Memoar
MEMOAR LATSAR 2019
Semoga
Allah Membalas Engkau….. 23
Shine
Bright Like A Diamond. 77
Save the Best for The Last. 79
Rama dan Bumi Kitri
Halo teman-teman Bintang Tujuh. Perkenalkan ini Sae. Anaknya Rama,
kakaknya Birru. Beberapa hari ini Sae memaksa Ramanya untuk menceritakan
kembali pengalaman latsar kemarin.
Katanya Rama harus menceritakan satu persatu teman Rama.
Itu berat karena Ramanya seorang pelupa.
Tapi mari kita mulai dengan keberangkatan Rama ke Bumi Kitri.
Oh, iya lupa. Semua cerita yang ditulis di sini tentu fiktif. Bergaya
impresionis. Kesan pertama saat Rama berkomunikasi dengan rekan-rekan Rama di
Kitri.
***
26 Agustus 2019
Jam sebelas siang arah Bumi Kitri macet. Entahlah, itu tidak biasanya.
Begitu kata tukang rokok roda tiga saat berhenti sejenak untuk bertanya lokasi
pasti Bumi Kitri.
“Nanti A, ada Gor, belakang Gor Cikutra. Belok kanan”. Ini bukan kali
pertama lewat jalan makam pahlawan Cikutra. Tapi, Bumi Kitri tidak pernah
menjadi tempat yang penting untuk dihapal saat lewat sana. Kini tempat itu,
nama itu, mungkin akan menjadi urusan terpenting dari rentetan sejarah hidup Rama.
Akhirnya papan arah memuat nama Bumi Kitri. Belok kanan. Kondisi masih
macet. Sulit untuk berbelok ke arah tujuan. Dengan bermodal kepala pelontos,
ada sedikit keberanian untuk memotong arah dari mobil-mobil yang mengular
macet. Jujur saja, kepala plontos menambah keyakinan untuk berbuat ekstrim, Nak.
Kini Bumi Kitri sudah terlihat. Semakin pasti karena sudah ada banner penyambutan bertuliskan:
“SELAMAT DATANG PARA PESERTA LATIHAN DASAR (LATSAR) CPNS GOL. III DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA”
Bertemulah Rama dengan teman-teman yang sungguh luar biasa. Kamu harus
dengarkan cerita ini baik-baik…
Peserta
Termuda
Nak, kalau kamu sempat terbesit ingin menanyakan siapa teman Rama yang paling muda, jawabannya adalah bu Nadiyana. Biasa dipanggil bu Nadiya di angkatan kami. Beliau kelahiran tahun 1996 kalau tidak salah. Dan kata angkatan kami, latsar ini adalah rezeki si dede bayi. Beliau sedang hamil. Tapi beliau sangat enerjik. Penuh semangat. Kalau kamu bertemu dengan bu Nadiya, dandanannya anak muda zaman now bingit, deh. Kacamata warna putih dengan batang kaca yang sangat ciamik menambah terlihat mudas dan modis.
Perkenalan pertama kami adalah saat satu kelompok di mata diklat “anti-korupsi”. Kami saat itu diberi tugas untuk membuat laporan tentang anti korupsi lewat powerpoint, word dan video. Tugas yang sangat menarik. Saat itu Rama tidak bisa mengerjakan tugas yang lain selain menawarkan diri untuk membuat video. Dengan syarat tolong sediakan laptop yang memadai. Bu Nadiya menyodorkan laptopnya.
“Laptop baru ya, bu Nad?”
Ia tersenyum.
Rama bisa melihat kalau laptopnya memang masih baru, Nak. Data di laptop masih kosong. Dan beberapa aplikasi masih aplikasi bawaan.
Jelas itu laptop baru.
“Iya, pak. Laptop khusus latsar.” Jawabnya masih tersenyum.
Akhirnya kamu harus tahu, Nak. Kalau di angkatan kami tidak ada yang ambekan
apalagi goreng ati. Semuanya berangkat dari tempatnya masing-masing
dengan kekhawatiran yang sama tentang latsar ini. Kami
harus menghilangkan rasa khawatir itu dengan gelak tawa dan pikiran santai yang
dibuat-buat. Hahaha kami seperti itu. Senyum santai di tengah tugas dan
disiplin yang tidak pernah dialami sebelumnya setidaknya mampu membuat
kami bertahan sampai hari terakhir.
Rama tahu kondisi bu Nadiya. Kamu juga harus tahu kalau kondisi ibu hamil itu tidak pernah menentu. Bolak-balik ke kamar kecil atau mengantuk di kelas, itu hal yang normal. Jangankan ibu hamil, Rama yang tidak hamil sekalipun, kadang menjadi pelakon Tablo dadakan saat tangan nempel di kursi bangku kelas. Salut, Bu Nadiya tetap mengerjakan tugas anti korupsi di kelas bersama kami sampai malam. Sesekali beliau pergi ke belakang dan kamu harus tahu sekali lagi kalau itu wajar dan normal.
Akhirnya, tugas pun selesai. Rama menyimpan tugas video di laptop bu
Nadiya. Sebagai kenang-kenangan kalau Rama pernah mengedit video di laptop barunya. Ya, walaupun videonya tidak segokil editan Jeff Ford,
sang video editor Marvel. Tapi Rama yakin, video itu tidak akan pernah dihapus
oleh bu Nadiya dari laptopnya. Hihihi
Apa? Kamu ingin tahu videonya seperti apa? Itu tidak penting, Nak. Yang
penting itu adalah tahun kapan bu Nadiya pensiun? :v pasti masih panjang.
Doakan, yu. Semoga bu Nadiya dan keluarganya diberikan kesehatan, panjang umur dan berkah usianya. Juga dijauhkan dari dilemanya kedok
gratifikasi. Aamiin
Oh iya, semoga bu Nadiya juga dianugerahi keturunan yang sehat, cerdas,
keren dan baik hati tentu saja. Aamiin. Lagi.
Dingin
Nak, jangan seperti Rama.
Rama tidak kuat dingin. Mungkin karena tubuh Rama yang kurus. Dingin sedikit masuk angin, dingin banyak mimisan. Rama berusaha mengatasi kondisi itu dengan banyak memakai baju dan berlapis. Tidak ada yang tahu. Yang penting Rama nyaman.
Pernahkah kamu mendengar tentang 'Asthmatic'? Seseorang yang mengidap asma? Tempo hari, Rama tidak bisa melakukan apa-apa saat Rama mendapati mahasiswa yang kesulitan bernapas di malam keakraban di dinginnya udara Lembang. Sangat mengkhawatirkan. Dari sana, Rama akan selalu mengingatkan mahasiswa untuk selalu bersiaga dengan membawa inhaler kalau ada yang asthmatic.
Ada juga di antara rekan latsar Rama yang cantik. Beliau seperti Priyanka Chopra artis Hollywood itu. Cantik. Dan sama-sama seorang asthmatic juga. Beliau adalah guru PPKN. Dan satu tahun lebih muda dari Rama. Beliau orang Sunda. Namanya saja Neng Eva. Kadang Rama manggil bu Neng, dan kadang memanggilnya bu Neng Eva. Tapi pada memoar ini kita panggil saja bu Neng.
Rama bilang cantik karena wajahnya imut dan suaranya juga seperti sinden. Pernah menarik perhatian Rama karena saat menjadi moderator, suaranya mirip pewara. Jelas dan bulat. Tapi sangkaan itu ditolak semua oleh bu Neng.
“Abdi mah teu tiasa nyanyi, pa Yoga…” kata bu Neng di ruang makan lantai dua.
Kalau Rama sudah yakin bu Neng bisa nyanyi dan cocok untuk menjadi pewara, maka jangan ganggu keyakinan Rama. Rama yakin bu Neng bisa nyanyi. Kita akan lihat nanti.
Hari-hari terakhir latsar kami begitu cepat. Minggu pertama berjalan lamban dan minggu terakhir berputar cepat. Rama sendiri bahkan tidak merasa kalau dua tiga hari kedepan kami akan segera pulang ke tempat kerja masing-masing.
“Abdi mah hoyong enggal uih, pa Yoga” kata bu Neng dengan haduuuhh, merdu.
“Eish, naha? Pan sekarang mah sudah betah…”
“Beurat kanggo abdi mah. Kebul, tiis sareng cape sungguh tidak bersahabat” bu Neng melanjutkan.
Rama paham dengan kondisi bu Neng.
Lapangan Bumi Kitri memang sudah menggunakan Block Paving. Tapi sayangnya, hujan yang belum kunjung turun membawa debu yang kering. Deru debu dari langkah baris berbaris atau kiriman angin menjadi antagonis bagi seorang asthmatic.
Alhamdulillah bu Neng dengan jiwa heroiknya mampu melewati latsar dengan gemilang, Nak. Beliau melewati dinginnya kelas, dinginnya bus, dinginnya Cantigi dan dinginnya suasana lorong Bumi Kitri saat malam hari. Hihihi
Tidak hanya sebagai civil servant, semoga bu Neng menjadi civic educator yang tangguh. Kuat dari segala debu perpecahan, dari dinginnya intoleran. Jadikan Indonesia negara madani sejuta prestasi. Aamiin
Semoga bu Neng dan keluarga diberi kesehatan, kelancaran dan kemudahan dalam menjalankan aktivitas. Aamiin.
Ahok
Mirip om Bayu, Nak. Teman Rama saat kuliah S1 dulu di Jakarta. Tapi parasnya gantengan ini. Kata Rama mirip Joe Taslim tapi perilaku dan dandannya mirip Stephen Chow di film King of Comedy (1999). Pujian Rama langsung ditepis oleh rekan-rekan latsar yang lain. Joe Taslim dari mana?! Dia mah Ahok. Ya, mungkin karena berwajah oriental. Dia masih lajang, Nak. Dia menjadi guru Bahasa Inggris di MTsN Cariu kabupaten Bogor.
Dia orang paling santai kedua sepertinya. Bolak-balik kamar Rama hanya untuk memastikan kamar Rama dapat dijadikan tempat untuk ahli hisap atau tidak. Rama menolaknya. Dia pun keluar dengan kecewa. Padahal udah Rama saranin ke cewe. Supaya cepat nikah.
Obrolannya ramai. Cerdas. Rama tertarik saat dia bernyanyi Hey Jude – The Beatles yang kesasar menjadi lagu Purnamanya bang Rhoma Irama. Suaranya nge-bass, dan sedikit pelah. Dia juga termasuk orang-orang yang meramaikan suasana kelas. Kenalkan, Nak. Namanya pa Angga.
Rama mulai akrab dengan Angga saat minggu-minggu kedua. Puncaknya saat acara Caraka Malam di Cantigi. Kelompok kecil berkeliling pos di gelapnya malam, adalah salah satunya dengan Angga. Kami harus bernyanyi Manuk Dadali. Kami berdua sama sekali tidak hapal penuh lagunya. Hanya bermodal suara lantang. Kami tidak mendapatkan hukuman sama sekali. Ya, salah satu ciri dari Angga adalah suaranya lantang.
Angga kini mendapatkan ruang yang pas untuk menghirup e-cigarettenya. Kamarnya sendiri. Dengan vape di mulut, diskusi di kamarnya menjadi semakin santai. Diskusi tentang disiplinnya kami. Tentang serunya menulis kultum dan materi di buku cokelat. Setidaknya itu yang selalu disampaikan pada panitia latsar kami.
Rama ingin menjadi comblang Angga dengan peserta latsar lainnya. Tapi katanya syarat untuk menjadi istrinya harus sudah punya sertifikat profesi. Penghasilan dua kali lipat dari dia, dan tolong jangan lebih tinggi jenjang pendidikan darinya. Syarat yang cukup rumit. Hmmm…
Kalau didengar dari suaranya yang ngebass dan jelas, Rama yakin Angga mudah cari pasangan. Bahkan Rama pernah bilang kalau Angga seorang playboy syariah. Playboy lulusan IAIN Cirebon…hehe. Tapi Angga mengelak. Dia tidak terima kalau dicap Rama sebagai seorang playboy. Rama akhirnya menyadari setelah ada survei abal-abal tentang siapa peserta latsar yang paling soleh di malam terakhir latsar.
Semua jawaban tertuju pada Ahok.
Dan dipenghujung pidatonya, Angga menyampaikan kalau kami semua bisa soleh sepertinya, asal … rajin sembahyang saja ke masjid. Mic langsung diambil paksa oleh MC karena belum siap mendengarkan ceramah edisi full dari Angga.
Semoga tetap bisa mengabdi pada negara dalam kebaikan. Sehat selalu, Ngga. Cepat berkeluarga…sempurnakan agamamu dengan menikah. Aamiin
Mangkubumi
Perkenalan Rama di ruang makan pertama Kitri. Ruangan bawah. Ruangan yang berkali-kali diminta agar mejanya disimpan di tengah karena bisa mengefisiensikan waktu. Baru hari ketiga mejanya berpindah. Rama sengaja ingin duduk dekat peserta perempuan. Duduklah Rama sambil curi-curi pandang melihat papan namanya. Hany.
"Haloo, bu Hany...ikut duduk, dong". Dan percakapan kami pun seperti orang normal pada umumnya. Bertanya tempat kerja dan tempat asal. Bu Hany sepertinya lahir di malam bulan purnama saat orang-orang terlelap tidur, kecuali ibunya sedang serius berbisik pada Tuhannya, lahirkanlah anak yang bertabur keberuntungan. Kalau ini yang dikatakan sebuah keberuntungan, doa ibunya terkabul. Bagaimana tidak, ia berasal dari Bogor, ditempatkannya pun di Bogor. Kurang dari setengah jam perjalanan motor dari rumah ke tempat kerjanya.
Beruntung sekali. Ibunya tersenyum.
Rama yakin. Senyumnya pasti mirip bu Hany yang tak tahu waktu tak tahu tempat diobral di mana-mana. Ah, sial, Nak. Rama kalah murah. Bu Hany murah senyum. Ini kesan Rama. Saat di kelas, baris-berbaris, antre makan, atau saat turun di remang balik lampu sorot musola. Ia tetap senyum. Bagi Rama, sebuah keberuntungan bisa berkenalan dengannya. Saat kamu besar nanti, main lah ke Bogor. Kalau ada orang murah senyum, tanya saja: kenal bu Hany? Pasti tidak akan kenal. Nama aslinya ternyata bukan Hany, Nak. Maaf.
Nama aslinya adalah Ade Suhartini Handayani. Rama kebingungan saat WI mengabsen ada dua nama Ade ya di kelas ini. Ternyata bu Hany bernama Ade. Rama tidak bertanya kenapa boleh papan namanya tidak formal? Nama Hany itu seperti nama pegawai bank yang hanya satu kata. Asik juga. Rama kepikiran kalau nama Yoga Sudarisman diganti dengan nama Rama. Sepertinya itu akan menarik.
Bu Hany, tolong bilang sekali lagi ke Sae kalau Ramanya selalu ceria dalam bersenam.
Kamu tidak percaya, Nak?
Kata bu Hany, Rama selalu ceria dan bersemangat saat senam pagi. Rama tidak bisa bersenam kalau bukan di tempat latsar. Bagi Rama, itu adalah momen tak terlupakan. Tidak apa-apa tidak bisa senam, yang penting semangat dan punya cerita.
Terima kasih sekali bu Hany sudah menaruh mata selama senam. Terima kasih juga sudah menjadi seorang mangkubumi di angkatan kami.
Semoga bu Hany dan keluarga sehat selalu. Kebaikan dunia dan akhirat tercurah untuk keluarga. Dan siap memberi warna di tempat kerja yang baru.
Cahaya Mata
Bu Aini berbadan tinggi besar. Kalau Rama berbicara dengan beliau, selalu berasa berbicara dengan bu Niar. Panitia kami. Akan Rama ceritakan nanti, Nak siapa bu Niar itu. Bu Aini rekan Rama saat latsar. Rama mulai kenal dengan bu Aini saat beliau bertanya apa tindakan panitia kalau ada orang yang sakit? Panitia yang saat itu bu Niar bertanya: sakit apa?
Rama semakin fokus pada bu Aini sesaat beliau mengatakan hipertensi. Dan untungnya panitia yang bersangkutan adalah bu Niar. Yang sama-sama punya pengalaman tentang hal itu.
Beberapa waktu lalu, beliau izin dari latihan baris berbaris. Sampai tibalah saatnya mata diklat Bela Negara. Rama masih ingat sore itu, di aula Kitri, bu Widya tiba-tiba lari cemas ke arah panitia untuk meminta izin membawa bu Aini ke kamar.
Bu Aini wajahnya terlihat kaku.
Panitia terlihat panik.
Kami terdiam.
***
Kondisi bu Aini belum membaik.
Dokter dipanggil ke Kitri. Dengan resep seadanya, bu Aini bertahap mengobati dirinya sendiri. Grup whatsapp Bintang Tujuh bertabur doa kesembuhan untuk bu Aini. Panitia juga terus menanyakan kondisi bu Aini.
Rama langsung teringat kisah aktor tampan Korea yang mirip Rama, Song Seung-Heon, doi harus menunda wamilnya karena terdeteksi hypertension dan akhirnya mampu menyelesaikan wamilnya setelah normal lagi. Ini sebuah harapan bagi siapapun juga.
Semoga nama Ibrohim di belakangnya menjadi penyemangat bu Aini dalam kondisi apapun. Kekuatan Ibrohim tidak dipertanyakan lagi. Dari mulai memiliki ayah yang tidak mau beriman, dibakar oleh Namrud, kesulitan mendapatkan keturunan, setelah dapat keturunan, harus ditinggalkan di padang pasir. Setelah beranjak dewasa, anaknya harus disembelih. Semuanya dilewati oleh Ibrohim alaihissalaam. Tak heran mendapat gelar kekasih Alloh. Insya Alloh, Rama yakin bu Aini lebih hebat dalam menghadapi segala persoalan hidup.
Satu hal penting yang Rama tangkap dari Bintang Tujuh, adalah angkatan VII ini begitu kompak. Begitu perhatian. Dan begitu sayang terhadap antar anggota lainnya. Kami semua selalu menyimpan perhatian terhadap bu Aini. Walaupun sembunyi-sembunyi. Hihihi…
Semoga bu Aini dan keluarga diberi kesehatan, kebaikan dunia akhirat. Tetap bersemangat dalam mengabdi pada negara. Aamiin.
Semangat pagi?!
Pagi!!
Pagi!!
Luar biasa!!
Tetap Semangat!!
…Sebagai Penjuru
“Latsar Nasrudin sebagai penjuru!”
“Siap latsar Nasrudin sebagai penjuru siap menghadap!” Jawabnya tegas, merunduk dan berlari menghadap sang danton. Begitu yang selalu Rama ingat tentang pak Nasrudin. Beliau salah satu teman sekamar Rama. Orangnya kalem awalnya, gila akhirnya.
Baru pertemuan-pertemuan akhir, kami menyadari kalau wajah, perawakan dan cara beliau berbicara mirip bapa Jokowi. Mirip sangat! Rama merasa tidak enak karena sudah melarang pak Jokowi untuk merokok di kamar dan tapi sekaligus pernah juga satu malam Rama meminta pa Jokowi untuk merokok di kamar. Bukannya Rama plin-plan tentang sikap tegas terhadap para perokok, Nak.
Itu dua waktu yang berbeda.
Saat Rama melarang merokok dan pa Nasrudin memanfaatkan toilet sebagai surga merokok, saat itu - menurut Rama - merokoknya untuk memuaskan dirinya. Dan Rama tidak bisa menerima kalau merokok untuk memuaskan diri sendiri.
Tapi satu malam juga Rama menyuruh pa Nasrudin untuk merokok di kamar. Di sebelah Rama. Rama tahu kalau saat itu pa Nasrudin sedang mengerjakan rancangan aktualisasi yang memusingkan dirinya. Rokok di sana jadi obat. Rama mempersilakannya. Dan akhirnya pak Nasrudin bilang nuhun sambil menghisap rokok.
Sama-sama pa Nasrudin. Punten pisan…hehe Ini sudah menjadi komitmen Rama dengan Sae.
Karena awalnya kalem, Rama tidak tahu tuh pa Nasrudin dulu sekolah di mana dan dari mana asalnya. Sampai satu hari, rekan Rama yang lain memberi tahu kalau sebetulnya pa Nasrudin satu sekolah dengan Rama di MTs PERSIS Tarogong Garut. Waaaahhh…ternyata pa Nasrudin adik angkatan Rama yang lama tak bertemu. Kami akhirnya ngobrol ngalor ngidul tentang sekolah kami dulu.
Pa Nasrudin lebih dahsyat lagi karena beliau membawa keluarganya dari Cililin Bandung ke kabupaten Sukabumi. Strategi yang digunakan beliau saat ikut rekrutmen CPNS juga sangat brilian. Beliau mencari formasi terbanyak. Saat itu, formasi untuk guru SKI menempati jumlah terbanyak.
Salut, lah sekali lagi. Jangan lupa jemuran di toilet diangkat, Pak. Dan kalau sudah kering, setrika dengan baik dan rapi.
Pak Nas sungguh luar biasa. Semoga dianugerahi kesehatan dan kebaikan dunia akhirat, pak. Aamiin. Salam untuk keluarganya yang dahsyat!
Tetap mengabdi pada negara dan… jangan pindah laaahhh…hahaha
Si Cantik Kalem
Bu Yeni pernah membawa anak-anaknya ke hotel. Tidak ada yang melarang karena memang itu hari Minggu. Para peserta latsar diperbolehkan untuk bertemu dengan keluarganya.
Maafkan Rama tidak pernah menemuimu, Nak. Waktu yang singkat tidak sepadan dengan beratnya rindu Rama. Sepertinya merapel rindu di penghujung latsar itu lebih baik bagi Rama. Lagi pula, Rama dan Ibun sedang berbeda lokasi.
Anak-anaknya bu Yeni pasti senang dapat bertemu dengan ibunya. Bu Yeni juga terlihat semringah.
Nak, bu Yeni itu sudah profesional. Bagi Rama, ada dua orang yang garis wajahnya sudah terlihat seperti guru di angkatan kami. Setiap orang sudah dapat garis takdir yang menjalar hingga garis wajah dan perawakannya. Bu Yeni salah satunya sudah sangat terlihat garis gurunya. Beliau peserta paling sulung. Tetua di angkatan VII. Tidak banyak kata yang keluar dari bu Yeni. Selain senyum lagi dan lagi.
Rama hanya dapat cerita saat beliau jadi pemateri untuk menjelaskan kondisi aktual di tempat kerjanya.
Sungguh menarik. Tempat beliau bekerja berbeda dengan tempat asalnya di Ciamis sana. Kalau kamu tahu ruang kelas di Kitri sini, Nak. Masih lebih nyaman katanya karena ditemani dua AC dan hanya ada satu akses keluar masuk. Tempat kerjanya sekarang ada satu pintu untuk dua kelas sekaligus. Sulit untuk membayangkannya. Namun Rama yakin, kondisi tersebut bukan halangan berarti untuk guru seprofesional bu Yeni.
Rama tidak akan berbicara tentang kondisi Pendidikan di Indonesia. Rama akan berbicara tentang sistem rekrutmen CPNS yang sudah lebih baik dari sebelumnya. Sistem merit adalah sistem yang digunakan saat rekrutmen CPNS digelar. Sistem ini lebih menekankan pada keahlian dibanding dari urusan gender, SARA atau disabilitas. Selama orang itu punya keahlian di bidang yang diinginkan, maka orang tersebut berkompeten untuk meningkatkan mutu di Indonesia.
Tepuk tangan, Nak untuk sistem merit.
Beruntung nanti kamu tidak akan melihat lagi orang ini titipan itu, orang itu kenalan ini dan sebagainya. Kamu kelak akan bergabung dengan orang-orang yang profesional seperti bu Yeni. Seperti rekan-rekan latsar Rama. Kami di sini tidak pernah mengeluh tentang tempat kerja yang sekarang kami ditugaskan.
Kami di Kitri diminta untuk memberi warna di tempat kerja. Para panitia menaruh harapan yang besar pada peserta latsar yang semuanya masuk berkat prestasi yang dimiliki. Kami tidak saling kenal satu sama lain. Baik antar peserta ataupun dengan panitia. Sekali lagi, Nak. Tidak ada titipan di sini.
Pelanggan juga akan sangat nyaman saat pelayan publiknya punya pengetahuan tentang satu urusan. Kalau kata kultum teman Rama, saat satu urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah kehancuran.
Entahlah, Rama selalu yakin kalau bu Yeni akan menjadi bagian dari solusi atas semua permasalahan yang ada. Pak Habibie pasti akan bangga syekaleh kalau bertemu dengan bu Yeni. Orangnya kalem, lembut, dan bertanggung jawab.
Semoga sehat selalu ya bu Yeni. Salam untuk keluarganya. Anak-anaknya lucu…nanti boleh main sama Sae dan Birru.
Coach Seksyeh
Siapa tak kenal Djanur? Djajang Nurdjaman sang pelatih Persib yang sekarang ke Barito Putera. Kita di rumah memang jarang nonton sepak bola, Nak. Rama tidak suka sepak bola. Kali ini, Rama akan bercerita tentang rekan latsar Rama yang bernama Jajang Nurjaman. Guru olahraga. Orang Sumedang yang ditempatkan di Bogor.
Satu hal yang menarik dari si Coach (sebutan Jajang di angkatan VII) ini adalah doi punya perawakan yang alamaak…bohay! Setidaknya itu komentar ibu-ibu yang setia memperhatikan Coach baris-berbaris. Pa Jajang sayang keluarga. Poto profil WAnya saat itu adalah foto keluarga kecilnya. Di laptopnya juga, terpasang foto keluarga di wallpaper. Anaknya seusia kamu, Nak. 18 bulanan kalau tidak salah.
Saat pa Jajang menulis rancangan aktualisasi, sebagai informasi, ini rancangan wajib yang ditulis dan dipikirkan oleh peserta latsar supaya kerja efektif dan efisien saat nanti masa habituasi. Ya, saat menulis rancangan aktualisasi, Jajang begitu khawatir karena isu yang diangkat belum sepenuhnya disetujui oleh bapak kepala madrasah.
Tapi sungguh, Jajang menjadi tercerahkan saat terus-terusan berkorespondensi dengan kepala madrasah via WA. Rama berpikir saat itu, Jajang punya ilmu komunikasi yang hebat. Bagaimana tidak, Jajang guru baru di sekolah itu, tapi bisa berkomunikasi baik dengan kepala madrasah untuk mengurusi kegiatan apa yang akan dilakukan nanti di madrasahnya.
Coach sungguh luar biasa!
Rama harus belajar dari pak Jajang, Nak.
Tidak sedikit orang yang diisolasi hanya karena tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Dalam istilah Sunda ada pepatah, hade goreng ku basa (baik dan buruknya satu urusan diselesaikan dengan bahasa). Kalau di Garut, biasanya hade goreng ku baso. Karena saking banyaknya tukang baso dan 90% orang Garut suka baso. Ah lupakan itu.
Rama akhirnya diberi kesempatan untuk mengetahui latar belakang si Coach. Saat itu, saat semua peserta latsar akan pulang ke tempat kerjanya masing-masing, Sabtu 14 September 2019, Rama tidak tentu arah akan pulang kemana, ke Garut kah bertemu kamu dan adik kamu? Atau menjemput Ibun di Jakarta? Akhirnya ada rombongan Jajang yang akan pergi ke moh. Toha memakai grab. Rama langsung ingat kalau Primajasa bisa menaikkan penumpang di jalan tol. Sssttt..ini rahasia.
Tak ambil pusing, Rama langsung keluar dari Kitri bersama rombongan Jajang. Di jalan kita ngobrol. Keluarganya sekarang ada di Sumedang. Nanti sebelum ke Bogor, akan memboyong dulu keluarganya pindahan ke Karawang. Hah? Ada apa di Karawang? Usut punya usut, Coach sudah punya tempat tinggal di Karawang saat sebelum melamar jadi guru. Jajang pernah bekerja di pabrik dan memegang peranan penting. Yang tentu saja, modal utamanya adalah komunikasi.
Sekarang Rama tahu, Nak. Komunikasi itu dibangun dan dilatih terus-terusan. Dan yang paling penting, cari dan gunakanlah kata yang tidak menyakiti.
Semoga sehat selalu pa Jajang dan keluarga, semoga diberikan kemudahan dalam menjalankan aktivitasnya. Sukses jadi gurunya. Jangan lupa ceria!
Salman atau Aris?
Pertanyaan itu selalu muncul saat memanggil rekan Rama yang satu ini. Kamu pasti bingung saat orang itu menjawab “boleh dipanggil Salman, boleh juga dipanggil Aris” Itu jawaban paling menarik memang. Dan tidak boleh pusing juga. Rama harus memanggil dengan pa Salman. Padahal di Indonesia nama tengah tidak lazim digunakan sebagai nickname. Aris Salman Alfarisi namanya. Adalah seorang guru Bahasa Indonesia. Orangnya pendiam. Ahli senyum juga.
Hal yang menarik dari pa Salman adalah beliau anak gunung. Anak mapala: Manusia pecinta alam. Gunung aja dijaga, apalagi kamu. Begitulah gombalan anak gunung. Receh memang.
Semua gunung di Garut sudah ditaklukkannya. Kamu harus tahu, Rama juga mantan anak gunung yang tertolak. Rama tidak kuat dingin. Rama orangnya panas. Sedang Pa Salman orangnya dingin. Sedingin Papandayan. Tapi hatinya penuh kehangatan dan keterbukaan. Ahasyeek.
Kami sering berbincang tentang gunung dan keluarga. Istrinya sering diajak naik gunung bersama. Itu tanda kehangatan seorang pa Salman. Istrinya pasti akan gembira memiliki pa Salman yang maskulin. Perbincangan kami selalu mengalir karena kami sama-sama tidak merokok. Dan…
Doakan, Nak. Pa Salman menginginkan keturunan selepas beres latsar kemarin.
Pa Salman selalu menarik untuk didengarkan. Obrolannya yang kalem dan terkesan hemat selalu menjadi hal paling ditunggu Rama. Kami Bintang Tujuh selalu melihat pa Salman karena selalu berbaris paling depan. Perawakan beliau tinggi. Dalam aturan baris berbaris, yang tinggi paling depan.
Yang paling menarik lagi adalah kami tidak pernah satu kelompok dalam mengerjakan tugas di kelas. Bagi Rama ini adalah sebuah tantangan saat menulis memoar tentang pa Salman. Selain orang Majalengka dan guru Bahasa Indonesia, pa Salman usianya 1 tahun lebih muda dari Rama. Tapi jenggotnya sudah lebat sangat. Setidaknya itu menjadi tanda Rama lebih muda 1 tahun dibanding pa Salman…hahaha.
Pertanyaan yang tidak pernah Rama kemukakan adalah apakah pa Salman memakai eyelash shadow atau tidak? Hahaha matanya seperti memakai celak hitam.
Semoga pa Salman dan keluarga cepat dianugerahi keturunan yang soleh dan solehah. Senantiasa diberi kemudahan, kelancaran dan kebaikan dalam menjalani aktivitasnya. Aamiin.
Sang Penggerak
Dari kelompok Cariu, ada satu peserta latsar perempuan yang tidak kalah ramainya. Dari awal pertemuan, beliau sering memudahkan namanya dengan singkatan Indonesia. INA. Bu Ina sering mengingatkan kami dengan itu.
Bu Ina seperti mahasiswa sastra. Sangat ekspresif. Entah karena terbawa oleh kelompok Cariu yang lain, atau memang kekhasan bu Ina. Tapi Rama yakin, bu Ina sudah ramai dari tempat asalnya sana, Cirebon. Rama sering memperhatikan saat bu Ina mengekspresikan pendapatnya. Beliau sangat enerjik penuh semangat.
Rama membayangkan saat suasana kelas tak bersahabat dengan tugas dan mekanisme disiplin, kami sepertinya membutuhkan sang penggerak untuk membuat kelas tetap hidup. Dan sang penggerak itu sepertinya bu Ina.
Baris berbaris adalah satu aktivitas yang memerlukan energi berlebih. Dengan suara tegasnya, bu Ina bisa membuat kami tetap semangat untuk melanjutkan kegiatan baris berbaris.
