinya. Aku bersukur memiliki itu semua. Semoga sakit ini menjadi teguranNya karena mungkin aku lalai dari bersukur. Tepat aku menulis baris ini, hujan di luar sudah reda. Murotal Al-Ghomidi pun masih terdengar. Suasana semakin sejuk.
Blog Hikmah Yogyakarta
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment