Jenggot dan Gamis
Dibukanya laptop yang masih dalam kondisi redup. Ketikan materi dakwah dalam Word pun sudah rapi disimpan. Bahkan semua halaman sudah dicetak. Kini ia membuat halaman baru untuk menuangkan apa yang menjadi cita-citanya di tahun 2013; harus punya buku harian walau tidak ada peristiwa menarik. Kursor penanda ketikan masih berdetak dan ...
... satu waktu saya bahagia sekali ketika mendapatkan semua album Rhoma Irama. Biasa, hasil mengunduh. Sekitar 500 lagu didapatkan. Baik yang duet atau pun hanya Soneta. Baik live atau pun album studio, semuanya komplit. Ada yang menarik pendengaran saat memainkan semua lagu secara acak. Mencermati dengan seksama lirik lagu itu. Ternyata lagu tersebut berjudul "Dasi dan Gincu". Lirik dalam lagu ini sungguh berkesan. Di mana pada waktu dan untuk orang-orang tertentu, dasi dan gincu menjadi tolok ukur dalam mencari pasangan hidup.
Keluar dari dasi dan gincu, ada cerita tentang perihal lain penarik pasangan hidup: jenggot dan gamis. Ya, jauh dari dasi dan gincu. Untuk saat dan orang-orang terdekat, sekarang berpindah menjadi jenggot dan gamis. Layaknya seorang antropolog, saya mendengarkan dan mencermati kisah-kisah teman yang mencurahkan segala harapan dan realita. Termasuk dahsyatnya pesona orang berjenggot dan wanita bergamis sebagai calon pasangan hidup...
Baru sampai dua paragraf, laptopnya segera ditutup. Lembaran materi dakwahnya dilipat dan dimasukkan dalam Qur'an warna hitamnya. Ia bergegas keluar kosan. Ia tidak ingin orang lain berlama-lama menunggu datangnya kebaikan itu. Cukup dirinya yang tahu tentang berlama-lama dalam kenistaan.
***
SEKARANG umur gue 24 tahun. Termasuk tua, sih, dibanding temen-temen kampus. Tapi ngga apa-apa, lah. Seengganya gue masih punya semangat buat nuntut ilmu di kampus ini. Kampus yang katanya disebut miniatur masyarakat Islam Indonesia. Ini hari pertama gue. Dan gue ingin berubah. Beberapa baju takwa plus celana kain buat kuliah di kampus ini sudah siap di lemari. Alkhamdulilah, biar gue keliatan rapi dikit, lah. And hmm, jenggot ini kaga bakalan dicukur. Tekad gue udah bulet.
NGOMONG-NGOMONG, cakep bener cewek-cewek ini. Seneng ngeliatnya. Gamis dan jilbab mereka sangat panjang tapi tetep fashionable. Tetep ciamik alias cantik. Gue yakin mereka terjaga. So untouchable. Subkhanalokh sekali. Alloh memang adil. Orang yang baik pasti akan didekatkan dengan orang baik lagi.
OH IYA, mulai dari sekarang, kitab pink ini akan gue pegang terus. Gue memang belum mahir membacanya. Semoga ini yang bikin gue tetep berhubungan baik dengan komunitas baru gue.
Kur'an namanya.
SAMBIL NUNGGU yang bakal ceramah, gue liat basket dulu, lah. Ngingetin gue zaman SMA. Tapi hohoho alamaaaak ada cewe lewat ... cakep bener... kudung ijo, jalan nunduk, gamis panjang. Cakep!! Lebih cakep dibanding dua cewe di depan gue. Ni ga salah lagi, ini yang cocok jadi istri gue. Dia cakep, jilbaber, ga sembarangan liatin orang lain, apalagi ke cowok. Senyumnya dijaga. Gue bisa ngeliatnya dari sini. Pelataran mesjid kampus. Dia berjalan ngelewatin lapangan basket depan mesjid dan kantor-kantor Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Jalannya cepet. Semua mahasiswa yang sedang latian basket pun berenti dulu. Gue yakin mereka mengaguminya. Wahai Alloh yang maha Pengasih, gue Aldo, ingin sekali berkenalan dengannya. Amien.
***
Alhamdulillah, tidak terasa, sekarang aku sudah semester tiga. Aku sudah pandai berdandan ala muslimah. Aku pun aktif di kegiatan-kegiatan keislaman. Novel-novel Islami aku beli. Buku-buku cara instan ini dan itu untuk menjadi muslimah pun sudah aku borong. Dan oh ini, tak lupa...pin bergambar akhwat dan ikhwan yang lucu-lucu wajib aku miliki, hihihi...Memang betul apa kata kak Azra, kalau ingin wangi, banyak bergaul dengan tukang minyak wangi. Tapi kalau ingin...hufff [maaf]...busuk, yaa monggo saja bergaul dengan pemakan bangkai. Mungkin Denissa belum mendapatkan petunjuk dari Alloh. Makanya dia masih bergaul dengan orang-orang busuk dan tidak tahu ada kumpulan bermanfaat tiap minggu dengan kak Azra. Untungnya aku sudah keluar dari kelompok Denissa. Abisnya nyebelin, sih. Mulutnya itu, lho, tidak dijaga. Ngomong ini, ngomong itu. Yaa, maklum lah, berkerudungnya aja belum benar. Astagfirullah...kok aku malah ngomongin Denissa.
Haduh, sudah kesiangan, nih. Kak Azra pasti sudah menunggu di mesjid. Dia memang tidak akan memarahi yang kesiangan. Tapi aku malu. Apalagi kak Azra memintaku untuk mengisi formulir ini. Meskipun aku belum sepenuhnya mengerti isi formulir ini karena banyak huruf arabnya, tapi aku suka. Katanya ini tentang jihad. Tapi lebih dari itu, aku senang karena kak Azra yang memintanya. Kak Azra sangat baik. Dia memang calon suami idaman. Sudah tampan, sholeh, pintar, lulus kuliah dan aduuuhh jenggotnya itu, lho. Iyyhh...ya Alloh, Engkau maha Tahu dan maha Pengampun. Aku Hindun, mudah-mudahan kak Azra jodohku. Amien.
Siang ini sangat panas. Tapi kok, mahasiswa ini malah main basket. Mana ngehalangin jalan lagi. Parahnya, pasti mereka belum sholat dzuhur, deh. Ckckck ampuni mereka ya Alloh. Aduh aku malu sekali. Pasti mereka memperhatikanku. Cowok kan seperti itu. Aku harus menundukkan pandanganku. Kak Azra selalu bilang seperti itu.
Akhirnya sampai juga di tempat liqo'. Baru ukhti Neni dan ukhti Firda yang sudah datang dan hey, kok kain hijabnya belum dipasang? Jadinya aku bisa melihat seorang ihwan yang belum aku kenal, deh. Mungkin dia mahasiswa baru. Aku belum pernah melihatnya. Hihihi lucu, Qur'annya pink. Astagfirullah, kemana kak Azra, yak?
***
"Kalau Rhoma Irama mengilustrasikan tampan dengan dasi serta cantik dengan gincu, di sini Ana menawarkan orang yang tampan dengan jenggotnya dan cantik dengan gamisnya. Ana tidak akan pernah mengetahui isi hati seseorang itu seperti apa. Tidak akan pernah. Dan jelas Ana keliru kalau menganggap semua orang sama seperti ini, atau seperti itu. Yang berjenggot sholeh atau yang tidak berjenggot pasti tidak sholeh. Ana tidak bilang seperti itu. Awas jangan mengeneralisir. Ana bukan antropolog yang sering meneliti tingkah laku manusia. Namun dari kisah teman-teman Ana tadi di muqodimah tentang maha adilnya Allah serta Dia maha Mengetahui. Kita telah dengar bersama, ternyata Allah maha benar menjanjikan pemuda baik-baik untuk perempuan yang baik-baik, dan sebaliknya. Serta pemuda keji untuk perempuan keji, begitu pun juga sebaliknya."
Ih kak Azra suka Rhoma Irama ternyata. Dia memang pandai bercerita. Ukhti Neni dan ukhti Firda saja sangat serius mendengarkan. Ikhwan baru itu pun sangat terpaku mendengarkan ceramah kak Azra. Mungkin dia baru sadar kalau Islam itu indah banget apalagi dibarengi dengan pertemuan-pertemuan seperti ini. Aku setuju 100% kalau laki-laki baik bersanding dengan perempuan baik juga, hehehe... seperti aku dengan kak Azra kali, yak. Amin ya Alloh.
ANJRIT GUE JADI MALU gini. Ternyata yang ngisi ceramah si Zabra. Kakak kelas waktu SMA. Gue tau banget pigimana dulu dia di SMAnya. Yaah mudah-mudahan dia sudah berubah. Amien. Padahal dulu gue pernah demen ma adeknya, Denissa. Gue dihalang-halangin bahkan gue sempet diancem kalau masih deket ma Denissa gue bakal disiksa ma gangnya. Jelas ga berani lagi gue deketin si Denissa. Gangnya si Zabra paling sadis waktu SMA dulu. Bahkan kalau ga salah temen deketnya, si Kribo dan si Codet masih di penjara gara-gara mabok dan ngobat, ckckck... gue juga suka mabok tapi gue tau gimana parahnya si Zabra. Bener-bener... si Zabra sekarang sudah berubah. Malah udah banyak pengikutnya. Termasuk cewe kudung ijo tadi. Cocok dah si Zabra yang sekarang dengan cewe kudung ijo ini. Anggun, tidak banyak omong seperti cewe kebanyakan dan sudah pasti hatinya bersih.
KOK GUE JADI PENASARAN sama si Denissa, yak...gimana kabarnya? katanya kuliah di kampus ini juga.
"Jawaban paling indah itu ketika kamu ragu dalam segala hal (termasuk mencari pasangan, pilih ini atau itu, pilih yang berjenggot atau tidak, pilih yang bergamis atau tidak) adalah istafti qalbaka: tanya hatimu! Dia akan jujur mengatakan ini boleh, ini layak, ini cocok. Hati tidak akan pernah berbohong".
Subhanallah, kak Azra memang pandai dalam menyimpulkan ceramahnya. Sholeh sekali.
ZABRA...ZABRA...
(2013)
cerpen
0 comments:
Post a Comment