Senyumnya manis, Nak.
Rama pernah satu kelompok dengan bu Ina dan beliau sangat terbuka. Menuliskan segala curahan hati setiap anggota dalam beberapa poin penting untuk nantinya dipresentasikan. Oh iya, yang Rama salut dari beliau, adalah, beliau selalu peka untuk terus mengapresiasi setiap Widya Iswara yang beres mengajar dan bahkan untuk mengucapkan terima kasih. Rama selalu kalah satu langkah dari bu Ina. Rama terlambat untuk memikirkan itu…:(
Kalau kamu ingat tentang ‘Kata Ajaib’ dari Naura, lagu tersebut sangat bu Ina sekali. Semua kata ajaib itu dimiliki bu Ina.
Ucapkanlah "permisi" dengan senyum yang manis
Bilang "tolong" saat kau butuhkan bantuan teman
"Minta maaf"-lah jika kamu punya salah
Tapi yang terpenting kata "terima kasih"
Nah, Rama sampaikan lagi. Kalau kamu ingin lebih menarik di hadapan orang-orang, tirulah bu Ina. Gunakan kata ajaib untuk membuat komunikasi lebih menarik. Kehidupan akan jauh lebih berwarna.
Sehat selalu bu Ina dan keluarga. Semoga diberi kemudahan, kelancaran, kebaikan dunia dan akhirat. Aamiin.
Tetap jadi guru yang energik. Tetap bakar semangat pagi murid-muridnya. Dan terus berkarya!!
Semoga Allah Membalas Engkau…
Beliau tiba-tiba mendekati Rama. Malu-malu sambil bertanya “Bapak dari UG(E)M?” Rama langsung terperangah. Rama kaget. Tahu dari mana ibu ini tentang UG(E)M. Kampus biru Rama di Yogyakarta itu.
“Muhun. Ibu dari UGM juga?” Dan obrolan kami pun berlangsung lama. Namanya bu Jaza. Anak-anak sering mendoakan beliau dengan nama Jazakallah. Semoga Allah membalas engkau…dengan kebaikan. Beliau ternyata lulusan Sastra Arab di UGM. Kami ‘seharusnya’ pernah bertemu saat di UGM dulu. Tapi ya mungkin karena belum kenal akhirnya kami merasa tidak pernah bertemu.
Baru saat latsar ini Rama berkenalan dekat dengan bu Jaza. Rama suka dengan orang yang langsung mengajak berkenalan. Itu mungkin cara paling ampuh untuk menolong orang pemalu seperti Rama.
Mari kita doakan lagi, Nak. Bu Jaza semoga dianugerahi keturunan yang soleh dan solehah. Aamiin. Bu Jaza orangnya baik. Imut-imut gitu. Kamu akan sangat senang kalau bertemu dengan bu Jaza. Beliau orang Cirebon dan ditempatkan di kota Bogor. Beliau selalu penasaran kenapa Rama dari Sastra Inggris bisa mengajar drama? Rama jawab saja karena saat kuliah dulu, ada mata kuliah drama. Sedang kata bu Jaza, di jurusan Sastra Arab tidak ada mata kuliah drama. Kasian dech, lo.
Saat Caraka Malam, Rama duduk bersebalahan dengan pa Yayat dan bu Jaza.
“Pa Yayat terlihat masih muda dan belum memiliki anak”. Kata bu Jaza dingin. Sedang Rama dikatakan bu Jaza, “Pa Yoga mah sudah terlihat tua. Sudah punya anak pastinya...” Oke, saat itu Rama langsung sadar, bahwa Caraka Malam mampu merubah suasana menjadi jauh lebih menyedihkan. Huhuhu.
Tentu bu Jaza ingin membuat pa Yayat lebih senang agar dapat membantunya melewati pos-pos mengerikan sepanjang Caraka karena beliau satu kelompok dengan pa Yayat. Kalau kata pepatah “Pujilah seseorang, maka sebagian pekerjaanmu akan selesai…” Rama percaya itu.
Kenapa kamu tersenyum, Nak? Kamu tidak percaya kalau Rama sedang sakit hati? Atau karena kamu malu punya Rama yang sering menghibur diri sendiri?
Ah itu lah tentang bu Jaza. Ada kesan menarik dari bu Jaza. Beliau selalu memuji Rama saat keluar kelas dan saat baris berbaris.
Hmmm…pekerjaan apa yang harus Rama selesaikan?
Hahahaha….
Semoga bu Jaza tetap sehat. Keluarganya dianugerahi kebaikan dunia dan akhirat yaa. Aamiin.
Peserta Abjad Terakhir
Nah, ini yang menarik dari judulnya, Nak. Mungkin setelah kamu melihat daftar absensi peserta latsar angkatan VII, kamu sudah bisa menebak siapakah orang ini. Rama tidak akan pernah melupakan orang ini. Beliau setiap hari dengan Rama dalam jajaran barisan sebelah kanan Rama. Dari mulai baris Subuh sampai baris apel malam. Rama selalu berdekatan dengan beliau.
Rama sering berkelakar, “Apa jadinya kalau saya di kampus nanti tidak dengan bu Zenny?” dan bu Zenny sering tersenyum mendengar gombalan itu. Tidak lain Rama sering bercanda hanya untuk mencairkan suasana yang tegang karena pantauan tak terlihat dari panitia.
Kami ingin serius di satu sisi. Tapi di sisi lain, kami juga ingin bercanda. Dan Rama pastikan, bu Zenny sudah jemu dengan candaan Rama yang receh. Maafkan diri ini bu Zenny.
Tuh, dengar, Nak. Bu Zenny sudah memaafkan Rama.
Bu Zenny memang baik. Beliau asli Majalengka dan ditempat tugaskan di salah satu zona perkebunan teh kabupaten Cianjur. Sukanagara kalau Rama tidak salah ingat nama daerahnya. Rama tahu lebih tentang lokasi itu dari teman sekamar Rama yang sama-sama mengemban tugas dengan bu Zenny.
Memang betul, sekolahnya dikelilingi perkebunan teh yang asri. Udara pagi masih terasa dingin sampai jam 11 siang. Belum lagi sekitaran jam 2 – jam 3 kabut sudah mulai turun. Itu sangat mengagumkan.
Bu Zenny cantik, Nak. Sudah berkeluarga dan punya anak seusia dengan kamu kalau tidak salah. Rama selalu angkat topi kalau melihat ibu muda yang cepat dalam mengambil keputusan tanpa ragu. Meninggalkan keluarga di rumah bukanlah hal yang mudah. Perlu pemikiran yang panjang. Dan bu Zenny sudah melewati itu. Beliau sudah memikirkan langkah ke depannya akan seperti apa.
Rama selalu berpesan pada kamu, Nak.
Jangan sekali-kali menilai seseorang dengan standar nilai kamu. Jangan sekali-kali ikut campur urusan yang kamu sendiri tidak tahu urusan orang lain itu seperti apa. Kalau dalam drama, tokoh tersebut tidak pernah ikut bedah naskah, tidak tahu jalan ceritanya, tapi tiba-tiba ingin ikut mengurusi panggung dan bahkan ingin jadi sutradaranya.
Jangan, Nak. Itu tidak sopan.
Ini yang selalu Rama sampaikan, kalau Alloh sudah berkehendak, maka urusan yang awalnya rumit, akan dimudahkan. Saat Musa dialirkan di sungai Nil, betapa sedihnya hati seorang ibu, apakah dia akan bertemu lagi atau tidak. Apakah ia akan bisa bersama Musa atau tidak. Tapi kelanjutan cerita ini akan Rama sampaikan nanti pas dongeng sebelum tidur, Nak…
Bu Zenny luar biasa.
Semoga kebaikan dunia dan akhirat selalu tercurah untuk bu Zenny dan keluarga. Selalu diberi kemudahan dan kelancaran dalam menjalani aktivitasnya. Aamiin….
Ahli Biologi
Should have known each other
since at Sampireun. We have had the same class actually. Unfortunately, Sampireun
did not ring to our memory at all since we had a very short time there. It totally different with the Latsar. She
is so fashionable. Her glass, her wardrobe, and her words mean everything for Rama,
for the platoon. It sounds like she is amazing in everything. And
indeed, she is. I like her when she managed the platoon for the sake of goodness. We somehow need her. I feel she is
unique with her own way. She is cute. And you know, Son, the important thing is…
she wrote the medley of our fight song. I suddenly recall to Rachel
Platten, the author of ‘Fight Song’. You are mesmerizing, Miss!!
Cape ah, Nak nulis Bahasa Inggris. Khawatirnya para peserta lain ingin mengenal bu Ayuni dalam bahasa Indonesia. Yaaa….namanya bu Ayuni. Beliau sungguh luar biasa intinya. Hal yang paling diingat adalah saat beliau tidak pernah mengambil sarapan pagi. Lebih tepatnya tidak makan nasi. Membuat Rama bertanya. Ada apa sebenarnya? Diet kah? Atau … Ah sepertinya itu bukan pertanyaan yang menarik
Orangnya moody-an, Nak.
Pernah satu Subuh beliau tidak mau memimpin yel-yel karena kesal lama menanti rekan yang lain. Sedang kami tidak boleh meninggalkan barisan depan musola menuju lapang senam. Kami harus solider. Bu Ayuni tidak mau memimpin yel.
Tapi jangan salah. Sifat positif dari moody adalah kalau saat Subuh cemberut, saat senam sudah beda lagi. Sudah ceria. Keren, yaaa…Rama harus belajar tentang merubah perasaan dan ekspresi dari bu Ayuni. Lumayan, untuk ilmu pementasan kelak.
Beliau punya tiga anak tapi masih terlihat seperti anak muda binggow. Sama dengan Rama. Beliau pernah menjadi dosen luar biasa (LB) atau Bahasa keren lainnya adalah dosen honorer di kampus tempat Rama mengabdi. Dan satu hal lagi yang penting adalah kerja keras tidak akan membohongi hasil. Begitu kata bu Ayuni. Lama mengabdi, selama kita bekerja keras dan diguyur doa tanpa ampun, insya Allah akan bahagia.
Ada ramalan Rama yang tidak pernah terwujud. Rama selalu meramal, selama pembelajaran di kelas, kami akan satu kelompok. Tapi selama latsar kemarin, alhamdulillah Rama tidak pernah satu kelompok dengan bu Ayuni. Hahaha…Memang, ramalan itu tidak baik untuk kesehatan. Tapi apa daya, Rama sedang menghibur diri sendiri karena tidak hapal lirik-lirik yel yang bu Ayuni ciptakan.
Maafkan aku, bu.
Rama akan minta maaf di sini, Nak. Dengarkan baik-baik, Nak. Ini serius.
Bu Ayuni, maaf kalau
kemarin-kemarin jarang ikut kumpul bareng teman lainnya. Itu lebih disebabkan
karena mie ayam baso lebih enak daripada kopi pait yang membuat perut ini
kembung. Kalau ada baso dan mie ayam, siap kumpul lagi, deh…
Intinya, bu Ayuni hebat. Semoga bu Ayuni dan keluarga sehat yaa…kebaikan dunia dan akhirat selalu tercurah untuk keluarga bu Ayuni. Aamiin.
Bukan Widya Iswara
Berkacamata, kritis, dan serius adalah salah satu ciri dari rekan Rama yang satu ini. Tapi lambat laun, keseriusannya luntur berganti jadi santai dan suka bercanda. Namanya bukan Widya Iswara, tetapi Widya Aji Bunga Utami. Beliau asli Cirebon. Dan menjabat sebagai guru kelas di madrasah Ibtidayah Negeri kota Sukabumi.
Apakah bu Widya akan bertahan dengan kondisi anak-anak Ibtidaiyah? Sepertinya itu bukan pertanyaan penting. Sesuai dengan namanya, Widya berarti pengetahuan, ilmu dan kebenaran, maka bu Widya akan bisa mengatasi permasalahan di kelas anak-anak. Tahu ilmunya.
Seperti malam tempo hari di Cantigi. Hanya bu Widya yang tahu kalau di sekitaran musola banyak ulat hitam. Rama dan peserta latsar lainnya sepertinya tidak ada yang tahu. Rama pikir itu jenis tanaman baru. Tapi bu Widya dengan setia memperhatikan kalau benda hitam itu bergerak dan mengumumkan pada setiap peserta latsar, hati-hati kalau yang hitam itu adalah ulat.
Semoga bu Widya tidak mengambil kesempatan lain, semisal ingin budi daya ulat hitam. Wakakaka…
Kalau mendengar suara bu Widya itu… Rama selalu teringat dengan bi Enur yang tinggal di Pamulang. Kalau kamu, Nak, menyebutnya Nenek. Suaranya mirip sekali. Bi Enur jago silat. Rama juga selalu membayangkan kalau bu Widya itu jago silat.
Bu Widya sudah menikah. Eh titik atau pertanyaan, ya?
Oh, iya. Rama pernah curi-curi bercerita dengan bu Widya. Benar, bu Widya sudah menikah dan punya anak. Cerita itu bermula saat Rama menjelaskan banyak orang yang berkomentar buat apa mendidik anak orang, kalau anak sendiri tidak dididik di rumah. Rama mendengar pembicaraan itu antara bu Widya dengan si Emak.
Rama ikut berkomentar:
Bagi seorang guru, ada kata dalam bahasa Sunda yang tidak memiliki padanan terjemah dalam Bahasa Indonesia. Kata tersebut adalah ‘nyaah’. Kata nyaah bukan sayang, bukaan perhatian, bukan juga cinta. Lebih keren dari semua kata itu, nyaah adalah kata yang membuat seseorang jatuh cinta dan saling menghormati. Itu kunci segalanya. Contoh nyaah dalam perilaku sehari-hari adalah…saat anak pulang dari sekolah, orang tua bertanya, “belajar apa, Nak di sekolah tadi?” Saat anak menjawab, orang tua tidak main HP. Itu bentuk nyaah paling sederhana.
Yang ingin Rama sampaikan adalah…
Santai saja bu Widya. Kita manfaatkan nyaah untuk pendidikan jarak jauh dengan anak-anak. Kita buktikan pada orang-orang, bahwa kita tidak hanya mendidik anak orang lain, kita juga bisa mendidik anak kita sendiri.
Semoga bu Widya diberikan kekuatan, kesehatan dan kelancaran dalam beraktivitas. Aamiin
Bu Widya kalau Rama lihat, beliau memiliki kompetensi dan komitmen yang kuat untuk menjadi guru kelas. Tetap jaga kondisi, bu!!
Matematika itu Lucu
Rama tidak nyaman kalau harus bercerita tentang rekan Rama yang satu ini pada kamu, Nak.
Kenapa?
Karena beliau masih lajang. Beliau dosen. Dan beliau cantik.
Lanjutkan jangan?
Oke kalau kamu ingin mendengarkan memoar Rama tentang bu Mia.
Beliau musuh Rama tentu saja awalnya. Karena bu Mia melamar sebagai dosen matematika. Dan Rama seorang Mathematics Anxiety. Rama sudah tidak akan sanggup kalau harus menghitung dan atau bertemu dengan angka-angka. Tapi lambat laun dengan kelucuan yang dimiliki bu Mia, sepertinya Rama siap ambil program sarjana lagi di jurusan Matematika.
Rama pernah mengutarakan isi hati Rama tentang kemiripan Bu Mia dengan salah seorang mahasiswi Rama. Kita sebut saja deh nama mahasiswinya: Siti Nurhayati.
“Apakah bu Mia punya adik yang kuliah di Sastra Inggris?” Rama memulai pembicaraan.
“Saya anak bungsu, Pak”. Jawab bu Mia tetap lucu.
“Oh…kalau begitu, punya kakak yang kuliah di Sastra Inggris?” Rama tidak menyerah.
“Tidak, pak.” Kelucuan semakin terpatri dalam dirinya.
Akhirnya Rama menyerah, Nak. Beberapa rekan Rama ada yang mencoba mengganggu beliau dan beliau tidak tinggal diam. Beliau langsung mengumumkan kalau tidak tahun ini, insya Allah tahun depan akan segera menikah. Aamiin. Semoga beliau mendapatkan jodoh yang jauh lebih lucu dari Rama.
Apa? Rama tidak lucu, ya, Nak?
Oke fine! Ibun jauh lebih lucu. Makanya kamu nurun dari Ibun. Kelucuan hakiki ada dalam dirimu, Nak.
Apa? Lanjut lagi tentang bu Mia?
Apa yaa…beliau di hari-hari akhir terserang penyakit pilek yang kadang tisu nemplok di hidungnya. Semuanya terlihat cocok saja. Mungkin sudah dihitung secara matematis, kalau panjang tisu dan diameter lubang hidung itu akan menghasilkan bayangan yang menarik.
Dan saat di ruang makan, sepertinya bu Mia ingin jail dengan Rama. Kasihan…baru di hari-hari terakhir bu Mia tersadar kalau Rama sebenarnya lucu.
Heh, Nak?!!
Sae??!! Mau kemana??? Ceritanya belum selesai, nih!!
Oke, sekian saja dulu ya ceritanya.
Bu Mia, semoga tetap sehat, yaaa. Cepat dapat jodoh dunia akhirat, yaaa…tetap semangat untuk mengabdi. Dan berilah warna yang lucu.
Asgard
Dari empat puluh orang peserta latsar, ternyata ada juga asgard. Pertama, Rama dan satu lagi ibu hamil ini. Kami adalah asgard. Asli Garud. Beliau selalu mengusap perutnya dan selalu mengajak ngobrol janinnya. Seperti itu kalau Rama tidak salah perhatikan.
Beliau pernah komen saat Rama memasukkan daun putri malu ke dalam tas Rama. Bagi Rama, itu cara yang paling mudah untuk memberi tanda kalau tas itu adalah milik Rama. Di dalamnya akan dijumpai banyak daun putri malu. Rama suka itu.
Bu Nisa berkomentar. Rama tidak terima. Memangnya salah?. Bu Nisa berkomentar lagi kalau ada cara yang lebih ‘manusiawi’ untuk menandai tas seseorang. Rama keukeuh kalau itu adalah tas Rama. Dan ini cara yang paling mujarab.
Akhirnya bu Nisa pergi dengan bahagia. Rama bersedih karena ternyata memang Rama tidak membawa sesuatu apapun untuk menandai tas Rama sendiri.
Bertemu lagi di kelas. Satu kelompok dengan bu Nisa saat mata diklat Dinamika Kelompok. Beliau paling dahsyat saat memberi nama kelompok. Kalau tidak salah ingat, nama kelompok kami saat itu adalah “Ten To PN”. Beliau yang memberi nama itu. Terilhami dari musisi Ten to Five. PN di sana adalah Pegawai Negeri. 10 orang menuju pegawai negeri. Rama akan selalu mengingatnya.
Luar biasa! Beliau sering duduk dan memperhatikan setiap peserta yang senam dan peserta Baris Berbaris. Tidak boleh mengambil resiko berbahaya. Beliau sedang hamil. Dan itu wajar, Nak. Kamu harus memakluminya.
oh iya…halaaall!! itu yang sering diucapkan bu Nisa juga. Bu Nisa tidak suka telor, sedang Rama sangat gandrung sekali. Ambil saja, pak. Halal! Saat Rama mengambil menu telor di meja makan,
Bu Nisa guru IPA. Tapi bahasa Inggrisnya jago. Dan kami sempat nyambung satu topik saat membicarakan film-film Jepang. Rama dulunya seorang Otaku, Nak. Tidak ada yang nanya, ya? heuheu
Bu Nisa juga sempat gandrung dengan hal-hal berbau Jepang. Sebenarnya itu adalah topik yang tidak pantas dibicarakan saat mata diklat Nasionalisme.
Tapi itu masa lalu. Dan kalau ingat masa-masa itu, Rama langsung bernyanyi
Tinggalkan ayah tinggalkan ibu
Ijinkan kami pergi berjuang
Dibawah kibaran sang merah putih
Maju lah ayo maju..menyerbu..serbu
Tidak, kembali pulang
Sebelum, kita yang
menang... pasti menang
Walau mayat terdampar di medan perang
Untuk bangsa, kami kan berjuang
Maju ayo maju ayo terus maju
Singkirkanlah dia..dia..dia
Kikis, habislah meeeeereka
Musuh negara..
Bu Nisa tetap sehat, ya. Jaga integritas. Kebaikan dunia dan akhirat untuk bu Nisa sekeluarga. Tetap mengabdi untuk negara dan berilah warna nasionalisme di manapun berada. Jangan Jepang lagi, yaa…hehehe
Freddie Mercury
Mamma Mia, Bismillah!!
Saat Rama bertemu dengan orang ini, tidak terbesit dalam benak wajahnya mirip Freddy Mercury. Sama sekali tidak terpikir. Tapi lambat laun rahasianya dibongkar kelompok Cariu lainnya kalau pa Yayat mirip Freddie Mercury. Tentu kalau ada kumis baplangnya. Pa Yayat tidak berkumis.
Rama selalu yakin kalau pa Yayat kelak akan menjadi kepala sekolah, pembina dan mungkin akan menjadi dosen seperti Rama. Begitu cita-citanya. Mulia sekali, Nak. Seperti logam.
Pa Yayat orang baik. Super baik. Beliau rela izin bermalam (IB) demi menghadiri ulang tahun anaknya.
Oh itu biasa, ya, Nak?
OKE. Tanda pa Yayat orang baik lagi adalah pa Yayat tidak pernah mengeluh saat kunci kamarnya dibawa oleh angkatan VI. Karena pa Yayat ikhlas ditempatkan sekamar dengan kelompok 6. Saat anggota kelompok 6 masih di kelas, pa Yayat ikhlas menunggu di kamar Rama. Kurang baik apa lagi coba, pa Yayat? Beliau rela ditempatkan dengan orang yang materi, sifat, yel-yel, tali tanda pengenalnya berbeda.
Pa Yayat luar biasa. Ia tidak merokok di tengah kelompok Cariu lainnya. Tapi kadang-kadang suka ikutan merokok. Hmmm…Rama sepertinya perlu merevisi kata-kata di atas tentang pa Yayat itu orangnya baik.
Oh tidak usah, Nak?
Baik.
Pa Yayat guru TIK. Orang pertama yang Rama jumpai mampu mengedit video menggunakan smartphone. Ya, pa Yayat. Satu kelompok di mata diklat akuntabilitas, kami harus membuat roleplay dan merekamnya. Rama menulis naskah, pa Yayat yang merekam. Sungguh luar biasa hasilnya. Mengedit video sambil makan, mengedit video sambil jalan, bahkan sambil menunggu rekan latsar lainnya turun dari musola. Dan tadaaaaa….video selesai dengan sempurna.
Awalnya Rama berpikir pa Yayat orang Cirebon. Tapi ternyata beliau asli dari Subang. Ditugaskan di Bogor. Dan Rama mau buka rahasia, deh. Pa Yayat pernah berbisik… kalau pa Yayat punya niatan untuk…
Apa? Boleh tidak, Nak, Rama mengatakan rahasia pa Yayat?
Oh, tidak boleh, ya. Rama harus menjadi orang baik seperti pa Yayat ya…Iya, deh. Rama tidak akan mengatakan rahasia itu. Padahal menarik untuk disampaikan. Iya, deh…ditutup doa saja, yu.
Semoga pa Yayat dan keluarga diberi kesehatan. Diberi kebaikan dunia dan akhirat. Dan diberi kemudahan dalam keinginan mutasinya.
Astaga, Nak. Rama keceplosan.
Al-Habib
Kalaulah marga di Yaman tahu sang Habib disuruh-suruh untuk membetulkan mic yang feedback, menggoyangkan kabel VGA yang terkadang meredup dan bahkan kadang diam di belakang speaker mengatur volume supaya enak didengar sampai beliau tertidur, pasti orang Yaman akan berbahagia. Karena nilai pelayanan publiknya sudah dipraktekkan langsung. Habib membantu dan melayani publik dengan baik.
Namanya pa Hadi. Orangnya tampan. Hidungnya bangir. Hobinya merem. Uppss.. itu tidak boleh diucapkan, ya, Nak. Kita panggil Habib saja, deh ya. Habib keturunan Arab. Sama seperti Ibun kamu. Kami pernah berbicara tentang marga pa Hadi, dan marga Ibun di Arab sana. Berbeda marga ternyata.
Beliau adalah satu-satunya peserta dari Jakarta. Melamar CPNS di Jawa Barat karena di Jakarta tidak ada lowongan. Akhirnya ditempatkan di kota Bogor. Sekolahnya belakang terminal Baranang Siang. Ah, rencana pulang ke rumah dari Bogor sudah tergambar dengan mudah. Tinggal naik bus arah Jakarta, sampailah Habib di rumahnya.
Beliau lulusan UNJ dan masih lajang. Obrolan ringan Rama dengan Habib paling seputar kapan menikah? Bertemu lagi, pertanyaannya masih sama. Entahlah, Rama selalu yakin kalau bisa mencomblangi orang lain dan jadi nikah, pahalanya besar tak terkira. Tapi itu perkiraan Rama.
Banyak ibu-ibu yang mengharapkan anak-anaknya mirip si Habib. Setidaknya hidungnya saja, deh. Habib disebut juga dengan sebutan bungsu karena selalu datang terakhir. Entah itu datang ke barisan atau datang ke ruang makan. Semuanya ia jalani dengan santai. Beberapa waktu kehabisan nasi atau lauk, ia tidak menyerah, ia turun ke bawah. Dan berhasil.
Makannya banyak.
Syekaleh.
Banyak banget.
Porsi kuli.
Itu yang Rama ingat, Nak. Selain tiga kali kami berada di kelompok kelas yang sama, satu keahlian beliau yang patut diacungi jempol adalah meniup sela jari jempol dengan telunjuk yang menghasilkan suara mirip suara mobil F1.
Apa? Itu bukan keahlian berarti ya, Nak?
Itu sebuah keahlian. Kalau dalam drama radio, suara-suara sintesis buatan pribadi dapat mempermudah jalannya drama. Tidak usah mencari suara lainnya. Nanti kalau kamu kuliah di Jakarta dan bertemu dengan orang Arab daerah Kebayoran Lama, panggil Habib saja.
Tapi sebentar, Nak.
Kok, Rama tidak yakin kalau si Habib itu orang Arab. Namanya Sunda banget: Hadi Alhadi. Mirip seperti Iceu Juiceu, Cecep Gorbacep. Ada repetisi nama.
Yakin saja, deh, ya.
Mari kita doakan: Semoga pa Hadi diberi kemudahan dalam menjalani aktivitasnya. Selalu bertanggung jawab dengan amanahnya. Solehnya juga meningkat. Dan tentu saja, semoga didekatkan dengan jodoh terbaiknya. Aamiin
Emaaaaakk!!!
Beliau adalah emak kami bersama. Kamu tidak akan salah ingat orang, Nak. Beliau sungguh sangat ceriwis. Dan…ya emak-emak banget deh, ya. Saat kerja kelompok, makanan ada di mana-mana. Saat kesepian, bisa curhat dengan Emak. Setidaknya itu yang sering dilakukan Rama dengan bu Suci. Curhat.
Bu Suci asli orang Pelabuhan Ratu. Tahu betul kondisi laut dan lauknya. Ya sebelas dua belas lah dengan bu Susi. Beliau ditugaskan di kota Bogor menjadi guru PPKN, meninggalkan keluarganya di Pelabuhan Ratu. Anaknya sudah tiga. Bidadari semua.
Karena beliau senang mendengarkan curhat, Rama curhat tentang seseorang spesial di masa lampau. Orang Pelabuhan Ratu juga. Dan eh ternyata Mak Uci kenal dengan orang itu. Langsung tutup cerita. Rama tidak mau menceritakan itu lagi. Emak juga paham tentang kondisi dulu dan sekarang yang sudah harus dibedakan.
Tidak hanya polisi yang mengayomi masyarakat, si Emak juga mengayomi kami peserta latsar angkatan VII. Kalau masih ingat mata diklat WasBang, hampir sebagian besar Emak menyelamatkan prestasi anak-anak sekelas. Emak menyapu bersih pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya TWK banget, deh, lah ya…Ampun dijeh!!
Emak bercerita tentang segalanya di daerah Sukabumi. Termasuk Emak yang sangat populer itu. Bercerita tentang 3 bidadarinya dan 1 pujaan hatinya yang sedang melaut. Kabar terakhir, suaminya sedang berada di Vietnam. Begitu katanya.
Mak seorang pekerja keras, Nak.
Usianya beda dua tahun dengan Rama, tapi pengalamannya berkeliling Indonesia sudah tidak terhitung. Selain suaminya orang Makasar (kalau Rama tidak salah ingat, atau mantannya ya, upps), Mak juga pernah bekerja di Gramedia bagian lapangan yang memerlukan kegesitan sabuk hitam, lah. Gesit banget. Mak sungguh cekatan.
Dan singkat cerita…
Emak menjadi guru di salah satu sekolah ramah lingkungan di Pelabuhan Ratu. Sekolah elit bisa dibilang seperti itu. Peran guru yang disiplin kadang bersaing dengan peran orang tua yang memanjakan anak-anaknya. Mak Uci juga bercerita tentang sekolah yang dilarang menggunakan pelantang suara saat acara akhir semester.
Kesamaan Rama dengan Mak adalah sama-sama punya pandangan tentang kendaraan dunia akhirat yang luar biasa itu. Elf, biasa kami menyebutnya. Bagi Rama, dan orang Garut khususnya, tahu, bahwa ternyata Alloh tidak hanya menciptakan manusia dari tanah, iblis dari api, dan malaikat dari cahaya…tapi ada sopir Elf yang tercipta dari hujatan-hujatan pengendara di sekelilingnya.
Mari kita ampuni mereka, Mak.
Apa lagi ya, Nak cerita tentang Mak? Banyak banget lah yaa. Rama pernah minta cemilan malam-malam via whatsapp. Si Emak sedia. Kumplit-plit-plit…
Sehat selalu ya, Mak. Salam sama 3 bidadarinya. Semoga selalu bertabur kebahagiaan keluarganya. Tetap mengabdi pada negara. Dan tetap semangat pagi!!
Sang Ketua
Tidak ada hal yang paling ajaib menimpa seseorang kecuali orang itu adalah Lukman. Diabadikan dalam al-Quran menjadi surat Lukman. Bijaksana dan selalu mengajak pada kebaikan. Ketua kami bernama Lukman Harun al-Rasyid. Paket lengkap, Nak. Ini paket lengkap antara Lukman sang suri tauladan dengan Harun al-Rasyid, Pembaharu peradaban Islam. Masa kejayaan Islam berada di masa pemerintahan HR. Sunggu luar biasa.
Semua anggota latsar akan ingat siapa beliau. Ketua yang bijaksana. Perawakan tegap semampai dengan beberapa gigi depan yang retak membuat pa Lukman mudah diingat. Beliau asli Cirebon. Ditempatkan di kota Bogor. Beliau tentu akan kenal dengan Harun al-Rasyid karena beliau menjadi guru SKI.
Banyak hal yang dibicarakan antara Rama dengan pa Lukman, Nak. Tapi yang paling berkesan adalah saat kegagalan Rama menjodohkan pa Lukman dengan bu Mia. Bagi Rama mereka cocok. Tentu itu hanya pandangan sekilas saja. Pa Lukman baik, bu Mia baik juga. Tapi rupanya ada yang lebih baik dari itu. Lebih baik mereka berteman.
Pa Lukman seorang pelukis. Beliau pernah mengaku bahwa aliran yang beliau tekuni aliran impresionis. Tak jauh beda dengan Rama lah, Nak. Rama suka sekali menulis gaya impresionis. Bertemu, menebak, berkhayal dan menulis tentang seseorang yang baru dijumpai. Ya, seperti menulis memoar ini.
Pa Lukman peserta kedua termuda sebelum bu Nadiya. Ada rasa malu katanya saat meminta anggotanya yang sebagian besar lebih tua untuk berkumpul dan bekerja. Beberapa kali para peserta latsar meminta Lukman untuk tidak segan memerintah. Tapi karena saking baiknya Lukman, ia tidak bisa.
