Hoer

Menarik memperhatikan orang zaman sekarang. Saat suka dia follow, saat benci dia block. Sederhana, hanya dengan klik jempol.

Itulah yang dilakukan Hoer saat ia suka dengan seseorang. Ia gandrung tak sabar dengan berita tentang fulan. Saat fulan mengatakan sesuatu, ia kutip, share berpuluh kali. Namun, saat fulan satu waktu tidak sesuai dengan keinginan Hoer, karena masalah keyakinan, Hoer langsung memblok dan membuat berita-berita dengan nada kebencian. Benci bercampur rasa benar sendiri menimbulkan hoax adiluhung. Tidak terkalahkan, dan bahkan ia share beratus kali. Mengalahkan rasa sukanya dulu.

Anggi adalah fulan yang disukai Hoer. Saat Anggi tidak berkomentar apapun tentang perjodohan orang tuanya, Hoer mendukung sikap Anggi. Bahwa katanya, perempuan harus bisa memilih pasangannya sendiri. Ini bukan zaman Siti Nurbaya.

Namun saat Anggi menerima pinangan keluarga Jojo, pemuda sesat anak kiyai besar asal kampung sebelah, Hoer langsung benci Anggi dengan sisa darah panas kefanatikan. Ia pernah cinta Anggi dengan sangat fanatik.

Anggi tidak melihat Jojo yang sesat. Ia melihat keluarga besarnya yang sangat terpandang dan memiliki pesantren. Ia juga mendengarkan saran orang tuanya yang tidak mungkin menjerumuskan. Bagi Anggi, keluargalah yang paling penting. Sedang Hoer, rasa benar versi dirinyalah yang paling penting.

"Bagaimana ustad kondisi suami saya?"

"Jangan panggil ustad, Nak. Panggil Abi saja. Kamu sudah menjadi anak Abi dan Umi sekarang. Tentang Jojo?? Sudah hampir sebulan ia beribadah sambil menangis seperti itu. Terlihat sangat berat, tapi Jojo terus beribadah. Ia terlihat tidak mau, tapi entahlah...begitu khusyu' kelihatannya. Kalaupun tidak beribadah di mesjid seperti ini, ia akan sembunyi-sembunyi beribadah di rumah."

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Jojo, ustad?"

"Ia sedang bersabar dalam ketaatan, Nak...tenang, suamimu tidak kemana-mana, Aba dan Umi tau betul Jojo sedari kecil"

Jojo, ia semakin asyik dalam kesesatannya. Kebencian terhadap pandangan orang-orang tentangnya membuat dirinya ingin berubah ke arah yang jauh lebih buruk dari sekarang. Arah yang ia tidak sukai karena berlawanan dengan suara hatinya. Ia percaya dirinya sekarang lebih memburuk. Ia merasa sedang tersesat. Orang lain mengatakan ia sedang di jalan yang benar. Katanya, manusia itu sama saja. Hanya berbeda dalam memilih dosa.

Menurut Jojo tentu saja.
Atau mungkin, Jojo sedang tersesat di jalan yang benar.


0 comments:

Post a Comment

Back to top