Mata-Mata Gadungan
Jogja sudah empat hari terakhir cerah. Langit malam pun terlihat begitu indah. Bukan hanya taburan bintang yang tak terhitung, rembulan tergantung gagah meski ia terbelah. Indah benar Jogja yang saya gambarkan. Memang seperti itu. Pagi-pagi betul, saya pastikan pagi ini pun matahari akan berani menyelinap ke tempat-tempat yang ia inginkan. Terserah dia. Ia ingin menyinari jendela si Fulan, atau mengintip dari genteng yang bolong, atau mungkin menularkan sedikit hangatnya kepada triliunan pakaian basah—biarkan saja. Duhai mata dari tiap-tiap hari, Engkau pasti sudah melihat aneka aktivitas selama berhari-hari. Mungkin beribu, berjuta, bermiliar, atau bahkan bertriliun hari. Saya yakin itu. Engkau sudah menyaksikannya. Matamu tidak karatan, apalagi buta. Saya ingin bertanya: Pernahkah engkau melihat satu hari di mana seseorang tersinari cahayamu, tetapi ia tetap gelap? Pernahkah ada seseorang yang panas hatinya melebihi panas matamu? Ataukah mungkin ada orang yang mera...