Lukman menangis, Nak.
Rama pernah sekali melihat pa Lukman menagis di ruang makan. Di pintu menuju lobby panitia.
"Jangan menangis pa Lukman sambil mengusap telinganya" Rama coba bercanda.
Pa Lukman tersenyum dan menyeka air matanya.
Para anggota latsar memang unik, kata Rama dalam hati. Tapi yaa itu...pa Lukman orangnya melow.
Rama pernah meramal beliau. Kalau kehidupan beliau di latsar itu 180% hasil perubahan dari masa lalunya. Entah masa lalunya yang buruk atau baik, tapi intinya di latsar pa Lukman mencoba menjadi seseorang yang baru.
Tidak seperti biasanya. Ramalan Rama tidak meleset. Kata Lukman, benar begitu.
Beliau menulis rancangan aktualisasi tentang metode pembelajaran roleplay dalam mata pelajaran SKI. Rama hanya menyarankan, hati-hati kalau mengcasting nabi Muhammad. Jangan pernah sesekali meminta murid untuk memerankan tokoh Muhammad. Akan berdampak buruk bagi citra Muhammad di benak anak-anak. Kalau memerankan tokoh Lukman, tokoh Harun al-Rasyid, itu tidak apa-apa.
Anakku, Sae, sepertinya kamu harus berguru ke pa Lukman dalam hal seni atau juga dalam hal berprasangka baik. Rama tidak seperti itu. Rama suka berprasangka dramatis demi sebuah cerita.
Pa Lukman tolong lah jangan jadi orang baik. Tidak kah bapak mengambil pelajaran dari kisah-kisah sebelumnya tentang orang baik? Mereka semua masuk surga.
Sehat selalu
ya pa Lukman. Cepet nikah. Cepat menyempurnakan sebagian agama pa Lukman.
Aamiin. Jangan sama bu Mia, lah, ya. hahaha
Ahli Politik
Orangnya serius, duh. Rama suka salah tingkah kalau berhadapan dengan orang serius.
Tapi ternyata, kata pa Andi, justru Rama yang tidak serius. Jadi ini bagaimana? Rama bingung.
Pa Andi masih muda. Sudah punya anak 1 dan selalu bersemangat saat berada di kelas. Beliau selalu awas memperhatikan Widya Iswara. Walaupun dalam kondisi tertidur.
Pa Andi juga satu-satunya ahli politik di kelas kami. Beliau dosen ilmu politik. Kadang Rama terus berpikir dengan tesis Rama, kalau dosen dan atau guru, boleh salah tidak boleh bohong. Sedang politisi boleh berbohong tapi tidak boleh salah. Saat guru, dosen atau ASN salah dalam menerangkan sesuatu, maka mereka tidak boleh berbohong. Mereka harus mengkoreksi keesokan harinya. Sedang politisi, boleh berbohong dalam membuat rencana, tapi tidak boleh salah. Bukankah ada bohong yang diperbolehkan dalam Islam? Salah satunya adalah boleh berbohong saat memuji masakan istri yang asin.
Nah, kembali lagi, Nak. Kalau pa Andi ahli politik dan sekaligus dosen, berarti beliau tidak boleh salah dan tidak boleh bohong. Hahaha berat pa Andi. Semoga pa Andi sudah menonton drama Korea “Assembly”.
Pa Andi pelah. Dan ini modal utama untuk menarik perhatian mahasiswi. Para perempuan menurut survei abal-abal, suka dengan laki-laki yang pelah. Ah, bagaimana lah menghibur teman sekampus mah, Nak. Rama dan pa Andi dalam beberapa kesempatan akan sering bertemu.
Yang paling berkesan bagi Rama adalah saat pa Andi menjadi pelakon bagi naskah yang Rama buat di mata diklat Akuntabilitas. Ketahuilah, Nak. Tidak ada kesenangan yang luar biasa yang dirasakan sutradara kecuali melihat orang-orang yang dikenalnya mau berpartisipasi dalam memerankan skenario yang dibuat.
Rama tidak memberi pa Andi naskah yang banyak.
Rama percaya karena pa Andi tahu bagaimana kondisi mahasiswa dan dosen sekaligus.
Improvisasinya sungguh luar biasa. Beliau menjadi mahasiswa. Dan sepertinya kalau rambutnya panjang, pa Andi akan terlihat seperti mahasiswa. Di dunia nyata sekalipun.
Pa Andi semoga sehat selalu, yak. Diberi kemudahan dalam menjalankan tugasnya. Kebaikan dunia dan akhirat mengucur bagi pa Andi dan keluarga. Aamiin.
Blu-Ray
“BRRUKKK!!!”
Satu kelas kaget dan linu sendiri sesaat laptopnya jatuh dan retak.
Kami terdiam. Tidak banyak berkomentar. Saat-saat seperti itu bukan saat yang tepat untuk mengucapkan sayang atau hati-hati. Saat-saat seperti itu adalah saat di mana semua orang merasa kikuk dan berat untuk berucap.
Kami pun kembali mengerjakan tugas. Dan seolah itu tidak pernah terjadi. Tapi tidak tahu dengan si empunya laptop.
Rama bisa pastikan beliau termenung. Beliau sedih. Dan semoga tidak berkelanjutan sedihnya.
Itu normal, Nak. Si empunya laptop bernama Reyhan.
Saat mendengar nama Reyhan. Jangankan panitia, kami para peserta pun akan menganggap kalau beliau punya jakun. Panitia menempatkan Reyhan satu kamar dengan Irfan, Salman, dan Jajang. Tentu itu langsung dikoreksi panitia sesaat setelah ada informasi kalau Reyhan itu berkerudung, imut dan cantik.
Bu Rey begitu panggilannya. Tapi Rama saat memanggil beliau selalu melafalkan Blu-Ray, kualitas tertinggi dari sebuah resolusi visual. Dan bu Rey tidak masalah dengan sebutan itu. Mungkin tidak terdengar.
Nak, kamu mau dengar cerita apa tentang blu Ray?
Beliau masih lajang. Bertugas di Cariu. Dan ini sudah dapat dipastikan keasikannya kalau berkelompok dengan kelompok Cariu. Blu-Ray memang asik. Tidak banyak yang dibicarakannya selain … ah adem deh kalau bicara dengan blu-Ray.
Orangnya imut. Baris paling belakang mungkin, itu tanda beliau imut. Beliau menjadi guru BK. Guru yang paling ditakuti oleh murid-murid bermasalah. Tapi kata bu Reyhan itu citra yang salah dari seorang guru BK. Guru BK yang berkompeten itu membimbing dengan hati, dan mendengarkan permasalahan anak dengan hati juga. Makanya, membimbing itu sepaket dengan mendengarkan curhatan anak-anak. Kebanyakan guru BK tidak mau mendengarkan keluhan, dan akhirnya proses bimbingan pun seolah seperti proses menghakimi.
Eh, bu Reyhan pernah ngomong begitu ga, ya?
Lupa. Tapi intinya bu Reyhan itu kuat. Santai dalam menghadapi segala permasalahan. Rama dapat melihat itu.
Semoga blu-Ray diberikan kebaikan dunia dan akhirat. Cepat diberikan jodoh terbaiknya. Dan yang paling penting…membimbing dengan hati. Aamiin.
Calon Ibu
Beberapa hari sebelumnya, Rama dan calon ibu ini berbincang mengenai riwayat keguguran. Rama beri contoh tentang kakak-kakakmu yang sudah syahid. Ibun kamu punya riwayat keguguran dua kali, Nak. Dan calon ibu ini tersenyum mendengarkan cerita Rama.
Beliau sedang hamil muda. Sangat muda. Baru beberapa minggu katanya. Kegiatan yang menguras energi awalnya tidak menjadi hambatan berarti bagi bu Rini, peserta latsar asal Tasik ini. Beliau rekan Rama di kampus. Beliau dosen Sosiologi.
Beliau sangat dermawati, Nak. Ramah dan aahhh…keibuan syekaleh.
***
Kabar itu datang secara tiba-tiba. Bu Rini dilarikan ke Rumah Sakit karena pendarahan. Dan calon bayinya sudah syahid. Insya Alloh jadi saksi kebaikan bagi ibu dan bapaknya kelak di surga. Aamiin.
Lagi, peserta latsar angkatan VII terdiam. Lidah kami kelu. Hanya doa yang mengalir deras menambah kekuatan bagi bu Rini. Rama tidak banyak bercerita. Candaan Rama berkurang. Karena menurut Ibun, proses kuretase itu menyakitkan. Dan tidak bisa dibandingkan dengan apapun.
Tidak bertahan lama. Kesedihan bu Rini berganti keceriaan. Memang, tidak ada yang bisa menjamin tentang perasaan itu. Tapi setidaknya Rama melihat bu Rini hadir di kelas dengan partisipasi yang luar biasa menjadi jawaban kalau badai itu harus berlalu.
Bu Rini dosen sosiologi. Paham betul tentang kondisi dan permasalahan di masyarakat Indonesia. Rama dan bu Rini pernah satu kelompok membicarakan tentang kondisi Indonesia yang bersaing di pasar MEA. Bu Rini tahu semua tentang MEA. Rama tidak tahu, Nak. Rama hanya tahu bu Mia. Upps. Sungguh, bu Rini begitu tajam dalam menganalisis kondisi masyarakat dan sistem ekonomi di Indonesia sekarang ini.
Di malam keakraban. Bu Rini membawa sepatu. Katanya, itu produk asli Tasikmalaya. Asli home-production di rumah neneknya.
Ini kabar gembira bagi para peserta latsar angkatan VII. Kalau pusing, bingung ingin membeli sepatu yang berkualitas, Bu Rini bisa menjadi solusi. Ini lebih didasari karena kita harus mencintai produk Indonesia.
Ini namanya Rama sedang marketing, Nak. Dan bu Rini selalu paham kalau tim marketing itu memakai sepatu.
Kenapa kamu tersenyum malu, Nak?
Semoga bu Rini diberi keturunan yang sehat dan terbaik. Bu Rini calon ibu yang hakiki. Diberi kebaikan dunia dan akhirat. Diberi kemudahan dalam segala aktivitasnya. Dan tetap berkarya. Aamiin.
Teman Sekamar
Setelah diputarkan lagu nasional pada mata diklat Etika Publik, sang Widya Iswara bertanya:
“Siapa pahlawan yang terlintas di benak kalian saat mendengar lagu tersebut?”
Dia menjawab Abdul Haris Nasution. Dia menjawab itu karena namanya sama. Ada Harisnya. Teman sekamar Rama yang satu ini aneh. Dia sering loncat-loncat di kasur empuk dan setelah itu mandi. Hmmm…tentu itu kisah fiktif.
Pak Haris adalah seorang akasi. Anak kampung sini. Kitri tidak jauh dari Ujung Berung. Sambil koprol ke belakang juga sampai. Makanya tiap minggu doi menengok istrinya. Yang sedang hamil muda. Insya Allah sehat selalu janin dan anak pertamanya. Bulan Desember pa Haris mengundang acara aqiqah anak pertamanya ini. Luar biasa. Visioner.
Pak Haris guru IPA yang ditugaskan bersama bu Zen. Pak Haris menjadi mediator antara pa Angga dengan seseorang tercantik di angkatan 6. Ada laah, Rama tidak akan menyebutkan namanya…Itu temannya pa Haris di UIN dulu.
Beliau yang selalu meminjamkan catu charger bagi Rama. Kami satu kamar mencharge HP di dalam kopernya pa Haris. Ah, begitu sulit dilupakan.
Perawakan pa Haris sama seperti Rama. Selalu baris di depan atau kadang-kadang di belakang Rama. Tinggi kami tidak jauh berbeda. Dan kami pun tidak suka dinginnya AC kamar. Pa Haris seorang ahli hisap. Akhirnya para ahli hisap berkumpul di kamar Habib. Dan Rama tidak sulit saat mencari pa Haris, pasti berada di kamar pa Habib.
Pa Haris juga punya cita-cita ingin menjadi lurah di tempat di mana sekarang ia ditugaskan. Cita-cita ini muncul bukan setelah mata diklat Pelayanan Publik yang menayangkan tentang Lurah Budi yang diberi pilihan bekerja atau menjenguk ibunya yang sakit. Haris ingin menjadi lurah, karena madrasahnya sekarang berada di depan pasar dan pasar itu mencemari sungai di sekelilingnya. Dengan menjabat sebagai lurah, sepertinya sampah-sampah di sungai bisa bertahap diselesaikan. Aamiin.
Suatu hari nanti, Pa Haris kemungkinan akan bertemu dengan Ibun, Nak. Sebagai guru IPA, pa Haris akan mengikuti diklat dan diklat itu diselenggarakan di kantor Ibun.
Semoga pa Haris diberikan kekuatan untuk menjalani pekerjaannya sekarang. Kebaikan dunia dan akhirat selalu tercurah untuk keluarga pa Haris. Sehat selalu yaa calon bayinya… Aamiin.
Danton
Rama berat sebetulnya memilih judul Danton untuk orang ini. Rama lebih suka dengan menyebutnya sebagai sticker maker. Bagaimana tidak, pa Erwan lebih serius menggeluti pembuatan stiker dibanding menjadi danton. Danton kadang pa Yayat kadang juga pa Lukman. Tapi kalau stiker yang menyebar di grup Bintang Tujuh, itu murni hasil kreativitas pa Erwan, Nak.
Pembuatannya cepat dan langsung menyebar.
Tapi tentunya kami, khususnya Rama, akan selalu ingat ilmu Baris Berbaris yang pa Erwan ajarkan. Sungguh luar biasa. Tak kenal lelah. Rama pernah bertanya apakah pa Erwan punya adik dan kakak yang berprofesi sebagai dosen, kata pa Erwan tidak punya.
Rama teringat teman Rama di Telkom sana. Wajahnya mirip sekali dengan pa Erwan. Pa Erwan mengajar di Aliyah awalnya dan sekarang ditempat-tugaskan di Ibtidaiyah. Perlu pengorbanan dan kesabaran tingkat nabi, katanya. Tak tahan kalau setiap hari ada yang berkelahi hanya gara-gara masalah sepele. Tapi seperti biasa, kalau kata lagu nasyid kesukaan pa Erwan, Tak Ada Beban Tanpa Pundak, bukan?
Rama percaya pada pa Erwan, Nak.
Saat menjadi danton dan menjadi pembimbing baris-berbaris, wajahnya yang serius tidak cocok untuk bercanda. Tapi jatuhnya jadi lucu kalau pa Erwan bercanda. Pa Erwan orangnya kocak. Beliau baru dikarunia seorang anak, satu hari sebelum berangkat ke Kitri.
Kisah kasih dengan istrinya pun terbilang menarik. Adik kelas yang jauh terpaut beda usia tapi bersatu dalam ikatan sah pernikahan. Belum memiliki perkerjaan yang tetap dan bermodal tes CPNS 2018 pra-Pengumuman, pa Erwan saat itu berani untuk menikahi pujaan hatinya. Apa mau dikata, pa Erwan mendapatkan dua kebahagiaan sekaligus. Masuk CPNS dan menjalani hidup dengan sang pujaan hati.
Tolonglah, pa Erwan…
Tolong jangan buat stiker lagi. Nanti pa Erwan double-job. Ini serius, lho. Dan satu lagi, tolong jenggotnya jangan dicabutin. Itu mengganggu nafsu makan rekan latsar angkatan VII yang lainnya.
Kami masih polos. Kami tidak tahu itu jenggot atau bulu yang lain. Tolong, lah demi keberlangsungan hidup kami.
Terima kasih atas ilmunya pa Erwan. Seperti yang disampaikan pa Erwan, praktek baris berbaris itu harus di semua tempat dan di setiap saat. Sepertinya menarik kalau para mahasiswa di kampus berbaris menuju kelas.
Semoga pa Erwan dan keluarga diberikan kebaikan dunia dan akhirat. Diberi kelancaran dan kemudahan dalam membina segala urusan. Aamiin.
Jangan lupa kalau nanti ada yang ke Cianjur, yaa…
Dirigen Cantik
Nyanyikan lagu “Padamu Negeri”!
Siap laksanakan! Jawabnya lantang.
