Mata-Mata Gadungan
March 31, 2012
Posted by
yogaptek
| Waktu baca:
Jogja sudah 4 hari ke belakang cerah.
Langit malam pun terlihat begitu indah.
Bukan saja taburan bintang yang tak terjumlah.
Rembulan itu tergantung gagah meski ia terbelah.
Indah benar Jogja yang aku gambarkan. Memang seperti itu. Pagi-pagi betul, aku pastikan pagi ini juga, matahari akan berani menyelinap ke tempat-tempat yang ia inginkan. Terserah dia. Ia ingin menyinari jendela si Fulan, atau ia ingin mengintip dari genteng yang bolong, atau mungkin ingin menularkan sedikit hangatnya kepada triliunan pakaian basah, terserah dia, biarkan...
-------------------------------
Duhai mata dari tiap-tiap hari. Engkau pasti sudah melihat aneka aktivitas berhari-hari. Mungkin beribu-ribu hari, berjuta-juta hari, bermilyaran hari, atau boleh jadi bertriliyunan hari, aku yakin itu. Engkau sudah melihatnya. Matamu tidak karatan, apalagi buta. Aku ingin bertanya, pernahkah engkau melihat satu 'hari' di mana seseorang tersinari cahayamu, tetapi dia tetap gelap? pernahkah ada seseorang yang panas hatinya melebihi panas matamu? ataukah mungkin ada orang yang merasa dapat memberikan cahaya jauh lebih besar ketimbang cahayamu?? aku yakin pasti ada...aku yakin itu. Ada yang tersinari cahayamu, tetapi dia tetap muram suram, juga ada yang panas hatinya melampaui panas matamu, atau bahkan ada yang yakin dapat memberikan orang lain cahaya melebihi dari cahayamu. Pikirku cahayamu adalah cahaya kesempurnaan karena anugerah dari yang Maha Sempurna, dari Allah Azza wa jal. Kalaulah ada orang-orang yang mengaku lebih sempurna dari cahayamu dan cahaya tuhanmu, sirnakan! musnahkan!
Orang yang sudah mendapatkan cahayamu, akan tetapi malah menurun cerah hidupnya adalah orang yang tidak pandai bersyukur. Bagaimana bisa engkau yang sudah petantang-petenteng keluar dari kungkungan awan hitam, membuat hari terlihat bersih, cerah serta penuh gairah diperlakukan oleh orang yang malah menurun semangat hidupnya, memudar pancaran ghirohnya. Sapu murungnya, hanguskan muramnya!
Bagaimana mungkin ada orang yang hatinya panas melebihi panas matamu? orang yang seperti ini jauh-jauh dari keterlaluan, kurang ajar lebih tepatnya. Hatinya selalu panas ketika melihat orang lain mempunyai kelebihan, hatinya panas ketika ia merasa serba kekurangan, bukankah engkau tidak pernah murka dengan berbagai kondisi, duhai mata yang selalu menatap hari? engkau tidak lantas bergejolak ketika melihat hujan lebat di ujung sana, engkau tidak lantas ingin beradu badai ataupun menghilang??. Walaupun di ujung sana hujan lebat, dengan matamu yang panas, kau ciptakan pelangi dengan berjuta keindahan. Ajarkan mereka bagaimana mengelola panasnya hati, ajarkan duhai mata dari tiap-tiap hari! Ajarkan bagaimana kalau di ujung sana terlihat kelebihan Fulan, kau olah, kau racik hingga menjadi sesuatu yang dapat memberikan keindahan bagi dirimu. Tolong...ajarkan mereka!
Ajarkan juga orang-orang yang merasa dirinya mampu memberikan cahaya melebihi cahayamu. Cahayamu cahaya keikhlasan. Engkau ikhlas cahayamu digunakan untuk berbagai lahan industri, lahan teknologi bahkan lahan seni. Kau ikhlas dengan itu, aku yakin cahayamu sudah mendunia, sudah go international. Lantas, bagaimana dengan orang yang mampu memberikan cahayanya kepada orang lain dan ia begitu amat sombong, sedikit pun tak terlihat gurat keikhlasan? Bagaimana mungkin cahayanya yang tak lebih dari sinar lentera dapat mengalahkan teriknya cahaya matamu, matamu yang sudah melihat beribu pulau, berjuta tempat, bermilyunan sudut? kumohon, ajarkan mereka!
