Empat Hari Kemarin

Empat Hari Kemarin

Pulang dari Yogyakarta memang membuat saya senang.
Namun, rasa senang yang berlebihan justru bisa mengundang rasa sakit.
Benar kata seseorang yang identitasnya dirahasiakan (tak ingin disebutkan namanya karena sedang sibuk memancing di Sungai Cimanuk):
“Kesenangan yang berlebihan akan berujung sakit. Tertawa terbahak adalah persiapan menuju tangisan. Tegarlah dalam keterpurukan saat kau menyayangi secara berlebihan.”
Masuk akal juga si pemancing itu berkata.

Saat sedang senang, kita jarang memikirkan seberapa lama kesenangan itu akan bertahan.
Bisa jadi, kesenangan itu sirna hanya karena hal sepele—misalnya daging gepuk mewah yang menyangkut di gigi, dan karena terlalu senang, kita tak sadar sedang sakit gigi.
Begitulah ringkasnya: kesenangan yang berlebihan bisa memangkas kewarasan.
Barulah saat rasa sakit atau sedih datang, kita tersadar.
Minggu lalu, hari kemarin, jam tadi, bahkan detik barusan bisa terasa berbeda dengan detik yang sekarang.
Boleh jadi barusan kita tertawa, lalu bergulir menjadi isakan tangis.
Begitulah kata si pemancing.

Sebelum memancing ke Sungai Cimanuk, ia menitipkan buku hariannya yang masih cukup kosong.
Hanya empat lembar yang terisi, masing-masing berjudul satu hari.
Judulnya: Empat Hari Kemarin.
Saya perhatikan dengan saksama, ia menulis harinya per ayat.
Sekilas seperti kitab suci.

Hari Pertama: Siap Siaga

Dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan daging, (01)
Pujilah Allah yang telah menyelipkan sesuatu di antara kedua rahangmu, di dalam mulutmu yang kering, (02)
Barang siapa menjaga sesuatu tersebut dari pesakitan, mohon untuknya ampunan, (03)
Dan barang siapa membiarkannya lepas dari sehatnya, bersiap siagalah. (04)

Hari Kedua: Pesakitan

Mereka berkata kepadamu tentang apa yang sedang terjadi, (01)
Katakanlah, pesakitan ini akibat ulahmu sendiri, bukan ulah mereka. (02)
Di antara mereka ada yang benar-benar menaruh perhatian padamu, dan ada pula yang membalikkan badan. (03)
Cukuplah Allah yang Maha Menaruh Perhatian. (04)
Mereka berkata lagi kepadamu tentang apa yang sebenarnya terjadi, (05)
Katakanlah kepada mereka tentang kenikmatan yang berlimpah, (06)
Bukan tentang susahnya makan, (07)
Bukan tentang susahnya bicara, (08)
Bukan tentang susahnya meludah, (09)
Dan berlindunglah dari orang-orang yang gemar mengeluh. (10)

Hari Ketiga: S.G.N.M

Saat datang kepadamu waktu sore dan malam, (01)
Segeralah memohon ampun. (02)
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang terjadi di waktu sore dan malam, (03)
Katakanlah bahwa waktu sore dan malam adalah saat setan bersemangat melalaikanmu. (04)
Mereka masih bertanya tentang apa yang sebenarnya menimpamu, (05)
Mereka itulah orang-orang yang telah ditutup mata hatinya, mata otaknya, dan mata telinganya. (06)
Katakanlah: ini SGNM. (07)
Mereka bertanya: apa itu SGNM? (08)
Berlindunglah kepada Tuhanmu dari jilatan api neraka. (09)
Katakanlah: SGNM itu singkatan dari Sariawan Goblok Nanya Melulu. (10)
Maka mulutnya pun terkunci. (11)

Hari Keempat: Renungan

Masihkah kau akan berlaku sombong terhadap sesama? (01)
Hanya dengan luka kecil di lidahmu saja pun, kau tidak berdaya. (02)
Hanya kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan. (03)