Dan akhirnya dia menghadap. Cantik wajahnya. Tangannya mulai digerakan, memandu para peserta latsar untuk bersama-sama menyanyikan lagu Padamu Negeri.
Latsar Intan siap kembali ke tempat! Namanya Intan. Seperti sebutan kota Garut, Indah Tertib Aman dan Nyaman. Mungkin juga kepribadian bu Intan seperti itu. Tapi setidaknya Rama sering tertawa bersama dengan bu Intan karena ulah dirigen laki-laki yang tidak tahu diri itu. Ini juga pengumuman bagi yang lain. Jangan sekali-sekali mengangkat dirigen dari kaum Adam. Percayalah, itu tidak akan menarik.
Rama saat melihat dirigen perempuan di latsar kemarin, khususnya latsar Intan, langsung teringat sosok de la Parra dirijen cantik asal Meksiko yang aduhai menghibur sekali saat memimpin Danzon 2. Dia terlihat lembut dan mudah berkomunikasi.
Bu Intan dari seni tari UPI. Gerakannya sungguh gemulai. Sama-sama suka seni seperti Rama. Beberapa gerakan yel-yel lahir dari kreativitas bu Intan.
Anaknya baru satu. Lucu syekaleh. Mirip kamu, lah, Nak.
Bu Intan diberi kondisi mirip dengan bu Yeni. Madrasah yang menarik untuk diberi warna. Tapi yakin, jiwa seni yang mengalir di bu Intan, mampu mengatasi segala kejumudan yang terjadi di tempat kerja. Bu Intan itu murah senyum. Ah, cape deh kalau harus memilih siapa saja yang murah senyum di angkatan VII ini, semuanya murah senyum.
Bu Intan pendengar sejati. Mudah diajak berdiskusi. Tugas kelompok dapat diselesaikan dengan cepat dan tidak pernah terlihat tertidur di kelas.
Di malam keakraban, Rama padahal punya ramalan akan dapat berduet dengan bu Intan. Tapi lagi dan lagi Rama bukan peramal yang baik. Itu tidak terjadi. Padahal kalau Rama jadi duet dengan bu Intan, ini bisa menjadi bukti kepada kamu, Nak, bahwa Rama pernah berduet nyanyi dengan Raisya. Suaranya begitu lembut.
Kelak, kamu boleh berguru pada bu Intan, Nak. Selalu rendah hati dan tetap ceria dalam setiap kondisi.
Semoga bu Intan dan keluarga diberi kesehatan dan kebaikan dunia dan akhirat. Diberi kelancaran serta kemudahan dalam menjalankan setiap aktivitasnya. Aamiin.
Speechless
Begini, Nak. Nanti kamu harus memahami ada orang yang tidak seperti orang kebanyakan. Kamu harus paham itu. Lagi pula, belum tentu yang banyak itu benar dan sehat. Ada puisi Much Madness is divinest sense karya Emily Dickinson, dalam puisi tersebut, kegilaan itu adalah korban kesepakatan. Kita tidak akan tahu kapan kita disebut gila. Tapi yang pasti adalah saat banyak orang membuat kesepakatan dan menyepakati kita gila, maka jatuhlah vonis gila.
Terlepas dari puisi abad ke-19 di atas, sekarang Rama sedang gandrung dengan lagunya Naomi Watt – Speechless original soundtrack untuk film Aladdin. Lagu tersebut sangat powerfull. Liriknya juga sangat penuh makna Don’t you underestimate me! Itu mungkin yang Rama lihat dari diri seorang bu Eva.
Bu Eva luar biasa. Beliau tidak bisa berjalan. Tapi beliau bisa melaju dengan cepat. Bu Eva adalah seorang guru. Tentu beliau punya semangat yang luar biasa untuk mencerdaskan anak bangsa, meskipun berkursi roda.
Jangankan bu Eva, Gabriela Michetti saja seorang wakil presiden dari Argentina kemana-mana menggunakan kursi roda. Tangguh.
Rama selalu salut dengan Bu Eva yang punya keinginan untuk mengikuti segala agenda latsar angkatan VII. Kami angkatan yang kompak, ada Angga, Lukman, anak SGM, dan Sultan yang mengangkat kursi roda dari lantai bawah ke atas dan atau sebaliknya. Ke bawah untuk mengikuti apel atau menyaksikan Baris Berbaris. Ke lantai atas untuk mengikuti pembelajaran di kelas atau di aula. Semua bekerja keras dan bekerja sama.
Pertemuan pertama Rama dengan bu Eva adalah tanggal 26 Agustus, saat check-in. Tiba-tiba ada bapak-bapak yang mengantar anaknya naik kursi roda. Rama dan seorang dosen dari Syariah sedang menulis formulir kelengkapan biodata. Panitia meminta kami untuk mengangkat bu Eva ke lantai atas. Ke kamarnya. Kami pun bergegas menyimpan barang terlebih dahulu sesaat bu Eva sedang melengkapi formulirnya. Setelah itu, Rama turun dan dosen Syariah pun ternyata turun. Sayangnya, bu Eva sudah tidak ada di tempat. Sudah ada yang mengangkat ke lantai 2. Kami tidak bertemu lagi dengan bu Eva.
Sampailah di acara pembukaan, pembelajaran di kelas, Baris Berbaris…kami saling mengenal satu sama lain. Bu Eva ternyata orangnya asyik. Ramai. Dan jago Bahasa Inggris juga.
Semoga bu Eva di beri Adam secepatnya. Diberi kesehatan, kelancaran, kebaikan dunia dan akhirat, yaaa. Aamiin.
Al-Ustaz
Ini kisah kembaran Rama. Kalau ada Upin Ipin, Rana Rani, Pemuda Pemudi, maka tentu saja ada Yoga Yogi. Pa Yogi seorang ustaz. Beliau yang awalnya memimpin doa saat kami akan sarapan dan menyudahinya. Rama tidak bisa membayangkan kalau tidak ada pa Yogi, kami tentu tidak bisa makan. Karena sebelum makan harus berdoa dulu.
Untung ada pa Yogi.
Beliau juga yang menjadwal kegiatan rohani di angkatan VII. Kisah tragisnya adalah Rama yang pertama kali dijadwal Kultum oleh pa Yogi. Tapi tidak apa-apa, pa Yogi juga memiliki kisah tragis katanya, sebelum pengumuman penerimaan CPNS, pa Yogi mengalami kecelakaan. Dan berprasangka baik, kalau musibah itu menjadi pembuka bagi jalan diterimanya pa Yogi menjadi CPNS.
Pa Yogi baru menikah. Dan sedang menanti keturunan penerus bangsa dan agama.
Pada perkenalan pertama, beliau pernah mengaku punya pacar orang Garut. Rama tidak percaya dan tidak mempermasalahkan itu. Rama tahu itu hanya trik supaya pembicaraan perkenalan berjalan lancar. Belum lagi beliau orang Tasikmalaya, pasti mudah untuk menceritakan sudut-sudut kota tetangga. Tapi ternyata, pa Yogi tahu semua tentang kondisi Garut dan menjelaskan kalau pacarnya anak UNIGA dan sudah meninggal. Rama tidak peduli itu fiktif atau bukan. Tapi akhirnya Rama percaya kalau pa Yogi seorang ustaz.
Pa Yogi mirip mas Hanafi asal
Sidoarjo, teman Rama dulu di Ciputat.
Tipikal orang seperti pa Yogi adalah tipe orang pekerja keras, serius dan kalau
bercanda, kalian tidak akan bisa menahan tertawa kalian. Akan tertawa meledak
kalau orang seperti pa Yogi bercanda.
Satu hal lagi tentang pa Yogi adalah bahwa pa Yogi ditempat tugaskan berbeda 180% dari tempat semula. Mulanya pa Yogi mengajar anak-anak Ibtidaiyah, sekarang ditugaskan di salah satu Aliyah Negeri di sudut kota Sukabumi. Ini pengalaman yang sangat berbeda.
Beliau masih dalam kondisi honeymoon di tempat baru.
Doakan semoga pa Yogi diberi kesehatan. Cepat dianugerahi keturunan yang soleh dan solehah. Tetap bertanggung jawab dan menjadi panutan bagi guru-guru yang lain. Aamiin.
Waone Surade
Selama 18 hari, hanya satu hari Rama tidak menyanyikan lagu padamu negeri dari awal sampai akhir. Rama tidak kuat menahan tawa. Ampun Ibu Pertiwi, bukan karena menertawakan lagu Padamu Negeri. Tetapi ini semua gara-gara dirigen lanang tak tahu diri itu. Ada dirigen laki-laki yang tertawa tak pede saat menggerakan tangannya. Dia tertawa. Kami tertawa. Tak tahu menertawakan apa sebenarnya. Namanya saja konduktor, apapun yang dia lakukan, akan merembet pada kami. Dia tersetrum, kami pun ikut tersetrum. Dia tersenyum, kami pun tersenyum.
Tapi ternyata…
Rama tidak sendirian yang tersenyum. Ada seseorang yang sangat serius selama pembelajaran kelas, tapi malam itu dia juga tidak sepatah katapun mengeluarkan nyanyian lagu Padamu Negeri. Sama, dia juga tertular dirigen laki itu.
Namanya pa Wawan Setiawan. Orang Sumedang yang ditempat-tugaskan di daerah Surade. Daerah pinggiran Sukabumi. Jauh sekali. Begitu kata pa Wawan. Memakan waktu 12 jam perjalanan Sumedang – Surade. Rama sering bercanda, beli tiket kereta saja ke Surabaya. Bandung – Surabaya juga 12 jam.
Pa Wawan tersenyum. Beliau satu tahun lebih muda, tapi Rama ramal kalau kelak pa Wawan akan jadi kepala sekolah yang berprestasi, anti korupsi dan bertanggung jawab. Rama dapat rasakan itu. Pa Wawan disebut juga Abah oleh rekan-rekan latsar lainnya. Pa Wawan teman Rama baris berbaris, sebelah kanan ada bu Zenny, sebelah kiri ada pa Wawan. Perpaduan yang luar biasa.
Kamu harus tahu, Nak. Rama selalu bersemangat ikut baris berbaris karena ada pa Wawan. Bukan karena bu Zenny, lho.
Tuuh, kaan…masa kamu tidak percaya? Kamu harus percaya.
Pertama Rama lihat pa Wawan itu mirip seperti Bazli dari grup nasyid UNIC. Tidak begitu mirip mungkin bagi yang mencarinya di google. Tapi bagi Rama mirip syekaleh.
Satu lagi keahlian pa Wawan. Beliau paling mahir membuka metal puzzle milik Sultan. Permainan besi cabut pasang dari besi membuat semua peserta latsar gila dan bahkan ada yang begadang demi membuka permainan unik itu. Pa Wawan berusaha sendiri. Dan tidak sombong. Beliau luar biasa. Memang calon kepala sekolah yang baik.
Apa, Nak?
Tidak ada kaitannya, yak?
Ada lah…
Ya sudah deh. Kita doakan agar pa Wawan dan keluarga kecil yang sudah pindah ke Surade diberi kemudahan, kelancaran dalam beraktivitas. Kebaikan dunia dan akhirat senantiasa mengalir bagi pa Wawan. Aamiin.
Bravo, pak!
PIO
Rama tidak tahu tentang Psikologi Industri dan Organisasi itu (PIO). Ampun. Rama hanya tahu, Ibun kamu lulusan jurusan Psikologi. Kalau ada Industri dan Organisasinya Rama buta. Tidak tahu apa-apa. Tapi tenang. Ada bu Metha yang menjabat sebagai dosen tersebut.
Sebentar…sepertinya beliau belum pernah menerangkan tentang apa ilmu itu. Jadi, tetap saja. Rama tidak tahu tentang PIO itu apa.
Kita bicara yang lain, deh yu. Bu Metha itu orang Sumatera, Nak. Bersuamikan orang Sunda. Tapi bahasa Sundanya sudah melebihi orang Sunda kebanyakan. Bu Metha mirip guru Rama saat di pesantren dulu. Wajahnya keibuan syekaleh. Suaranya juga unik. Rama suka mendengarnya. Mengedipnya juga mirip Ibun. Sering mengedip. Rama juga suka.
Pasti bu Metha tahu indikasi apa kalau orang sering mengedip. Beliau tahu tentang kondisi psikologis rekan-rekan di kelas hanya dari gambar yang menggunakan pensil HB. Hard and Black. Pensil yang biasa dipake Rama gambar itu, lho. Saat Rama menggambar pake pulpen pilot pemberian panitia, bu Metha tidak bisa memprediksi kondisi kejiwaan Rama.
Tidak apa-apa. Ibun juga katanya tidak bisa memprediski gejala kejiwaan Rama.
Saat ada seorang Widya Iswara yang memperlihatkan korelasi antara golongan darah dengan kepribadian seseorang, pasti bu Metha tidak mempercayainya. Kepribadian seseorang terbentuk karena faktor hereditas dan faktor lingkungan. Kata Psikologi perkembangan seperti itu.
Bu Metha sudah punya anak. Lucu juga seperti kamu, Nak.
Fakultas Psikologi itu tetangga fakultas Adab dan Humaniora. Sepertinya nanti Rama dan bu Metha akan sering bertemu dan say hi. Pergi dan berlalu. Rama tidak ingin seperti itu. Rama harus memberikan sesuatu untuk tetangga Rama. Untuk tetangga kita. Saat kita memasak dan bau aroma masakan kita tercium oleh tetangga, maka kita wajib memberi masakan itu pada tetangga. Ada Adab bertetangga.
Rama punya rencana.
Begini…
Dalam pembelajaran drama, ada satu hal yang sering muncul juga dalam istilah Psikologi. Namanya katarsis. Para pemain atau penonton drama selesai melewati babak dramatis yang menegangkan, diharapkan ada katarsis. Kalau tidak, nanti Rama akan konsultasi pada bu Metha. Mengapa para mahasiswa Rama tidak muncul katarsisnya saat sudah mempelajari drama.
Katarsis sederhanya adalah pensucian jiwa sesaat setelah menumpahkan curahan hati penuh beban pada psikolog. Dalam drama, katarsis juga bermakna sama. Penonton merasa lega setelah melewati fase konflik dalam pementasan.
Ah begitu, lah…setidaknya awalnya sudah bingung. Akhirnya juga harus bingung. Biar afdol!
Semoga bu Metha dan keluarganya diberikan sehat selalu. Diberi kebaikan dunia dan akhirat. Kelancaran dan kemudahan dalam beraktivitas. Aamiin.
My Soulmate
Tiap hari Rama akan berjumpa dengannya. Informasi panggilan latsar juga dapat darinya. Pergi ke Kitri juga saling kirim info via WA dengan dirinya. Rama hanya kenal dengan orang ini. Tidak ada lagi yang Rama kenal selain pa Irfan.
Ada dua orang yang bernama Irfan di angkatan kami.
Irfan yang sedang dibicarakan ini adalah dosen tarjamah. Sama-sama dari fakultas Adab dan Humaniora. Rama dosen Sastra Inggris, sedang beliau dari Sastra Arab.
Dalam jajaran Baris Berbaris, beliau berada di belakang Rama. Saat balik Kanan, grak, Rama akan melihat beliau berada di depan Rama. Dan…pa Irfan baris berbarisnya lucu. Saat kaki kanan melangkah ke depan, tangan kanan juga ke depan, kaki kiri ke depan, tangan kiri juga ke depan. Rama pernah bercandain, “kok, jalannya mirip robot”. Akhirnya pa Irfan pulang ke rumahnya. Belajar pada istrinya yang pernah menjadi anggota paskibraka.
Seperti formula film pendekar: awalnya kalah, pergi ke gunung untuk bertapa, turun gunung sudah sakti. Begitulah kondisi pa Irfan. Pulang ke Kitri sudah menguasai ilmu Baris Berbaris.
Beliau jarang berbincang saat di kelas. Tapi sering bercanda dengan Rama. Kami sering tertawa bersama menertawakan keadaan. Berangkat Caraka Malam, kami duduk satu jok. Tetap, membicarakan hal yang tidak penting. Bagi kami, membicarakan sesuatu yang tidak penting adalah hal terpenting di dunia ini. Motto sejati kami adalah santai saja, lah. Yang penting stress.