Langit malam pun terlihat begitu indah.
Bukan saja taburan bintang yang tak terjumlah.
Rembulan itu tergantung gagah meski ia terbelah.
Indah benar Jogja yang aku gambarkan. Memang seperti itu. Pagi-pagi betul, aku pastikan pagi ini juga, matahari akan berani menyelinap ke tempat-tempat yang ia inginkan. Terserah dia. Ia ingin menyinari jendela si Fulan, atau ia ingin mengintip dari genteng yang bolong, atau mungkin ingin menularkan sedikit hangatnya kepada triliunan pakaian basah, terserah dia, biarkan...
-------------------------------
Duhai mata dari tiap-tiap hari. Engkau pasti sudah melihat aneka aktivitas berhari-hari. Mungkin beribu-ribu hari, berjuta-juta hari, bermilyaran hari, atau boleh jadi bertriliyunan hari, aku yakin itu. Engkau sudah melihatnya. Matamu tidak karatan, apalagi buta. Aku ingin bertanya, pernahkah engkau melihat satu 'hari' di mana seseorang tersinari cahayamu, tetapi dia tetap gelap? pernahkah ada seseorang yang panas hatinya melebihi panas matamu? ataukah mungkin ada orang yang merasa dapat memberikan cahaya jauh lebih besar ketimbang cahayamu?? aku yakin pasti ada...aku yakin itu. Ada yang tersinari cahayamu, tetapi dia tetap muram suram, juga ada yang panas hatinya melampaui panas matamu, atau bahkan ada yang yakin dapat memberikan orang lain cahaya melebihi dari cahayamu. Pikirku cahayamu adalah cahaya kesempurnaan karena anugerah dari yang Maha Sempurna, dari Allah Azza wa jal. Kalaulah ada orang-orang yang mengaku lebih sempurna dari cahayamu dan cahaya tuhanmu, sirnakan! musnahkan!
Orang yang sudah mendapatkan cahayamu, akan tetapi malah menurun cerah hidupnya adalah orang yang tidak pandai bersyukur. Bagaimana bisa engkau yang sudah petantang-petenteng keluar dari kungkungan awan hitam, membuat hari terlihat bersih, cerah serta penuh gairah diperlakukan oleh orang yang malah menurun semangat hidupnya, memudar pancaran ghirohnya. Sapu murungnya, hanguskan muramnya!
Bagaimana mungkin ada orang yang hatinya panas melebihi panas matamu? orang yang seperti ini jauh-jauh dari keterlaluan, kurang ajar lebih tepatnya. Hatinya selalu panas ketika melihat orang lain mempunyai kelebihan, hatinya panas ketika ia merasa serba kekurangan, bukankah engkau tidak pernah murka dengan berbagai kondisi, duhai mata yang selalu menatap hari? engkau tidak lantas bergejolak ketika melihat hujan lebat di ujung sana, engkau tidak lantas ingin beradu badai ataupun menghilang??. Walaupun di ujung sana hujan lebat, dengan matamu yang panas, kau ciptakan pelangi dengan berjuta keindahan. Ajarkan mereka bagaimana mengelola panasnya hati, ajarkan duhai mata dari tiap-tiap hari! Ajarkan bagaimana kalau di ujung sana terlihat kelebihan Fulan, kau olah, kau racik hingga menjadi sesuatu yang dapat memberikan keindahan bagi dirimu. Tolong...ajarkan mereka!
Ajarkan juga orang-orang yang merasa dirinya mampu memberikan cahaya melebihi cahayamu. Cahayamu cahaya keikhlasan. Engkau ikhlas cahayamu digunakan untuk berbagai lahan industri, lahan teknologi bahkan lahan seni. Kau ikhlas dengan itu, aku yakin cahayamu sudah mendunia, sudah go international. Lantas, bagaimana dengan orang yang mampu memberikan cahayanya kepada orang lain dan ia begitu amat sombong, sedikit pun tak terlihat gurat keikhlasan? Bagaimana mungkin cahayanya yang tak lebih dari sinar lentera dapat mengalahkan teriknya cahaya matamu, matamu yang sudah melihat beribu pulau, berjuta tempat, bermilyunan sudut? kumohon, ajarkan mereka!
Mereka adalah mata-mata gadungan.
Blog Hikmah Yogyakarta
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment