The Sidewalker
Minggu Pagi di Jantung Kota Minggu pagi, saya berjalan kaki menyusuri jalan yang ramai pengguna. Jalur itu terbentang antara Kerkhoff dan Pengkolan, terpisah oleh satu jembatan beton yang mulai usang. Ratusan toko berjejer, menanti transaksi. Penjual bunga lebih dulu tersenyum laris—hiasan bunganya dibeli dua santriwati cantik, dibingkai dalam vandel kenang-kenangan untuk perlombaan sekolah se-Garut. Saya memperhatikannya sekilas, samar. Hari libur, tapi santriwati itu tetap bersekolah. Mereka memang libur setiap Kamis. Lupakan tentang bunga dan santriwati cantik. Di depan saya, ada penjual burung. Wajahnya masih murung, belum terlihat senyum. Anis, Murai Batu—burung-burung mahal. Kandangnya yang ringan disemprot pelan, seolah menyambut matahari. Tak jauh, penjual CD bajakan menggelar dagangan: VCD, DVD, MP3 di emperan. Menunggu siang sambil merokok dan mengopi. Lagu “Oplosan” diputar keras-keras, bikin pusing. Pedagang di sampingnya menjual tutut. Mulutnya menju...