Pa Irfan dan Rama sering masuk dalam tangkapan kamera si abah berambut putih di Kitri.
Pa Irfan sangat religius. Pengisi kultum kedua dari Bintang Tujuh adalah pa Irfan. Beliau mengangkat tema tentang pentingnya istighfar. Yuk mari kita dengarkan sekali lagi:
“Ada seorang yang mengadu
musim paceklik kepada Hasan al-Bashri rahimahullah, Hasan al-Bashri
rahimahullah berkata, ‘Istighfarlah engkau kepada Allah.’ Ada lagi yang mengadu
bahwa dia miskin, Hasan al-Bashri rahimahullah tetap menjawab, ‘Mintalah ampun
kepada Allah.’ Lain lagi orang yang ketiga, ia berkata, ‘Doakanlah saya agar
dikaruniai anak.’ Hasan al-Bashri rahimahullah tetap menjawab, ‘Mintalah ampunan
kepada Allah.’ Kemudian ada juga yang mengadu bahwa kebunnya kering. Hasan
al-Bashri rahimahullah tetap menjawab, ‘Mohonlah ampun kepada Allah.’
Mengapa semuanya harus beristighfar?
Jawabannya ada di QS. Nuh: 10-12.
Dan saat senam pagi juga harus banyak beristigfar. Terutama saat gerakan-gerakan tertentu. Semua mustami tertawa. Paham apa yang sedang diobrolkan.
Teman, semoga kita tetap dalam kebaikan. Selalu diberikan kesehatan, kemudahan, dan kekuatan dalam menjalankan amanah di fakultas Adab dan Humaniora. Aamiin.
Dosen Cerdas
Siapapun akan mengharapkan satu kelompok dengan ibu ini. Beliau sangat pintar, Nak. Cerdas. Beliau cekatan. Ada peserta yang berharap, mudah-mudahan hari ini saya sekelompok dengan ibu ini. Dengannya dunia terasa aman dan mudah. Kalau sudah ditakdirkan sekelompok dengan bu Dian, maka separuh tugasmu sudah terselesaikan. Begitulah kata anak-anak. Juga kata Rama tentu saja.
Memang benar. Saat semua ide jelimet lahir dari tiap anggota. Bu Dian dengan sederhana menuliskan dalam flip paper, syaratnya hanya satu: Beri aku 1 spidol besar, akan kuguncang dunia. Begitulah kalau Rama harus mendramatisir. Tadaaa…semua benar saja. Selesai tepat waktu.
Bu Dian sudah berkeluarga. Sekarang sedang menempuh program doktor. Beliau adalah dosen grafika komputer. Rama juga tidak paham. Tapi intinya Rama yakin beliau illustrator yang handal. Awalnya Rama pikir ibu Dian itu orangnya serius. Tapi ternyata, serius banget. Sampai beberapa hari selanjutnya, debu-debu lapangan Kitri mampu membuat bu Dian menjadi pribadi yang mudah tersenyum dan suka bercanda. Rama suka itu.
Kami peserta latsar dari UIN tidak pernah ketinggalan informasi. Semua itu akibat ulah bu Dian yang sering menshare info-info penting dari kampus. Ah, Rama tidak suka itu. Tapi akhirnya Rama jadi tahu kalau ada info penting.
Pengalaman paling berkesan dengan bu Dian tentu saja saat Caraka Malam, dong. Bu Dian satu kelompok dengan Rama, Nak. Rama sudah tidak perlu khawatir kalau ada soal-soal yang berurusan dengan memori. Walaupun Rama pelupa, tapi kalau sudah satu kelompok dengan bu Dian, insya Alloh Caraka Malam menjadi lebih bermakna.
Benar. Rama tidak menjumpai masalah yang berarti saat melewati pos-pos penuh teka-teki. Aman terkendali.
Satu hal yang Rama sayangkan dari bu Dian adalah mengapa bu Dian diterima di fakultas Sains dan Teknologi. Bukankah kebahagiaan akan lebih terpancar dari wajah Rama saat bu Dian ditempatkan di fakultas Adab dan Humaniora.
Bu Dian juga pernah kaget saat Rama bilang naudzubillah kalau Rama terpilih jadi pejabat di UIN. Apa salah Rama, Nak? Jabatan itu adalah musibah. Begitu kata Umar bin Abdul Aziz. Bilang saja innalillahi wa inna ilaihi rooji’un saat kamu terpilih jadi pemimpin.
Tanggung jawabnya sangat besar.
Ampun bu Dian. Jangan tulis kalimat di atas sebagai catatan kultum. Itu bukan kultum. Kalau tidak dibilangin begitu, Nak. Bu Dian pasti sudah spontan menulis. Beliau hebat…
Semoga bu Dian diberi kesehatan, kelancaran dalam bertugas. Tetap bertanggung jawab dengan profesinya. Kebaikan dunia dan akhirat semoga tetap tercurah untuk keluarga bu Dian. Aamiin.
Ani
Ibu ini yang selalu buat Rama lupa diri. Ibu ini juga yang selalu memuji-muji Rama. Rama itu outta the box. Kalau Rama berucap, pasti beliau tepuk tangan. Rama malu, Nak. Makanya Rama jarang berbicara. Hahaha
Tentu itu bercanda.
Ibu ini bernama Anisa Alifiyanti. Sudah akrab dipanggil Ani Roma. Beliau pintar. Cerdas. Sangat cerdas. Setidaknya itu yang terlihat oleh Rama. Beliau selalu berpikir sebelum berkata. Selalu mencari referensi sebelum menganalisa. Dan itu adalah ciri dari orang-orang yang cerdas.
Lebih dari itu. Bu Anisa suaranya bagus. Bagus sekali. Cengkoknya sangat luar biasa. Apalagi kalau bernyanyi lagu dangdut. Ah…beberapa yel kami juga sudah dibuat sangat menarik oleh cengkoknya bu Anisa.
Kamu harus bertemu bu Anisa, Nak. Beliau orang Cileungsi. Ditempatkan di daerah Sukabumi. Sebagai guru Bahasa Indonesia. Rama juga berharap tulisan Rama ini akan banyak dikritisi dari sisi tanda baca dan konten impresionis oleh bu Anisa. Beliaulah satu-satunya yang menyelamatkan tim Rama saat Caraka Malam, bu Dian, pa Angga, dan Rama tidak tahu lagu Manuk Dadali, bu Ani khatam. Alhamdulillah…
Entahlah, Rama senang saja kalau sudah melihat bu Anisa di Baris Berbaris. Beliau bisa menjadi teladan bagi pasukan yang lain. Beliau jarang salah mengambil gerakan dalam pasukan baris berbaris.
Senyumnya menarik.
Kalau kamu sulit membayangkan sosok bu Anisa, Rama akan bercerita tentang film Freedom Writers. Sepertinya bu Anisa akan seperti sosok Erin Gruwell dalam meningkatkan literasi menulis dan membaca. Akan sangat luar biasa. Tidak pantang menyerah.
Rama masih berharap kalau bu Anisa dapat menyanyikan lagu Lily dari Alan Walker. Sepertinya akan menarik. Suaranya akan sangat pas menyanyikan lagu itu dengan irama dangdut. Dahsyat.
Bu Anisa sudah berkeluarga.
Ada satu hal yang tidak diketahui bu Anisa, Nak.
Apa itu?
Bu Anisa tidak pernah tahu kalau selama ini Rama sering buka google untuk menjadi serba tahu. Dan itu adalah jalan pintas orang-orang yang ingin terlihat cerdas. Padahal mereka sama sekali tidak cerdas. Percayalah bu Anisa.
Semoga bu Anisa dan keluarga diberikan kesehatan, kekuatan, dan kemudahan dalam menjalani aktivitas. Aamiin. Tetap semangat. Jangan lupa Bahagia!
Mrs. Vem
Orangnya ceriwis. Cantik. Mirip mahasiswi. Dan … unik, lah.
Rama tidak pernah membayangkan bahwa dandanan Rama akan ada yang memperhatikan. Dasi Rama beberapa kali dikomen salah oleh ibu ini. Aduh, padahal Rama salah satu orang yang tidak pernah komen tentang busana orang, atau Rama tidak pernah menilai orang lain secara spontan, kecuali itu ditulis.
Oh, itu sama saja yak, Nak? Hehe maaf bu Vemy.
Tapi bu Vemy pasti memaafkan karena beliau pemaaf. Satu sifat negatif yang pernah beliau tulis saat tugas dinamika kelompok adalah beliau memiliki sifat negatif yakni pemarah. Ah itu tidaklah benar. Selama 18 hari Rama perhatikan bu Vemy, doi tidak pernah ngamuk di kelas. Bangku-bangku masih dalam kondisi rapi. Kaca-kaca kelas juga masih tetap aman. Belum ada peserta latsar yang terkena luka bakar atau disiram air panas oleh bu Vemy. Semuanya aman terkendali.
Bu Vemy seorang pemarah itu bohong.
Harusnya sifat negatif bu Vemy itu pembohong. Hahaha
Satu hal yang paling berkesan dengan bu Vemy adalah tas Rama yang awalnya dimasukkan daun putri malu, sekarang sudah ada tanda. Bu Vemy memberi tanda di tas Rama. Pin berwarna keemasan yang dipindahkan dari tas bu Vemy ke tas Rama adalah salah satu simbol persahabatan kami. BFF. Bu Femy Forever, lah. Lagi dan lagi bu Vemy perhatian tentang Rama. Entahlah, mungkin karena katanya wajah Rama tidak asing baginya. Dan wajah bu Vemy sebetulnya tidak asing juga bagi Rama.
Beberapa kali Rama bertanya apakah bu Vemy punya adik atau kakak yang kuliah di Sastra Inggris? Bu Vemy menjawab tidak ada.
Pasalnya, bu Vemy mirip Ghibi (bukan nama sebenarnya). Mahasiswi Rama yang pernah berduet menyanyikan lagu Bintang Pentas di satu villa saat pembubaran panitia akreditasi dulu. Mirip sekali wajahnya dengan bu Vemy. Sepertinya Rama harus berduet bernyanyi juga dengan bu Vemy.
Nak, kalau kamu nanti main ke UIN, tanyalah dosen akuntansi Syariah yang paling kece. Pasti jawaban civitas akademika sepakat menjawab bu Vemy.
Bu Vemy sudah berkeluarga. Beliau orang Karawang dan dianugerahi suami orang Garut. Pasti suaminya setia. Orang Garut semuanya setia. Sama seperti Rama.
Mari kita doakan lagi semoga bu
Vemy dan keluarga sehat selalu. Diberi kemudahan, kelancaran dan kekuatan dalam
menjalankan aktivitas. Diberi kebaikan dunia dan akhirat. Aamiin.
Padadam Pa Dadam
Adalah Dadang yang berperan penting dalam perpindahan meja makan di ruang makan bawah. Demi keefektifan antri dan efisiensi waktu, meja harus dipindah ke tengah. Dan benar saja. Itu dilakukan oleh pa Dadang. Beberapa peserta latsar lupa untuk mengucapkan terima kasih. Mari kita ucapkan terima kasih bersama-sama.
Terima kasih pa Dadang.
Sayang momen indah itu tidak bertahan lama. Ruang makan kami harus dipindah ke lantai 2 dan lagi-lagi mejanya disimpan di pinggir. Antrian hanya dari sebelah kiri saja. Itu tidak bisa dipindahkan karena tidak memungkinkan. Terlebih lokasinya berdekatan dengan mabes panitia. Anyway busway terima kasih pa Dadang.
Hmmm…tentang pa Dadang. Rama bingung mau menceritakan apa tentang pa Dadang. Banyak banget cerita pa Dadang dengan Rama. Dari mulai kekuatan setianya pa Dadang yang menjalani hubungan jarak jauh dengan istrinya yang ditempat tugaskan di Mamuju, sampai cerita dia sering memeluk Rama. Korelasinya cukup kuat dan dapat diambil kesimpulan dari dua premis di atas mengapa pa Dadang sering memeluk Rama.
Pa Dadang juga kelompok Cariu. Sudah jangan ditanyakan kehebohannya. Heboh syekaleh. Pa Dadang juga bernasib sama dengan pa Yayat yang sekamar dengan bukan dari angkatan VII. Pa Dadang sudah kuat bertahan sendirian. Rama selalu yakin kalau pa Dadang orang yang bertanggung jawab tentang segala amanah yang diberikan.
Pa Dadang keukeuh harus mendapatkan ilmu dari Rama. Katanya Rama kalau sedang berbicara di depan kelas, mimik wajahnya sudah lentur dan ekspresif. Rama disebut-sebut bisa menghilangkan rasa grogi hanya dengan memindahkan posisi bibir Rama. Pa Dadang memang lebay. Itu berlebihan.
Rama tidak bisa akting, Nak. Kamu harus percaya itu.
Satu jasa terbesar lagi dari seorang Dadang adalah beliau rela menjadi panitia dan mengabadikan ratusan poto dari semua kegiatan latsar ini. Pa Dadang sepertinya meniru kinerja mesin media social facebook. Hanya pa Dadang yang bisa memunculkan kembali peristiwa-peristiwa masa lampau. Sangat luar biasa.
Saran Rama untuk pa Dadang: Tetap berkarya dan tetap berintegritas. Tidak usah dengarkan kata orang. Saat ada orang yang mengatakan keburukan tentang pa Dadang, langsung ingat-ingat berapa orang yang mengatakan kebaikan tentang pa Dadang. Kita tidak binasa hanya karena omongan buruk dari orang lain. Yang membuat kita binasa adalah balasan buruk kita tentang omongan itu. Ah, santai saja lah pa Dadang, yang penting….stres.
Semoga pa Dadang dan istri diberi kebaikan dunia dan akhirat. Diberi kemudahan dan kelancaran untuk membina rumah tangga yang sakinah mawadah warohmah…aamiin.
Tetap semangat, latsar Dadang!!
Silencer Saint
Nak, kalau kamu bertanya, ada tidak rekan latsar yang tidak Rama kenali?
Rama berat menjawabnya. Tapi Rama harus jujur.
Sepertinya ada, Nak.
Satu orang yang ingin syekaleh Rama dekati adalah ibu Siti. Rama tidak punya referensi sama sekali tentang bu Siti. Rama tidak pernah diberi kesempatan untuk satu kelompok dengan bu Siti.
Rama selalu berpikir kalau bu Siti adalah orang suci. Karena nama awalnya St. Rama pikir itu bermakna Saint. Ternyata nama sebenarnya adalah Siti Noer Cahyati. Asli Tasikmalaya. Itu saja yang Rama tahu.
Kalau pa Erwan menyuruh Rama menjadi Danton saat Baris Berbaris kemarin atau menjadi pemimpin kelas, maka Rama tentu saja akan meminta bu Siti menjadi danton setelah Rama. Jujur. Rama ingin syekaleh dekat dengan bu Siti.
Mari Rama ramal tentang bu Siti.
Bu Siti sudah berkeluarga. Terbukti tidak pernah mengangkat tangannya saat ditanya siapa di kelas kami yang lajang.
Kedua, bu Siti orangnya tegar dan kuat. Beliau tetap santai dan tenang saat tugas mewabah di kelas.
Bu Siti senyumnya lucu.
Tapi sadar tidak sadar beliau sudah memusuhi Rama. Kenapa? Karena beliau memilih menjadi guru Matematika ketimbang menjadi teman Rama. Tolonglah bu Siti temanmu ini. Tapi sepertinya bu Siti sama seperti kakek kamu, Nak. Kakek kamu itu jago syekaleh Matematika. Beliau pendiam, tidak banyak bercakap. Tapi masalah perencanaan, jangan ditanya. Kakek kamu sangat well-prepared. Matang dalam berencana. Sepertinya bu Siti juga seperti itu.
Pernah sekali bu Siti mengomando kami saat makan. Betul. Tegas sekali. Ramalan Rama tidak meleset. Bu Siti mirip kakek kamu, Nak.
Bu Siti tahun lahirnya mirip Rama. Rama lebih muda beberapa bulan dari bu Siti.
Ada hal yang menarik dari bu Siti. Di malam keakraban, bu Siti bernyanyi lagu “Malam Terakhir”.
