Posts

Showing posts from September, 2012

Chronological Order

8 September 2012 saya pindah kosan. Kosan baru lumayan jauh dari kosan lama. Saya menggunakan bantuan teman: 3 balikan 2 motor . Sore hari belanja keperluan seadanya, sewajarnya. Belanja meja laptop. Kali ini yang alumunium bergambar The Avengers , tadinya mau gambar Dora the Explorer. Meja laptop sebelumnya dipakai untuk menyimpan buku-buku. Di kosan baru tidak ada lemari buku. Belanja kartu Esia paket Internet. Ingin mencoba sinyal di lantai atas. Kosan baru di lantai 2.

Lihat Lebih Jauh

cek

Untuk Kalian Wahai Pemuda, Duhai Pemudi

Udara dingin menyelimuti mereka. Tak heran, mereka tinggal di kota yang terletak di kawasan pegunungan. Terlebih setelah hampir tiga bulan tidak turun hujan, angin kemarau kian gemar berlarian di sekitar kota. Saat-saat terakhir Pesantren Kilat telah tiba. Namun, bukan berarti ini menjadi hari terakhir dalam menuntut ilmu, dan bukan pula menjadi momen terakhir bagi mereka untuk mengamalkan apa yang telah dipelajari. Setelah salat Isya, para peserta bersiap membereskan perlengkapan acara perpisahan. Mereka menyebutnya malam muhasabah—malam introspeksi. Agar suasana muhasabah tetap terasa, acara dilaksanakan di sebuah Sekolah Dasar yang cukup jauh dari perkampungan. Muda-mudi itu berjalan menuju lokasi. Suasana masih hening karena sebagian besar warga kampung sedang melaksanakan salat Tarawih. Mereka berniat salat Tarawih di lokasi SD malam itu. Gerbang sekolah mulai dibuka. Lampu dinyalakan satu per satu, sesuai pengecekan siang tadi. Mereka masuk ke kelas yang sudah tertata rapi. T...

Ketika Spiderman Disogok

Rasanya akan zalim, bahkan tidak beriman, jika kita mampu tetapi tidak mau membantu. Lebih baik salah tetapi lantang, daripada benar tetapi diam. Kesalahan yang diucapkan dengan lantang masih mungkin dikoreksi, sedangkan kebenaran yang disimpan dalam diam tidak akan memberi perubahan apa pun. Terlebih saat kita tahu kapasitas diri untuk mengeksekusi persoalan, tetapi memilih cuek. Itu tidak jauh berbeda dengan kelemahan. Di lingkungan kita, misalnya ada korupsi, bukan berarti kita harus diam karena merasa tidak mampu. Islam mengajarkan tahapan-tahapan saat melihat kemungkaran: “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa juga, ubahlah dengan hatinya. Itulah iman yang paling lemah.” (HR Muslim) Kemungkaran bermakna merusak, merugikan, membuat bobrok, atau menganiaya. Ambil contoh: korupsi. Apakah korupsi termasuk kemungkaran? Lihat dampaknya: Apakah ada yang diru...

Rahasia Pasar Tradisional

Pagi-pagi sekali, saya sudah berada di Pasar Tradisional Ciawitali, Garut. Sesuai dengan namanya—tradisional—semuanya belum tersentuh polesan modernisasi, tentu dalam hal tatanan ruang dan sistem jual belinya, bukan para pelaku transaksinya. Di sana, pengunjung tidak akan menemukan kerapian. Segalanya serba tumpah ruah ke ruang yang masih bisa diisi, asal tidak mengganggu pihak lain. Begitu pula soal kebersihan. Kualitas kebersihan di pasar tradisional mungkin hanya mendapat nilai 0 dari 10. Sampah berserakan di mana-mana, dan posisi parkir sangat tidak menentu. Asalkan tidak menghalangi jalan, semua dianggap sah. Saya berdiri cukup lama di depan tukang tempe, sementara di sebelah kiri saya ada tukang daging ayam yang setiap 15 menit sekali terdengar suara pisau jagalnya beradu dengan alas kayu—sangat berirama. Layaknya seorang intel dengan kabel headset menggantung di satu telinga, saya mengamati suasana pasar Ciawitali dengan saksama. Oh ya, sedang apa saya di sini? Saya ‘tersesat’...

Asmarandana

Eling-eling mangka eling Rumingkang di bumi alam Darma wawayangan bae Raga taya pangawasa Lamun kasasar lampah Nafsu nu matak kaduhung Badan anu katempuhan Kalimat di atas adalah penggalan pupuh Asmarandana. Pupuh adalah bentuk puisi tradisional Sunda yang memiliki aturan metrum dan makna tertentu. Jenisnya pun beragam, ada sekitar 17 macam pupuh dengan nama dan ciri khas masing-masing. Misalnya, pupuh Kinanti yang berisi impian dan harapan, atau pupuh Gambuh yang menggambarkan kebingungan dan suasana hati yang samar. Sedangkan pupuh Asmarandana, seperti yang saya kutip di atas, mengangkat tema kasih sayang, saling mengasihi, dan saling mengingatkan. Cukup berwawasan, ya, pembukaan catatan ini. Hahay. Pupuh jugalah yang membuka alur cerita saya hari itu—satu hari bersama seseorang yang sangat spesial. Seseorang yang tindak-tanduknya diam-diam menjadi perhatian saya. Memang saya belum bisa memperhatikan semua aktivitasnya di luar sana, tapi bahkan lewat Facebook pun tak ...

Why Me?

Saya sendiri belum bisa disebut sebagai penyintas kanker. Diagnosis kanker paru stadium 4 baru ditegakkan lima bulan yang lalu. Dan hingga kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi saya tidak pernah bertanya, “Why me?” Saya menganggap ini sebagai salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak nikmat yang saya terima dalam hidup ini: hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan; diberi keluarga besar yang cerdas dan hangat; kondisi sosial ekonomi yang cukup; dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati; serta tiga anak—dua putra dan satu putri—yang alhamdulillah sehat, cerdas, dan berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan. Jadi... “Why not?” Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kanker paru? Tentu Tuhan punya rencana-Nya, yang belum saya ketahui. Tapi saya merasa siap untuk menjalaninya. Insya Allah. Setidaknya, saya kini menjalani sendiri penderitaan yang dialami para pasien kanker, sehingga saya bisa...

Empat Hari Kemarin

Empat Hari Kemarin Pulang dari Yogyakarta memang membuat saya senang. Namun, rasa senang yang berlebihan justru bisa mengundang rasa sakit. Benar kata seseorang yang identitasnya dirahasiakan (tak ingin disebutkan namanya karena sedang sibuk memancing di Sungai Cimanuk): “Kesenangan yang berlebihan akan berujung sakit. Tertawa terbahak adalah persiapan menuju tangisan. Tegarlah dalam keterpurukan saat kau menyayangi secara berlebihan.” Masuk akal juga si pemancing itu berkata. Saat sedang senang, kita jarang memikirkan seberapa lama kesenangan itu akan bertahan. Bisa jadi, kesenangan itu sirna hanya karena hal sepele—misalnya daging gepuk mewah yang menyangkut di gigi, dan karena terlalu senang, kita tak sadar sedang sakit gigi. Begitulah ringkasnya: kesenangan yang berlebihan bisa memangkas kewarasan. Barulah saat rasa sakit atau sedih datang, kita tersadar. Minggu lalu, hari kemarin, jam tadi, bahkan detik barusan bisa terasa berbeda dengan detik yang sekarang. Boleh jadi...

Cahaya Hati: Berbicara Baik (status FB yang baik)

Siang tadi, saya menerima sebuah SMS dari seseorang: "Hati dan otak bawah sadar adalah pusat kendali langkah, gerak-gerik, dan sikap kita. Isilah ia dengan hal-hal positif." Entahlah, tema Cahaya Hati malam ini terasa sangat selaras dengan pesan tersebut. Pembicaraan malam ini membahas tentang bagaimana berbicara yang baik. Semoga intisari ceramah Ustaz Abdullah Gymnastiar ini tidak hilang sedikit pun dalam catatan ringkas ini. Kami semua berlindung dari niat yang salah, dari ucapan yang keliru, dan hanya Allah-lah yang Maha Menuntun. Aamiin. Seperti kita ketahui, berbicara itu mudah. Yang berat adalah mempertanggungjawabkan isi pembicaraannya. Mulut seseorang itu seperti mulut teko. Apa yang keluar dari teko akan mengungkapkan seluruh isi di dalamnya. Isi teh keluar teh, isi kopi keluar kopi, isi madu keluar madu, isi racun keluar racun. Begitu pula dengan ucapan: Jika hati dipenuhi kebencian, maka keluar kata-kata kebencian. Jika hati dipenuhi kesenangan, ma...

Oh

Catatan Siang Ini: Dudung dan SMS Misterius Catatan siang ini tentang seorang makhluk luar biasa hasil olahan Tutug Oncom. Sebut saja namanya Dudung (bukan nama sebenarnya). Entah apa yang ada dalam benaknya saat ia asyik mengirim SMS yang membuat semua orang penasaran. Contohnya: “Ga?” SMS-nya hanya satu kata, tapi karena ada tanda tanya, otomatis saya harus menjawab. “Ya?” Saya pun membalas dengan satu kata, lengkap dengan tanda tanya. “Mau?” Dia kembali bertanya, masih satu kata. Kali ini saya tidak mengikuti arus permainannya. Saya tidak membalas dengan “Mau apa?” Itu demi menjaga kredibilitas saya di matanya—yang, jujur saja, cukup mengidolakan saya (terbukti dari frekuensi SMS-nya yang hampir tiap hari dengan isi serupa). Saya hanya menjawab: “Udah.” Dia balik bertanya: “Apanya?” Saya terdiam sejenak, lalu menjawab: “Rahasia.” Balasannya: “Oh.” Tanpa tanda tanya, tanpa titik, tanpa koma. Dua huruf: OH. Saya bingung. Apa yang harus saya jawab? Akhirnya s...

Cahaya Hati: Bahaya Pujian

Baru-baru ini, saya mendapatkan tautan ceramah terbaru dari Ustaz Abdullah Gymnastiar. Alhamdulillah, bagi jiwa yang sedang kerontang, ceramah ini terasa sangat menyegarkan. Dalam rangkaian kegiatan tulis-menulis ini, terbesit dalam benak saya untuk mencatat beberapa tema yang mudah dipahami. Semoga isi ceramah tersebut menambah ilmu dalam menggapai rida Allah SWT—khususnya bagi sang penceramah, untuk saya pribadi, dan umumnya bagi kita semua yang membacanya. Aamiin. Tema pertama dalam catatan ini adalah tentang Bahaya Pujian . Semoga inti dari ceramahnya tetap utuh dalam tulisan ini. Bismillahirrahmaanirrahiim... Pujian itu lezat, sekaligus memabukkan. Layaknya minuman keras yang dapat membuat tingkah dan pikiran menjadi tidak normal, orang yang mabuk pujian pun bisa kehilangan kendali. Otak menjadi kacau karena dipenuhi pikiran tentang bagaimana cara mendapatkan pujian. Memilih pakaian dengan harapan dipuji, berzikir lama agar terlihat saleh, dan berbagai tindakan lain yang b...