Wah suaranya sungguh sangat…
Benar, Rama yakin, bu Siti pasti lebih menseriusi bidang Matematika, bukan bidang tarik vokal.
Lanjutkan bu Siti!!
Doa Rama untuk bu Siti, semoga bu Siti dan keluarga diberi kesehatan, kelancaran dan kemudahan dalam menjalankan aktivitas. Kebaikan dunia dan akhirat semoga tercurah selalu untuk bu Siti. Aamiin.
Sultan
Rama kadang tersenyum kalau bercerita tentang si Sultan.
Sultan adalah orang pertama yang Rama jumpai di Kitri. Beliau adalah dosen di fakultas Syariah dan Hukum. Pembelajaran di kelas kami duduk berdekatan. Kami harus menulis sifat baik dan sifat buruk tentang diri kami. Rama menulis Takabur sebagai sifat buruk dalam diri Rama. Sedang Sultan menulis sombong. Kami tidak berdiskusi. Lantas saat Widya Iswara meminta bu Dian menuliskan di depan tentang sifat buruk dari setiap peserta latsar, Rama bertanya ke Sultan, apakah akan menyebutkan sombong? Sultan mengangguk. Oke, fine. Rama tidak akan menyebutkan Takabur. Karena Sultan sudah akan menyebutkan Sombong. Tidak boleh sama. Biar beragam.
Dan semua peserta langsung riuh saat pa Fahmi menyebutkan sombong sebagai sifat buruknya. Pak Fahmi tertawa lebar. So what? Begitulah mungkin kalau Rama gambarkan. Memangnya kenapa kalau sombong? Betul. Rama setuju Pa Fahmi. Saat para peserta latsar tidak menuliskan sombong di sifat buruk mereka, itu adalah hal tersombong dari mereka. Ah…begitulah Rama. Suka mengambil kesimpulan yang salah.
Rama selalu merasa tersesat di jalan yang benar.
Sejak saat itulah pa Fahmi yang dicap sombong (tentu ini bercanda) oleh rekan-rekan latsar disebut sebagai sultan. Karena sultan bebas ingin mengatakan apa saja dan melakukan apa saja.
Di luar kesombongannya itu, pa Fahmi sangat relijius. Beliau punya yayasan di daerah Cibiru Hilir. Beliau lulusan pesantren Gontor dan melanjutkan studi ke Mesir. Itu sungguh luar biasa. Selain ustaz Yogi, peserta latsar Bintang Tujuh merasa aman perihal rohaninya karena keberadaan pa Fahmi.
Bagi Rama, pertanyaan tersulit saat apakah boleh mencium bendera atau tidak? Akhirnya tercerahkan oleh jawaban pa Fahmi dengan kisah sahabat Nabi yang terus menggenggam bendera hingga akhir hayatnya di satu peperangan. Itu bisa menjadi analogi hubbul wathon. Begitu kata pa Fahmi.
Rama selalu menghormati pa Fahmi, Nak. Selain beliau ustaz dan khotib Jum’at, beliau juga yang punya metal puzzle. Sekarang Rama sadar, kesuksesan seseorang di zaman sekarang itu diukur seberapa cepat orang dalam melepas dan memasukkan dua besi yang berliuk.
Insya Alloh Rama akan sering bertemu juga dengan pa Fahmi di kampus nanti.
Semoga Sultan tidak lupa temannya yang kesulitan membuka metal puzzle miliknya. Semoga pa Fahmi diberi kesehatan, kemudahan dan kelancaran dalam menjalani amanah sebagai dosen yang cerdas dan berintegritas. Aamiin.
Shine Bright Like A Diamond
Satu lagi, Nak, teman Rama yang bersinar di kegelapan malam. Tangguh dan sangat luar biasa. Rama kalau sedang bosan dengan tugas di kelas, Rama langsung mendekati beliau untuk bernyanyi bersama menyanyikan lagu-lagu nasyid. Beliau mungkin belum berkesempatan melihat wajah Rama, namun Rama sudah duluan lihat wajahnya sebelum dibotakin di ID Cardnya. Tampan sekali ia dengan rambut lebatnya. Rekan angkatan VII juga tahu siapa dia.
Ini satu lagi yang bernama Ade. Selain bu Hany, ada Ade Rahmat Gumilar. Biasa dipanggil Gugum. Pa Gugum seorang tuna netra. Awalnya Rama kikuk salting ingin mendekatinya. Namun ternyata beliau yang mendekati semuanya dengan sebaran aura positifnya.
Pa Gugum memiliki aura positif. Seiring berjalannya waktu, pa Gugum menjadi seperti rekan yang lainnya. Kami tidak ada sekat dengan beliau.
Memoar dimulai dengan tempat tinggalnya, Nak. Pa Gugum asli dari Ciamis dan ditempat tugaskan di Bogor. Madrasah yang sama dengan Habib dan Lukman. Namun Habib dan Lukman kalah telak karena pa Gugum sudah memiliki kekasih dan sebentar lagi akan menikah. Sedang dua orang itu masih … ah tidak tega, ah.
Kekasih pa Gugum seorang tuna netra juga. Namun katanya masih dapat membedakan warna. Istilahnya low vision. Rama suka dengan pa Gugum. Rama selalu yakin, saat ada satu syaraf yang tidak difungsikan oleh otak, maka akan syaraf lain yang dilebihkan fungsinya oleh otak. Kita akan melihat orang tuna netra yang hafal al-Qur’an atau memiliki pendengaran yang tajam. Itu maksud Rama.
Begitu juga pa Gugum.
Beliau sangat luar biasa.
Rama penasaran tentang siapakah yang mengetik di WA pa Gugum dan atau yang mengirim tugas via email. Ternyata, sungguh menakjubkan! Beliau mengetik sendiri dan mengirim email sendiri.
Beliau mampu mengoperasikan laptop dan membuka powerpoint seperti orang kebanyakan. Smartphone di tangannya dapat dioperasikan seperti biasa juga. Perbedaannya, semuanya beroperasi menggunakan suara.
Oke, rasa penasaran Rama terjawab sudah.
Menjadi guru SKI bukan hal yang mudah. Bukan juga hal yang rumit. Pa Gugum alumni UPI. Minat bacanya sangat tinggi. Al-Quran braille per juz pa Gugum tak pernah tertinggal dari tasnya. Rama yakin, beliau sudah berpengetahuan tentang SKI.
Satu hal lagi yang ingin Rama tanyakan namun selalu lupa untuk diutarakan bahkan sampai latsar berakhir. Apakah tuna netra itu mengalami fenomena mimpi saat tidur?
Rama ingin bertanya itu, Nak.
Tapi mari kita doakan lagi, semoga pa Gugum diberikan kemudahan, kelancaran dan kesehatan dalam menjalankan amanah ini. Diberikan kebaikan dunia dan akhirat yang mengucur deras. Aamiin. Dan oh iya, semoga cepat disatukan dengan kekasihnya dalam ikatan yang sah.
Ahhiwww!!
Save the Best for The Last
Kalau kamu bertanya tentang siapakah teman sekamar Rama satu lagi, sekarang lah saatnya. Pa Nasrudin sudah diceritakan. Pa Haris juga sudah diceritakan. Baiklah, Nak. Satu lagi yang menjadi teman sekamar Rama bernama Irfan Rosyidin. Rekan-rekan latsar angkatan VII menamai beliau sebagai produk SGM. Karena terus bersemangat dan kreatif. Tak kenal lelah. Tak usah kaget, karena beliau masih bagian dari kelompok Cariu. Kelompok paling heboh di kelas.
Pa Irfan Rosy atau pa Dindin sang panitia menamainya sebagai Iwa K, berusia lebih muda 1 tahun dari Rama. Namun beliau sudah dikaruniai tiga anak. Beliau sosok ayah yang bertanggung jawab. Alasan beliau pulang saat IB adalah karena beliau ingin mengantar anaknya cukuran. Mulia sekali. Seperti logam.
Beliau orang Soreang. Dan ditempat tugaskan di Cariu, kabupaten Bogor. Tinggal satu kontrakan dengan pa Dadang, pa Yayat, dan pa Angga. Lengkap sudah level keramaian di dunia fana ini.
Banyak syekaleh cerita Rama dengan pa Irfan guru Bahasa Indonesia ini. Tapi mari Rama ceritakan tentang tugas beliau saat Baris Berbaris. Beliau punya peranan penting sebagai penyemangat pasukan. Pemandu yel-yel dan pemanas. Duet dengan bu Ayuni, semangat para pasukan sudah tidak perlu diragukan lagi.
Baris Berbaris ini mengapa digarap begitu serius? Karena selain melatih disiplin dan kebersamaan, PBB juga akan dilombakan. Dan pa Irfan menjadi tokoh paling penting tentang kebersamaan ini.
“Kita targetkan saja juara 4” begitu kata pa Irfan sambil berbisik. Sesekali berteriak untuk mensosialisasikan target mulia itu. Ada 5 peserta tapi kita tidak muluk-muluk ingin menjadi juara 1. Kami percaya diri akan meraih juara 4. Dan alhamdulillah, target kita tercapai.
Setelah Baris Berbaris itu dilombakan. Kami sudah malas lagi untuk berbaris rapi entah itu menuju musola atau sekadar untuk pergi ke lapang menghadiri tarian sakral wer-kewer-kewer.
Di kelas juga, saat tidak ada semangat, pa Irfan langsung berteriak “Bakaaar semangaaaat pagi!!” Sambil mengkerut wajahnya. Terbayang sekali oleh Rama.
Kelas menjadi bersemangat.
Terima kasih sudah menjadi bagian dari kamar 222. Terima kasih juga sudah berkeliling kamar menjajakan gas perutmu.
Rama tidak boleh mengatakan kata kentut atau kencing, Nak. Itu tidak pintar. Rama ingin disebut cerdas.
Sengaja Rama tulis pa Irfan di pamungkas. Beliau terbaik. Semua rekan di latsar ini tidak akan ada yang bisa melupakan peran pa Irfan Rosyidin. Semua akan ingat karena beliau multi talenta. Bisa menjadi MC, bisa menjadi instruktur silat, eh, senam, bisa menjadi imam solat, bisa menjadi penasihat utama, bisa menjadi penyemangat yel-yel…dan bisa kentut tak bersuara. Namun tiba-tiba mendekati tempat tidur Rama sambil bertanya hal yang tidak penting…
Mari kita doakan lagi semoga pa Irfan dan keluarga diberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran dalam menjalani aktivitasnya. Kebaikan dunia dan akhirat semoga selalu tercurah untuk pa Irfan dan keluarga. Aamiin
Tetep jadi guru yang dirindukan kehadirannya, ya, pak.
G -OO-DJ-OB
GOOD JOB!
GOOD JOB!
Catatan ini tentu saja tidak sepenuhnya ‘benar’.
Saya tidak mau melupakan kalian begitu saja.
Biarlah kalian abadi dalam memoar ini.
PESERTA LATSAR
ANGKATAN TUJUH
26 Agustus – 14
September 2019
No |
Nama |
Jabatan |
Tempat Tugas |
1 |
Nadiyana Farhah Haslah, S.Sos |
Guru Bimbingan Dan Konseling / |
MTsN 3 Bogor |
2 |
Neng Eva Setiani, S.Pd |
Guru PPKN Ahli Pertama |
MTsN 3 Bogor |
3 |
Angga Dwitama, S.Pd.l |
Guru Bahasa Inggris Ahli Pertama |
MTsN 4 Bogor |
4 |
Ina Ade Winani, S.Si |
Guru Ipa Ahli Pertama |
MTsN 4 Bogor |
5 |
Irfan Rosyidin, S.Pd |
Guru Bhs. Indonesia Ahli Pertama |
MTsN 4 Bogor |
6 |
Muhamad Dadang Nurfalah, S.Pd |
Guru PPKN Ahli Pertama |
MTsN 4 Bogor |
7 |
Reyhan Nurhanifa Darwis, S.Kom. |
Guru Bimbingan Dan Konseling Ahli |
MTsN 4 Bogor |
8 |
Yayat Supriatna, S.Kom |
Guru Tik Ahli Pertama |
MTsN 4 Bogor |
9 |
Erwan Suwandi, S.Pd.l |
Guru Aqidah Akhlak |
MIN 1 Cianjur |
10 |
Eva Nur Fauziyyah, S.Ag |
Guru Aqidah Akhlak |
MIN 1 Cianjur |
11 |
Mochamad Haris Alamsyah, S.Pd |
Guru IPA Ahli Pertama |
MTsN 4 Cianjur |
12 |
Zenny Virgian, S.Pd |
Guru Matematika Ahli Pertama |
MTsN 4 Cianjur |
13 |
Intan Purnamasari, S.Pd |
Guru Seni Budaya Ahli Pertama |
MTsN 6 Cianjur |
14 |
Yeni Marliana, S.Pd |
Guru Ipa Ahli Pertama |
MTsN 6 Cianjur |
15 |
Wawan Setjawan Hardiana, S.Pd |
Guru Matematika Ahli Pertama |
MAN 3 Sukabumi |
16 |
Anisa Alifiyanrj Gustini, S.Pd |
Guru Bhs. Indonesia Ahli Pertama |
MAN 4 Sukabumi |
17 |
Nasrudin Fatoni Ar, S.Pd.l |
Guru SKI |
MAN 4 Sukabumi |
18 |
Yogi Saepul Anwar, S.Pd.l |
Guru SKI |
MAN 4 Sukabumi |
19 |
Jajang Nurjaman, S.Pd |
Guru Penjasorkes |
MAN 1 Kota Bogor |
20 |
Ade Rahmat Gumilar, S.Pd |
Guru SKI |
MAN 2 Kota Bogor |
21 |
Hadi Alhadi, S.Pd |
Guru Bahasa Arab Ahli Pertama |
MAN 2 Kota Bogor |
22 |
Lukman Harun Al Rasyid, S.Pd.l |
Guru SKI |
MAN 2 Kota Bogor |
23 |
Ade Suhartini Handayani, S.Sos.l |
Guru Bimbingan Dan Konseling |
MTsN Kota Bogor |
24 |
Nuraeni Ibrahim, S.Pd |
Guru Bhs Indonesia Ahli Pertama |
MTsN Kota Bogor |
25 |
Suci Dwi Wahyuni, S.Pd |
Guru PPKN Ahli Pertama |
MTsN Kota Bogor |
26 |
Widya Aji Bunga Utami, S.Pd.l |
Guru Kelas Ahli Pertama |
MIN Kota Sukabumi |
27 |
Aris Salman Alfarisi, S.Pd |
Guru Bhs. Indonesia Ahli Pertama |
MTsN Kota Sukabumi |
28 |
Jaza Ul Hasanah, S.S |
Guru Bahasa Arab Ahli Pertama |
MTsN Kota Sukabumi |
29 |
Nisa Tsamratul Fuadah, S.Pd |
Guru Ipa Ahli Pertama |
MTsN Kota Sukabumi |
30 |
St. Noer Cahyatj, S.Pd |
Guru Matematika Ahli Pertama |
MTsN Kota Sukabumi |
31 |
Dian Sa'Adillah Maylawati |
Dosen Grafika Computer |
UIN SGD Bandung |
32 |
Mia Siti Khumaeroh |
Dosen Matematika Terapan |
UIN SGD Bandung |
33 |
Vemy Suci Asih |
Dosen Akuntansi Syari' Ah Asisten Ahli |
UIN SGD Bandung |
34 |
Ayuni Adawiyah |
Dosen Biologi Asisten Ahli |
UIN SGD Bandung |
35 |
Muhammad Andi Septiadi |
Dosen llmu Politik Asisten Ahli |
UIN SGD Bandung |
36 |
Rini Sulastri |
Dosen Sosiologi Asisten Ahli |
UIN SGD Bandung |
37 |
Irfan Addriadi |
Dosen Tarjamah |
UIN SGD Bandung |
38 |
Yoga Sudarisman |
Dosen Drama |
UIN SGD Bandung |
39 |
Fahmi Hasan Nugroho |
Dosen llmu Fiqh |
UIN SGD Bandung |
40 |
Metha Irmawayani Putri |
Dosen Psikotogi Industri & Organisasi |
UIN SGD Bandung |
Memoar
0 comments:
Post a Comment